Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. membukukan kerugian yang diatribusikan ke entitas induk senilai US$ 4,16 miliar atau setara dengan Rp 62 triliun pada 2021. Kerugian ini membengkak dari 2020 yang sebesar US$ 2,44 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menukil laporan keuangan (audited) 2021, Garuda Indonesia secara grup mencatatkan penurunan pendapatan usaha sebesar 10,43 persen menjadi US$ 1,33 miliar. Pendapatan usaha ini ditopang oleh pendapatan penerbangan berjadwal sebesar US$ 1,04 miliar, penerbangan tidak berjadwal sebesar US$ 88,05 juta, dan pendapatan lainnya US$ 207 juta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun ekuitas Garuda negatif US$ 6,1 miliar atau Rp 91,6 triliun. Total liabilitas emiten berkode GIAA ini pun jauh lebih besar ketimbang asetnya.
Berdasarkan laporan keterbukaan di Bursa Efek Indonesia, jumlah liabilitas Garuda per 31 Desember 2021 adalah US$ 13,3 miliar. Liabilitas Garuda naik dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 12,73 miliar.
Sedangkan asetnya hanya US$ 7,19 miliar atau turun dari tahun sebelumnya sebesar US$ 10,78 miliar. Meski demikian, maskapai pelat merah secara grup mencatatkan penurunan beban usaha sebesar 21,03 persen menjadi US$ 2,6 miliar jika dibandingkan periode yang sama pada 2020.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra memproyeksikan perseroan akan mencatatkan kinerja yang positif pada 2022. "Dan akan terus dioptimalkan Garuda secara bertahap hingga 2-3 tahun mendatang agar dapat kembali ke level periode masa sebelum pandemi," ujar Irfan pada Rabu, 13 Juli 2022.
Irfan mengatakan tren pergerakan penumpang menunjukkan peningkatan. Di sisi lain pada 2022, perusahaan BUMN ini telah mencapai perjanjian homologasi dengan para krediturnya atau lolos penundaan pembayaran kewajiban utang.
"Kami optimistis kinerja korporasi akan berangsur pulih dalam waktu dekat melalui basis optimalisasi kinerja positif pada lini pendapatan usaha Garuda," ucap Irfan.
Terlepas dari tekanan kinerja usaha pada 2021, Irfan mengklaim secara fundamental, operasional Garuda berhasil meningkatkan menunjukkan tren perbaikan. Angkutan kargo, misalnya, meningkat 20,38 persen dibandingkan pada periode yang sama 2020.
Garuda juga mencatatkan peningkatan proporsi pendapatan kargo terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan. Total pendapatan usaha Garuda sebesar 24,85 persen atau naik ketimbang 2020 yang sebesar 17,74 persen.
"Pendapatan kargo tersebut juga termasuk di dalamnya pendapatan angkutan freighter yang menjadi salah satu bentuk diversifikasi usaha Perusahaan dalam menjaga arus kas operasional Garuda Indonesia," ucap Irfan.