Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Era beriklan kretek

Untuk pertama kalinya penjualan gudang garam kalah oleh djarum. untuk mengejar ketinggalan gg gencar memasang iklan & meluncurkan produk baru. skm semakin mendapat pasaran. persaingan bertambah seru. (eb)

26 Juli 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNTUK pertama kalinya raja rokok kretek, Gudang Garam, keok. Tahun lalu, perusahaan itu hanya mampu berproduksi sedikit di atas 24 milyar batang. Sementara itu, saingan terdekatnya, Djarum, sudah berlayar melewati angka 25,6 milyar batang. Tahun ini, kecenderungannya, persaingan bakal tambah ramai. Banyak yang menduga, kekalahan perusahaan yang bermarkas di Kediri itu disebabkan keenakan tidur. Bisa jadi juga, sepeninggal pendirinya, Surya Wonowidjojo, September silam, Gudang Garam (GG) bagaikan terkena lesu darah. Atau karena selama ini terus-menerus di atas angin, iklan dan promosi -- yang bagi perusahaan lain sangat vital -- dianggap tabu. Ternyata, taktik ini tidak bisa dipertahankan lama-lama. Sejak akhir tahun lalu, GG mulai gencar menyebar iklan. "Kami hanya mengikuti aman," kata Suyoso Notokusumo, Direktur GG, yang secara tidak langsung mengakui pentingnya iklan. "Dulu, kami memasang iklan kecil-kecilan lewat koran lokal, atau ucapan selamat tahun baru, Lebaran, dan proklamasi. Sekarang tentu lebih dari itu," tambah pria bertubuh jangkung, tangan kanan Almarhum Surya yang ikut aktif mengendalikan perusahaan dengan 42 ribu pekerja itu. Tidak heran bila akhir-akhir ini di jembatan-jembatan penyeberangan, di Pasar Jatinegara, misalnya, terpampang produk-produk GG. Tak ketinggalan, majalah dan koran terbitan Ibu Kota ikut ketiban rezeki setelah ekspansi promosi besar-besaran di mulai. Hasilnya, hingga semester pertama tahunini, GG sudah memacu produksi Sigaret Kretek Mesin (SKM) dan Sigaret Kretek Tangan (SKT) total hingga 15 milyar batang. Sedang Djarum ketinggalan sekitar 3 milyar batang. "Kami memang harus bekerja lebih keras lagi, di tengah persaingan yang semakin ketat," kata Budi Santoso, Manajer Produksi PT Djarum. Untuk itu, selain menambah dana promosi, pihaknya mulai memperkenalkan paket promosi model baru. Untuk menjaring konsumen, perusahaan rokok dari Kudus ini tidak segan-segan membagikan suvenir kotak rokok dengan ukiran Jepara sampai kaus graas. "Kami memang sedang berpromosi besar-besaran dan inovasi merk baru," tambahnya. Soal merk itu, produk-produk GG belakangan ini tampak lebih unggul. Gudang Garam Surya 18, SKM filter dengan ukuran lebih ramping yang diluncurkan awal tahun ini, perlahan-lahan menggeser pasaran SKM Filtra yang sudah lebih dulu merajai. Tak pelak lagi, pasaran SKM kini semakin mendapat tempat. Hasil survei yang pernah diadakan Djarum menunjukkan kretek berfilter antara lain punya nilai gengsi lebih, dan lebih higienis. Namun, perusahaan rokok tidak bisa begitu saja beralih ke SKM, dengan alasan efisiensi, misalnya. Pemerintah memang pernah mencanangkan persyaratan agar penggunaan mesin tidak mengurangi jumlah buruh. Produksi masinal ketika itu, 1983, dibatasi dengan perbandingan: 2 SKM untuk 3 SKT. Jadi, kalau mau meningkatkan jumlah produksi masinalnya, harus meningkatkan jumlah produksi tangannya. Tapi, entah mengapa, ketentuan itu sekarang seperti tidak berlaku lagi. Lihat saja, tahun lalu, Djarum memproduksi SKM sekitar 16,6 milyar batang, sedang SKT hanya 9 milyar batang. Sebaliknya GG, dengan 15,6 milyar batang SKM, memproduksi 10,4 milyar batang SKT plus klobot 236 ribu batang. Produk terakhir GG ini sulit ditingkatkan. Klobot, rokok kegemaran Presiden Soeharto, ini memerlukan keahlian khusus sebelum dinikmati. "Para perajinnya sudah banyak yang pensiun dan kami sulit menemukan penggantinya," kata Suyoso Notokusumo, agak khawatir. Namun, tahun ini, ia yakin produk-produk lain GG -- seperti klobot -- akan meningkat sekitar 20% dibanding tahun lalu. "Penjualan rata-rata naik 20% sampai 30% per bulan," kata Suyoso lagi. Karena itu pula cukai yang disetor diharapkan akan melonjak dari Rp 220 milyar menjadi Rp 300 milyar tahun ini. Sementara itu, Djarum, dari rokoknya, tahun lalu menyumbang Rp 272 milyar. Pertarungan memperebutkan pasar akansemakin seru. Raksasa GG, yang selama ini tertidur, mulai menunjukkan taringnya. Regenerasi yang ditiupkan oleh Mendiang Surya, dua tahun silam, ada juga hasilnya. Namun, siapa yang bakal lebih unggul antara GG dan Djarum masih tanda tanya. Waktu juga yang akan membuktikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus