Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Botol Sampanye Sudah Dibuka ...

Rencana penggabungan pt foremost indonesia dengan pt friesche vlag indonesia (anggota kelompok ccf) macet. pemerintah memberi kesempatan pada pmdn dan menutup pintu bagi pma.

14 Mei 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Jakarta mereka diam-diam merahasiakan betul rencana penggabungan itu demikian rupa hingga karyawan sendiri pun tak mengetahuinya. Di San Fransisco, di kantor pusat Foremost McKesson Inc., rencana itu sudah terwujud: Saham-saham PT Foremost Indonesia dijual pada Cooperative Condensed-melk Fabriek (CCF), Leeuwarden, Holland. Botol sampanye sudah dibuka untuk merayakannya. PT Friesche Vlag Indonesia, anggota kelompok CCF, diduga sudah dengan sendirinya akan bisa mengambil-alih kekayaan dan kegiatan bisnis PT Foremost Indonesia. Tapi sampai awal minggu ini, hampir dua bulan kemudian, proses ambil-alih itu macet. Kenapa? "Mungkin mereka lupa sowan", komentar Nahar Zahiruddin, Dirut PD&I Marison NV, yang juga menjabat Wakil Presiden Direktur PT Indomilk. Adalah Indomilk yang akan harus bersaing ketat bila Friesche Vlag mencaplok Foremost (TEMPO, 2 April 1977). Ketiganya itu mempunyai pabrik yang saling berdekatan di Cijantung, jalan raya Jakarta-Bogor. Jika bergabung, kekuatan produksi Friesche Vlag menjadi jauh lebih besar dibanding Indomilk. "Sowan" itu tampaknya memang diabaikan mereka. Adi Putra Tahir dari TEMPO memproleh kesan ini ketika meginterpiu Dirjen (Aneka Industri Kerajinan Rakyat) Sugiri minggu lalu. "Dia (Friesche Vlag) baru minta izin pada kita sesudah rnengadakan jual-beli. Sedangkan izin Foremost belum dicabut. Sedangkan nanti ada penghitungan pajak dsb. Dan semustinya 'kan Foremost itu datang pada saya, mengatakan tidak bisa melanjutkan usahanya, atau mengatakan ingin dijual". Basi Tapi kalau sowan semula berlangsung, belum pasti pula Dirjen Sugiri akan segera mengabulkan rencana jual beli itu. Apalagi selama ini belum pernah terjadi satu perusahaan PMA dijual pada PMA lainnya. Kebetulan pemerintah (baca BKPM) menempuh kebijaksanaan bam, yaitu memberi kesempatan pada PMDN, dan menutup pintu pada PMA bila PMDN sudah bisa mengerjakannya. Tahun ini, PMDN dianggap sudah mampu membuka industri susu. Indormilk, Friesche Vlag, Foremost dan cap Nona (Nestle) di negeri ini adalah PMA, berbentuk usaha patungan. Cuma satu kecil pula - di Bandung (PT Ultra Jaya) yang 100% nasional. "Apakah bidang susu ini mau didominir oleh PMA semua?" Dirjen Sugiri bertanya. Pertanyaan sama dilontarkan pula oleh Pepehani (Persatuan Pedagang Peternak Hewan Indonesia). Keempat usaha patungan PMA itu, di mata Pepehani, telah tidak membantu kehidupan kaum peternak dan produsen susu kecil. Tambahan pula keempat PMA itu terutama Indomilk dan Friesche Vlag, ingin meningkat ke produksi susu murni - Ultra High Temperature -- yang dijamin 3 bulan tidak basi. Antara lain karena tekanan dari pihak Pepehani, rencana Indomilk untuk mendatangkan mesin guna produksi UHT telah diundurkannya. Persoalan utama sekarang ialah: Bagaimana pabrik susu bisa mendatangkan teknologi moderen tanpa mematikan produsen kecil? Pihak pabrik sudah menerima konsep supaya mau menampung susu murni dari produsen kecil untuk dijadikan UHT. Tapi hal ini memamg bisa dilaksanakan di Bandung oleh PT Ultra Jaya karena produsen umumnya berkumpui di daerah Pengalengan, hingga pabrik mengumpulkan susu dani satu tempat saja. Untuk sekitar Jakarta (bagi Indomilk dan Friesche Vlag) maupun Surabaya (bagi cap Nona!, hal itu tidak gampang, karena produsen kecil terpencar letaknya. Marison Tertarik "Perlu difikirkan supaya terbentuk koperasi yang menampung susu dari para peternak kecil yang terpencar itu", kata Nahal. "Pabrik nantinya akan membeli dari koperasi Itu. Koperasi tentunya harus menjamin mutu susu yang akan dijualnya pada pabrik". Tentang soal mutu, menurut drh. Sumarmo, Kepala Direktorat Pengembangan Produksi Peternakan, "seharusnya bisa dijamin, asalkan cara pemerahan bersih dan sapinya sehat, dan jangan dicampur (air). Beda kwalitas dari satu sapi dengan sapi lainnya sedikit sekali, mungkin berbeda kadar lemak yang tidak begitu menyolok". Tapi tentang soal koperasi, tak ada pemecahannya buat sementara. Dulu pernah ada rencana tata-kota Jakarta untuk mengelompokkan usaha peternakan di dekat Depok. Kalau rencana itu dijalankan, mungkin koperasi yang diusulkan itu mudah dibina. Dengan situasi sekarang, maka koperasi akan harus terpencar pula tapi tentu mengkomersiil jadinya. Kembali ke Foremost apakah penjualannya pada sesama PMA harus dibatalkan? Demikianlah kecenderungannya minggu ini, mengingat kebijaksanaan baru pemerintah. Lantas, kelompok modal nasional mana yang akan membelinya? PT Ultra Jaya berminat. Nahar Zahiruddin (sebagai mewakili Marison saja, bukan Indomilk) juga tertarik. "Asalkan ada bank negara mendukung", kata Nahar. Tidak pasti diketahui rencana PT Foremost Indonesia dijual. Partner Indonesianya PT Wardhana yang memegang saham cuma 1O di Foremost itu, tidak mau berbicara. Harry Wardhana, 46, Presdir PT Wardhana, menurut seorang teman akrabnya, merasa "terpukul sekali".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus