Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Gemuruh baja di cilegon

Pabrik slab baja, dan hot roll mill di krakatau steel, cilegon, akan diresmikan. untuk menghadapi persaingan harga, pemerintah akan menekan impor dan menetapkan harga produk eks impor. (eb)

26 Februari 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DIIRINGI suara gemuruh, baja cair itu perlahan-lahan dituang dari dapur listrik ke sebuah mangkuk besi raksasa. Di atas sana, dekat ruang operator derek (crane), angka di papan penunjuk berkelap-kejap menghitung volume baja yang dituang. Sambil berusaha menahan silau cahaya baja cair, Dirut PT Krakatau Steel (KS) Tungky Ariwibowo, dan sejumlah ahli dari Ferrostahl kelihatan antusias menyaksikan proses penuangan di Pabrik Slab Baja (PSB) itu. "Baja itu telah lahir," kata Ariwibowo. Slab berwujud lembaran baja setebal 20 cm, lebar 2 m, panjang 12 m, dan berat 30 ton, memang telah lahir dari penuangan di pabrik itu. Dengan bahan baku inilah, pabrik Hot Roll Mill (HRM) kelak membuat baja gulungan, lembaran, dan pelat, yang antara lain diperlukan industri otomotif dan perkapalan -- lewat proses penggilingan panas. Dibangun dengan dana US$ 900 juta, PSB dan HRM itu merupakan unit produksi KS yang pekan ini akan diresmikan oleh Presiden Soeharto. "Dengan tambahan dua unit produksi itu, jangkauan KS ke industri hilir kini semakin luas," kata Ariwibowo. Sebagai industri hulu, sudah beberapa tahun terakhir ini KS berusaha memenuhi kebutuhan industri hilir akan billet, besi beton, besi profil, kawat baja, dan wire rod. Dari hasil pengolahan bijih besi, sekitar 70% masih diimpor dari Swedia, dihasilkannya juga besi spons yang sebagian sudah diekspor ke India. Tapi kini tampaknya merupakan saat berat bagi KS untuk memasarkan baja gulungan, lembaran, dan pelat, mengingat industri otomotif? dan pipa, konsumen terbesar produk itu sedang loyo. Toh Dirut Ariwibowo tetap optimistis sasaran pemasaran 200 ribu ton baja gulungan, lembaran, dan pelat hasil penggilingan panas itu bisa dicapainya tahun ini. Pasar di dalam negeri untuk ketiga produk itu, katanya, cukup potensial. Dia menunjuk pada impor produk baja olahan eks Jepang yang tahun 1981 baru 1,3 juta ton, tapi tahun lalu sudah mencapai 1,5 juta ton. Dari impor baja olahan tahun 1981 itu sekitar 300 ribu ton berupa baja gulungan pelat, dan lembaran hasil penggilingan panas. Tahun lalu (Januari-Mei) impor ketiga produk baja penggilingan panas itu sudah 150 ribu ton. PT Toyota Mobilindo, Jakarta, tahun lalu menyerap 5,5 ribu ton baja pelat hasil penggilingan panas, 10 ribu ton baja pelat hasil penggilingan dingin eks Nippon Steel, penghasil baja terbesar di Jepang. Dengan pelat (panjang 4 m, lebar 1 m, dan tebal 3 ,8 mm) penggilingan panas itu, misalnya, Mobilindo membuat chasis Toyota Hi-Ace. Tahun ini pemakaian baja pelat hasil penggilingan panas, dan dingin pabrik iN diperkirakan akan mencapai 20 ribu ton. Produk baja olahan eks Jepang itu diduga akan semakin kuat di sini karena harga jualnya murah. Baja pelat, misalnya, Desember lalu dilempar dengan harga ekspor Rp 189 per kg. Padahal produk serupa di Jepang harganya Rp 260, sedang di pasar spot (tunai) di perbatasan Jerman Barat-Prancis Rp 244 per kg. Menghadapi siasat banting harga itu, pemerintah berusaha melindungi KS yang dianggap masih belum mampu berproduksi secara efisien. Caranya: menekan impor, dan menetapkan harga produk baja hasil penggilingan panas eks impor (keluar gudang pelabuhan) sama dengan eks KS (dari pabrik) yaitu Rp 301,5 per kg. Karena KS juga berperan selaku Pusat Pengadaan Besi Baja, yang bertugas mengendalikan impor baja, cara penetapan harga setinggi itu agaknya membuat posisi KS di atas angin. Tapi buat pabrik-pabrik (pembeli) itu berarti biaya produksi akan jatuh lebih tinggi lagi. Maukah industri komponen memikul beban itu? "Kalau memang itu merupakan keharusan pemerintah ya akan kita taati," jawab Dirut Toyota Mobilindo Osamu Ohnishi. Kendati pada permulaan industri komponen itu bersedia membeli baja pelat dengan harga mahal, dia mengharapkan agar di kemudian hari KS bisa bekerja lebih efisien. Jika manajemen dan pabrik efisien, katanya, "tingkat harga itu bisa ditekan." Upaya belajar berproduksi secara efisien memang akan dilakukan KS lewat persetujuan manajemen produksi dengan salah satu pabrik baja terkemuka. Selama dua tahun terikat dalam persetujuan itu, manajemen dan tenaga kerja KS hanya akan berperanan sebagai orang kedua. Kini tawaran untuk mengoperasikan PSB dan HRM dengan teknologi Jerman Barat iN sudah dibuka. Sejumlah pabrik baja terkemuka seperti Thyssen (Jerman Barat), US Steel (AS), dan Kobe Steel (Jepang), sudah mengajukan tawaran. "Jadi jika kelak pihak Thyssen yang memenangkannya, rasanya soal kualitas dan efisiensi tak perlu diragukan lagi," kata Ariwibowo. Dia juga menjamin operator itu kelak bisa menyediakan produk baja hasil penggilingan panas secara tetap, dan terjaga. Dengan pelayanan semacam itu, dia menduga konsumen tak perlu lagi melakukan penimbunan produk baja tadi secara berlebihan. "Kalau hasil produksi kami jelek, jangan khawatir, kami akan memperbaiki, dan menggantinya," sambung Ariwibowo. Di hari-hari ini semua peralatan produksi di PSB dan HRM masih dicoba kemampuannya oleh Ferrostahl (pabrik baja dari Jerman Barat), sebagai kontraktor utama. Jika segalanya lancar, di sebelah kedua unit produksi itu kelak berdiri pula unit Cold Roll Mill, yang akan menghasilkan baja gulungan, lembaran, dan pelat lewat proses penggilingan dingin. Di pabrik ini, yang didirikan tanpa Jaminan pemerintah, KS akan memegang saham 40%, pengusaha besar Liem Sioe Liong dan Ciputra 40%, sedang sisanya (20%) dipegang sebuah lembaga perbankan Belgia. Biaya pembangunan CRM ditaksir akan menelan US$ 800 juta lebih, dan sekitar US$205 juta dibiayai dengan kredit sindikasi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus