Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Golkar Menang. Sadli Optimis

Kontraktor asing, IIAPO, setuju melanjutkan pencarian minyak di Indonesia. Pertamina tak lagi mengharuskan kontraktor asing menanam kembali bagian minyaknya yang dijual pada Pertamina.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANCINGAN Pertamina untuk memberikan perangsang baru kepada para pengusaha minyak di Indonesia kini sudah mulai menunjukkan hasilnya. Independent Indonesian American Co. (IIAPCO), perusahaan minyak bagi hasil yang tergabung dalam kelompok maskapai multinasional Natomas, bulan April lalu sudah menyatakan setuju untuk melanjutkan pencarian minyak di Indonesia. IIAPCO termasuk salah satu dari 'enam besar' perusahaan minyak bagi hasil di Indonesia yang umumnya beroperasi di lepas pantai. Produksinya sampai April lalu, menurut catatan Departemen Pertambangan mencapai 128.217 barrel sehari. Kesediaan IIAPCO untuk melanjutkan eksplorasi itupun disebabkan setelah Pertamina menawarkan perangsang baru yang dipandang memadai. Berbeda dengan perangsang yang ditawarkan Pertamina bulan Pebruari lalu - dan disambut dingin oleh para pengusaha minyak asing - kali ini uluran pancing Pertamina boleh dibilang membuat para pengusaha minyak itu mulai tertarik. Mereka tak lagi diharuskan untuk menanam kembali bagian dari hasil minyaknya yang dijual kepada Pertamina. Di bulan Pebruari lalu, kewajiban untuk menyisihkan 20 dari produksi yang harus dijual dengan harga 20 sen dollar per barrel pada Pertamina memang sudah dihapuskan. Tapi kewajiban yang dikenal sebagai pro rata crude itu meskipun sudah dinaikkan harganya setingkat dengan yang berlaku sekarang masih diwajibkan untuk ditanam kembali guna usaha pencarian minyak baru (TEMPO, 5 Maret 1977). Kata Sadli Selain itu mereka juga dibolehkan untuk menyisihkan 20, dari produksinya dalam tahun pertama, begitu mereka berhasil memperoleh minyak baru kelak. Penyisihan itu - seperti sudah diungkapkan dalam paket perangsang bulan Pebruari lalu - boleh mereka lakukan sebelum diadakan pembagian (split) yang 85 : 15. Tapi berbeda dengan perangsang yang lalu, penyisihan yang 20,, itu kini diberikan untuk semua perusahaan minyak yang bersedia mencari ladang baru, tanpa memandang letak geografis dan dalamnya pengeboran yang akan dilakukan. Tadinya perangsang itu hanya diberikan bagi perusahaan yang akan mengebor sumur-sumur baru di tempat yang dipandang sulit (56 km dari pantai) atau untuk yang 'lepas pantai' berlaku bagi pengeboran yang dalamnya lebih dari 100 M (300 kaki) Penyisihan tersebut, yang kini terbuka bagi semua perusahaan minyak yang berminat, tetap berlaku hanya selama 5 tahun pertama sejak masa dimulainya produksi. Apakah langkah grup Natomas itu akan diikuti oleh perusahaan minyak bagi hasil yang lain, memang masih menjadi tanda-tanya. Tapi Menteri Pertambangan Moh. Sadli - yang seperti tetap optimis melihat ada tanda-tanda bahwa langkah Natomas itu akan diikuti oleh yang lain. Tak syak lagi, salah satu optimisme itu dikaitkan dengan kemenangan Golkar dalam pemilu yang baru lewat, oleh Menteri Sadli kemenangan Golkar yang di atas 60% itu, dipandang sebagai "positif bagi penanam modal asing". Ucapan Prof. Sadli itu dikemukakan selepas menemani Presiden Union Oil, Fred L. Hartley beraudiensi dengan Presiden Soeharto 5 Mei lalu. Ketika ditanya pers, orang pertama Union Oil itu tak dengan segera menyatakan akan mengikuti jejak Natomas. "Saya ke mari untuk memberikan ucapan selamat kepada Presiden atas kemenangan partainya", kata Hartley. Tapi beberapa kalangan pejabat menganggap pertemuan itu sebagai "pertanda bahwa Union Oil ingin melanjutkan pencarian minyak di Indonesia". Hanya, kata seorang pqabat minyak kepada TEMPO akhir pekan lalu, "mereka mungkin punya persoalan lain yang mungkin berbeda dengan IIAPCO". Selain grup Natomas, adalah Union Oil yang kabarnya tergolong agresif dalam pencarian minyak. Adalah Union Oil yang merupakan perusahaan minyak bagi hasil pertama di antara 'enam besar' yang menandatangani perjanjian bagi hasil baru di akhir Juli tahun lalu yang didesakkan Pertamina. Produksinya di lepas pantai Attaka, di Kalimantan Timur, menurut catatan Direktorat Migas, mencapai 130.868 barrel sehari di bulan April lalu. Dan Fred Hartley sendiri, sudah menyatakan akan melanjutkan penanaman modalnya yang selama ini sudah mencapai sekitar AS$ 700 juta itu. Formul Lybia Sementara itu ajakan Pertamina agar perusahaan-perusahaan minyak asing melakukan operasi bersama di ladangladang Pertamina sedikit banyak sudah pula disambut. Sekalipun, menurut mingguan Far Eastem Economic Review yang terbit akhir April lalu, hanya terbatas pada perusahaan minyak yang kecil-kecil dan umumnya bukan dari AS. Kerjasama itu pada dasarnya agak mirip dengan apa yang dikenal sebagai formula Lybia. Yakni, biaya-biaya operasi, pembangunan dan produksi akan ditanggung bersama antara Pertamina dan perusahaan asing yang bersangkutan secara fifty-fifty. Sekalipun, bagian 50% dad hasil minyak fihak asing masih tetap akan mengikuti pembagian 85: 15 lebih dulu untuk kepentingan Pertamina. Adapun perusahaan-perusahaan minyak yang sudah menaruh minat, terdiri dari Aquitaine, Total (keduanya Perancis), Japex, IIAPCO dan Shell (British Petroleum). Pertamina sendiri, dengan anggaran tahunannya yang kini berjumlah AS$ 2,9 milyar itu, sudah menyisihkan sebanyak AS$ 250 juta untuk kepentingan eksplorasi dan produksi. Jumlah tersebut meningkat keras dibandingkan dengan anggaran untuk eksplorasi dan produksi tahun lalu yang hanya AS$ 145 juta. Adapun yang $ 250 juta itu akan digunakan untuk pencarian minyak baru dan menggali dari yang sudah ada (secondary recovery).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus