Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Gengsi Rekan Dari Bali

Peresmian gedung baru bali post, bertepatan dengan hut ke-34, koran nasional yang terbit di daerah. Oplahnya meningkat terus, kini mencapai 20.000.(md)

11 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

GEDUNGNYA berbentuk biasa saja. Tapi pintu utamanya bercorak arsitektur tradisional Bali. Ada lukisan wayang Arjuna bertapa menghiasi sisi sebelah menyebelah pintu masuknya, dipahat pada batu padas halus. Pintu dan jendelanya sengaja dibuat berukuran besar. Udara segar dengan leluasa menerobos ruangan -- tanpa pemakaian AC berlebihan. Alat pendingin hanya dipasang di kamar gelap, gudang film dan tempat peralatan yang peka sinar. Berlantai tiga (luas 1.125 m2), bangunan itu berdiri megah di atas tanah 500 m2. Hanya satu kilometer ke timur laut dari jantung Kota Denpasar, di Jalan Kepundung. Berhimpitan dengan perkampungan penduduk Banjar Kaliungu Kaja, Desa Dangin Puri jurusan menuju Gianyar, gedung itu seakan melambangkan zaman baru yang dimasuki harian Bali Post (oplah 20.000). Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika Deppcn, Soekarno SH, datang meresmikannya dalam suasana HUT ke-34 koran itu, 28 Agustus. Seluruh lantai II dipakai untuk ruang redaksi. Ruang lay-out dan kamera film juga di sini, tapi dipisahkan oleh tembok. Sedang lantai bawah dipakai untuk ruang tata usaha, pemimpin umum dan percetakan. Tampak agak sumpek, maklum penuh dengan mesin cetak dan segala perlengkapannya. Lantai III masih kosong, tapi dicadangkan untuk keperluan rapat dan olahraga karyawan. Di setiap ruangan tersedia telepon otomat. Mesin cetak offset Goss Community kini menggantikan alat cetak kuno linotype dan intertype. Peralatan, yang kini mampu mencetak warna dan folder, masih akan disempurnakan dengan pemasangan satu unit Web Offset 202. Mesin baru ini menunjang rencana Bali Post terbit 12 halaman -- kini masih 8 halaman -- mulai Oktober. Tapi koran apa sih sesungguhnya Bali Post? "Jangan sebut kami koran daerah," kata Pemimpin Redaksi Raka Wiratma, karena isinya 35% berita nasional, 55% berita daerah dan 10% internasional. Menurut Raka, Bali Post suatu koran nasional yang terbit di daerah. Oplahnya sebelum cetak offset hanya 7.000-an. Setelah offset (mulai 1977), oplahnya meningkat terus. Kini mencapai 20.000. Sedang oplah edisi pedesaannya, yang menurut izin Deppen 10.000, kini mencapai 15.000 yang tersebar di pelosok pulau dewata itu. Raka Wiratma, 46 tahun, optimistis oplah korannya masih bisa ditingkatkan. Penghasilan Bali Post 60% dari penjualan koran, sisanya dari iklan. Tertua di Nusa Tenggara, koran itu terbit pertama kali 16 Agustus 1948 dengan nama Suara Indonesia. Ketut Nadha (57 tahun), pemimpin umumnya, bercerita betapa terbitnya dimulai dengan delapan lembar cetak stensilan. Gaji wartawan Bali Post berkisar Rp 47.800 sampai Rp 140.000. Tahun ini ada kenaikan 15% dari gaji pokok. Cukupkah? "Kami cukup-cukupkan saja," tutur Anang Salim, wartawan yang sudah aktif 13 tahun dan kini bergaji Rp 98.000. Berpendidikan SMP, ia masih butuh tambahan penghasilan dengan menerima panggilan memotret. Perusahaan ini akan menawarkan saham khusus untuk karyawan yang sudah bekerja 10 tahun. Tapi "saham itu baru untuk kelas atas saja," kata Anang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus