BARANGKALI investor yang paling bijaksana dalam suasana ekonomi
panas-dingin seperti sekarang ini adalah mereka yang gandrung
menyimpan kekayaannya dalam bentuk emas. Untuk kesekian kalinya
membeli emas merupakan cara klasik untuk melindungi kekayaan
seseorang dari segala macam krisis. Harga emas di beberapa kota
besar di Indonesia melonjak keras akhir-akhir ini.
Juli lalu harga emas murni Logam Mulia (LM) misalnya mencapai Rp
6925 per gram. Tapi awal Agustus merosot sampai Rp 6100/gram dan
esoknya naik lagi menjadi Rp 6300 per gram. Harga emas di sini
melonjak sejak Kenop-15, mencapai sekitar Rp 5500 per gram.
Namun kemudian terus mengalami penyesuaian mengikuti
naik-turunnya harga emas di pasaran luar negeri sampai saat ini.
Inflasi pada Juni 1979 melonjak lagi menjadi 22% setahun, dan
dalam inflasi yang tinggi ini, membeli emas mungkin merupakan
cara yang paling menarik untuk menyimpan uang. Benar, bahwa
menyimpan emas tak menghasilkan bunga atau dividen, tapi
sekurangnya nilai riilnya bisa dipertahankan, karena harga emas
juga naik bila harga-harga barang lain naik.
Bunga deposito yang tertinggi sekarang yang ditawarkan bank-bank
pemerintah adalah 15% untuk jangka waktu dua tahun, itupun hanya
untuk jumlah sampai Rp 2,5 juta. Ini berarti bahwa dengan
tingkat bunga deposilo yang tertinggi pun, nilai riil uang yang
didepositokan akhirnya akan berkurang bila inflasi mencapai 22%
seperti sekarang ini. Tak heran kalau akhir-akhir ini banyak
disinyalir pembelian emas besar-besaran oleh
perusahaan-perusahaan yang tak bisa memutarkan modalnya.
Kegiatan tubruk-emas ini akan terus berlangsung, selama suhu
panas inflasi masih tinggi dan ekonomi luar negeri diliputi
ketidak-pastian.
Di luar negeri, harga emas untuk pertama kalinya mencapai rekor
US$300 per troy ons, atau sekitar Rp 6200 per gram. Faktor utama
di belakang membubungnya harga emas ini adalah terus merosotnya
dollar AS yang diakibatkan krisis energi di AS dan kekalutan
yang menimpa pemerintahan Presiden Carter.
Kekhawatiran bahwa inflasi akan terus berlangsung sesudah OPEC
menaikkan harga minyaknya juga telah mendorong para pemilik
modal memborong emas. Setelah harga emas dilepaskan dari dollar
pada 1968, harganya terus menerus melonjak selama sepuluh tahun
terakhir ini. Sebelumnya harga emas dibekukan pada US$3 5 per
ons. Tapi begitu dilepaskan, harganya terus membubung, mencapai
US$100 per ons pada Mei 1973, dan mencapai US$200 per ons
setahun lalu. Bulan Pebruari kemarin harganya mencapai US$250,
dan kemudian US$275 di bulan Mei.
Sampai kapan kenaikan harga emas ini akan berlangsung? Banyak
yang meramalkan bahwa karena kenaikan harga emas akhir-akhir ini
sifatnya spekulan, maka seperti halnya setiap spekulasi,
kenaikan harga akan berakhir apabila spekulator telah kenyang,
dan mulai melempar barangnya kembali ke pasar untuk mulai
memetik labanya. Seorang pejabat perusahaan "Anglo American
Corporation" Afrika Selatan, yang merupakan produsen emas
terbesar di dunia mengharapkan penurunan harga emas yang cukup
tajam. "Kenaikan harga emas sudah terlalu banyak dan terlalu
cepat," kata Robert Weinberg, direksi urusan pemasaran
perusahaan tersebut, "karena itu wajar untuk mengharap bahwa
para spekulan akan segera melempar emas lagi ke pasar untuk
mengambil labanya."
Kalangan banliir di New York malah meramal bahwa harga emas akan
turun lagi menjadi sekitar US$285 atau US$290, sebelum naik
lagi. Yang di luar dugaan kali ini adalah absennya negara-negara
Arab dari kegiatan membeli emas. Mereka ini terkenal sebagai
investor yang paling konservatip, yang senang beli emas begitu
tahu dollarnya turun di pasaran. Apakah kurang minatnya mereka
kali ini untuk membeli emas merupakan pertanda bahwa spekulasi
akan berlangsung tak lama, masih harus dilihat.
BOKS
Dicari: Kode Q
TIGA pesawat telpon di kantor PP Logam Mulia Pulo Gadung,
Jakarta Timur tak henti-hentinya berdering. Kebanyakan datang
dari relasinya menanyakan harga emas yang belakangan ini
goncang. Tapi "kini, tak seramai Juli lalu, harga sudah turun,"
kata Danil pejabat PP Logam Mulia (LM) Unit produksi PT Aneka
Tambang pekan lalu. Harga emas murni LM yang pada 26 Juli
mencapai Rp 6.925 per gram dalam seminggu saja merosot menjadi
Rp 6.250 per gram.
Dengan itu transaksi di pusat-pusat perdagangan emas di Jakarta
seperti di Glodok Building, Pasar Baru, Gang Kenanga dan Proyek
Senen tampak sepi. Tak terkecuali PT Central Intervest
Corporation (CIC) pedagang valuta asing dan emas balokan LM di
Jakarta Kota. Minggu lalu CIC memasang harga jual Rp 6.250/gram
dan membeli dengan Rp 6.100/gram. Meskipun begitu "para pembeli
maupun penjual jauh berkurang," ujar petugas CIC kepada TEMPO.
Tapi ketika harga emas melonjak keras orang lebih banyak
membeli daripada menjual. Mereka membeli antara 1 ons sampai 1
kg emas balokan. Bahkan para pedagang tekstil di Pintu Kecil
ikut memborong emas. "Mumpung si Kuning lagi naik" kata seorang
spekulan di Kota. Tapi dengan jatuhnya harga emas umumnya para
spekulan itu berusaha melemparkan kembali emasnya ke pasaran.
Namun pedagang dan toko-toko emas perhiasan cenderung menolak
untuk membeli. Kenapa?
"Toko-toko emas bersikap menunggu," ujar Hiap Seng, pemilik toko
emas Hias Seni di Gang Kenanga, Jakarta. Menurut Seng "situasi
bisnis sekarang ini belum mantap. Kata Seng lagi "di dalam
negeri keadaan pedagang dan toko emas betul-betul sedang
menjerit. Akibat Kenop-15 pekerjaan tukang emas kini hanya
sekitar 30%, banyak yang terancam kehilangan pekerjaannya."
Itulah sebabnya pemilik toho emas mengambil sikap menunggu.
Kendati demikian, dia optimis dalam jangka panjang harga emas
ini akan naik lagi. Alasannya diperkuat dengan perkiraan: kalau
krisis energi dewasa ini tidak terpecahkan bakal terjadi resesi
dunia lagi. Tapi ia juga khawatir, "bila resesi nanti menjadi
kenyataan Indonesia ikut kena ombaknya." Maksudnya bila emas di
luar negeri naik di sini pun akan meningkat.
Sebagaimana emas balokan, "pasaran emas perhiasan pun lesu,"
kata pemilik toko emas "Hongkong" di Pasar Baru. Untuk emas 24
karat misalnya harganya berbeda-beda, sekitar Rp 5.700 - Rp
5.900 per gram di luar ongkos bikin. Tapi kalau pintar
tawar-menawar bisa dibeli dengan harga Rp 5.600/gram.
"Sekali-sekali ada juga orang yang pesan emas balokan LM,"
katanya.
Emas balokan, selain diimpor, juga diproduksi oleh PP Logam
Mulia yang bahan bakunya berasal dari tambang emas Cikotok,
Banten Selatan maupun hasil pencucian emas rongsokan. Untuk
produknya ini PP Logam Mulia memasarkannya dengan trade mark
"LM" yang sekaligus merupakan jaminan kemurnian dan mutu. Untuk
tiap produk beratnya berkisar antara 5 gram, 25 gram, 50 gram
dan 100 gram, serta diberi cap LM dan kode, berupa alfabet. Yang
kini beredar memakai kode dengan seri huruf Q.
Emas rongsokan dari rakyat yang dimurnikan kembali pun diberi
cap yang sama. Ongkos pemurniannya tergantung kepada kadar emas
yang hendak dicuci. Biasanya berkisar antara 1,2%, 1¬% sampai 1
1/6% dari jumlah hasil yang diperoleh di luar susut. Kata Danil:
"orang sekarang semakin pintar. Mereka lebih senang menyimpan
emas balokan daripada emas perhiasan atau ketimbang uang
kontan."
Kegemaran orang berduit memiliki emas murni LM kelihatan di
pasaran. Mereka mencari emas LM yang punya kode Q dengan harga
lebih mahal daripada LM yang kodenya lebih tua. "Padahal serie
baru maupun serie lama nilainya tetap tidak terpengaruh keadaan
apapun juga, sekarang maupun di kemudian hari," ujar pejabat PP
Logam Mulia itu. Tapi mengapa orang mencari kode baru? Menurut
Hiap Seng, serie lama harganya memang lebih murah karena
pokoknya lebih murah. Sedang LM serie baru seperti sekarang
harga pokok maupun upah cucinya juga sudah mahal.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini