Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Globalisasi asap rokok

Pabrik rokok hm sampoerna mendapat dukungan kredit senilai us$ 80 juta dari sindikasi 11 bank dalam negeri. dana itu akan dipakai untuk memperkuat mo- dal kerja dalam peningkatan ekspor.

29 Juni 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sampoerna mendapat dukungan kredit sindikasi bank dalam negeri sebesar US$ 80 juta. Produksi terus ditingkatkan, sekalipun larangan merokok meluas. SEKALIPUN larangan merokok semakin gencar, komoditi itu tetap merupakan barang ekspor yang potensial. Pabrik Rokok H.M. ( Hanjaya Mandala) Sampoerna telah membuktikannya. Kamis pekan silam, Presiden Direktur Sampoerna Putera Sampoerna menandatangani perjanjian kredit senilai US$ 80 juta (sekitar Rp 160 milyar) dari sindikasi 11 bank di Jakarta, yang dipimpin Chase Manhattan Bank. Di tengah kecemasan melonjaknya jumlah pinjaman swasta dari luar negeri tahun fiskal 1990-1991 mencapai US$ 6,4 milyar- langkah Sampoerna, menggali pinjaman dari dalam negeri, bisa dibilang berani. Apalagi di tengah situasi likuiditas ketat belakangan ini. Itu menunjukkan, rencana Sampoerna, terutama dalam upaya meningkatkan ekspor, didukung oleh kalangan perbankan. Bahkan, kabarnya, pada awalnya, jumlah pinjaman sindikasi yang diminta Sampoerna tersebut adalah US$ 65 juta. Tapi karena pemberi pinjaman optimistis akan kemampuan ekspor Sampoerna, selain jum- lahnya naik jadi US$ 80 juta- dengan bunga rata-rata 9-10%, dana itu akan segera dikeluarkan Selasa pekan ini. Tercatat selain Chase, bank-bank yang mendukung Sampoerna antara lain BRI, Bapindo, Bank Umum Nasional (BUN), Bank Pasific, Bank Niaga, Bank Bumiputera, dan Bank Sampoerna. Dan dana itu, menurut Direktur Keuangan Sampoerna Ilham Tjakrakusuma, akan dipakai untuk memperkuat modal kerja dalam peningkatan ekspor. Ekspor Sampoerna memang sudah menyerbu mancanegara, seperti Amerika Serikat, Jepang, Malaysia, Singapura, dan Hong Kong sejak 1986. Sampai 1990, ekspor tersebut terus meningkat kendati belum menggembirakan- cuma sekitar 400 ribu batang per hari atau sekitar 2% dari penjualan di dalam negeri yang per harinya 20 juta batang. Untuk 1991 ini, jumlah ekspor diharapkan melonjak pesat. Singapura saja, misalnya, telah meminta agar dikirim rokok senilai US$ 5 juta setiap bulan mulai Juni ini. Ini, oleh Ilham Tjakrakusuma, diperhitungkan sama dengan hampir satu milyar batang rokok setiap bulannya. Jumlah itu, terutama jenis rokok putih Sampoerna Crown, rencananya akan direekspor dari Singapura ke beberapa negeri lainnya. Produk ini pula sebanyak 50 juta batang sempat masuk Uni Soviet Oktober tahun silam, yang menurut rencana semula, sampai Januari 1991, akan menjadi 500 juta batang (sekitar Rp 8 milyar), tapi karena situasi ekonomi di sana runyam, pengirimannya tak dilanjutkan. Boleh jadi, permintaan dari Singapura itu bisa menyembuhkan kekecewaan penghentian ekspor ke Uni Soviet. Persoalannya sekarang adalah: bagaimana meningkatkan kapasitas produksi. Untuk itulah perlu dukungan penambahan modal. Pokoknya, kata Il- ham Tjakrakusuma, "Mana yang lebih dulu bisa kami terjang untuk meraih laba, ya, kita masuki." Ini berarti, kampanye antirokok, yang sudah merebak ke banyak negara, tak bisa menjadi penghalang para konsumen rokok untuk menikmati asap beraroma dari Indonesia. Pertengahan 1980-an, kampanye itu memang sempat menggoyahkan ekspor kita. Pada 1984, misalnya, ekspor Bentoel sempat anjlok, dari US$ 2 juta pada tahun sebelumnya, jadi tinggal US$ 200 ribu. Tapi, kampanye antirokok itu diimbangi pula dari sini dengan promosi. Bentoel dan Sampoerna, yang di sini masih di bawah Gudang Garam dan Djarum, pada 1985 menghabiskan dana Rp 1 milyar untuk kampanye penyebaran produknya. Hasilnya, pada 1989, para industriwan rokok di sini berhasil menyedot devisa US$ 60,2 juta dari ekspor rokok putih dan kretek. Tahun silam, angkanya diperkirakan bertambah lagi, mengingat, untuk semester pertama saja, Biro Pusat Statistik sudah berhasil mencatat angka ekspor asap sebanyak US$ 32 juta. Apalagi para pabrikan makin agresif di pasar internasional. Di antaranya Sampoerna, yang oleh direksinya diakui bahwa kantor-kantor pemasarannya di mancanegara menambah daya tempur belakangan ini. Seiring dengan niat Putera Sampoerna yang pernah mengatakan hendak menduniakan asap rokok dari pabriknya. Mohamad Cholid dan Jalil Hakim (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus