DI Jakarta mereka diam-diam merahasiakan betul rencana
penggabungan itu demikian rupa hingga karyawan sendiri pun tak
mengetahuinya. Di San Fransisco, di kantor pusat Foremost
McKesson Inc., rencana itu sudah terwujud: Saham-saham PT
Foremost Indonesia dijual pada Cooperative Condensed-melk
Fabriek (CCF), Leeuwarden, Holland. Botol sampanye sudah dibuka
untuk merayakannya. PT Friesche Vlag Indonesia, anggota kelompok
CCF, diduga sudah dengan sendirinya akan bisa mengambil-alih
kekayaan dan kegiatan bisnis PT Foremost Indonesia. Tapi sampai
awal minggu ini, hampir dua bulan kemudian, proses ambil-alih
itu macet. Kenapa?
"Mungkin mereka lupa sowan", komentar Nahar Zahiruddin, Dirut
PD&I Marison NV, yang juga menjabat Wakil Presiden Direktur PT
Indomilk. Adalah Indomilk yang akan harus bersaing ketat bila
Friesche Vlag mencaplok Foremost (TEMPO, 2 April 1977).
Ketiganya itu mempunyai pabrik yang saling berdekatan di
Cijantung, jalan raya Jakarta-Bogor. Jika bergabung, kekuatan
produksi Friesche Vlag menjadi jauh lebih besar dibanding
Indomilk.
"Sowan" itu tampaknya memang diabaikan mereka. Adi Putra Tahir
dari TEMPO memproleh kesan ini ketika meginterpiu Dirjen (Aneka
Industri Kerajinan Rakyat) Sugiri minggu lalu. "Dia (Friesche
Vlag) baru minta izin pada kita sesudah rnengadakan jual-beli.
Sedangkan izin Foremost belum dicabut. Sedangkan nanti ada
penghitungan pajak dsb. Dan semustinya 'kan Foremost itu datang
pada saya, mengatakan tidak bisa melanjutkan usahanya, atau
mengatakan ingin dijual".
Basi
Tapi kalau sowan semula berlangsung, belum pasti pula Dirjen
Sugiri akan segera mengabulkan rencana jual beli itu. Apalagi
selama ini belum pernah terjadi satu perusahaan PMA dijual pada
PMA lainnya. Kebetulan pemerintah (baca BKPM) menempuh
kebijaksanaan bam, yaitu memberi kesempatan pada PMDN, dan
menutup pintu pada PMA bila PMDN sudah bisa mengerjakannya.
Tahun ini, PMDN dianggap sudah mampu membuka industri susu.
Indormilk, Friesche Vlag, Foremost dan cap Nona (Nestle) di
negeri ini adalah PMA, berbentuk usaha patungan. Cuma satu kecil
pula - di Bandung (PT Ultra Jaya) yang 100% nasional. "Apakah
bidang susu ini mau didominir oleh PMA semua?" Dirjen Sugiri
bertanya.
Pertanyaan sama dilontarkan pula oleh Pepehani (Persatuan
Pedagang Peternak Hewan Indonesia). Keempat usaha patungan PMA
itu, di mata Pepehani, telah tidak membantu kehidupan kaum
peternak dan produsen susu kecil. Tambahan pula keempat PMA itu
terutama Indomilk dan Friesche Vlag, ingin meningkat ke produksi
susu murni - Ultra High Temperature -- yang dijamin 3 bulan
tidak basi.
Antara lain karena tekanan dari pihak Pepehani, rencana Indomilk
untuk mendatangkan mesin guna produksi UHT telah diundurkannya.
Persoalan utama sekarang ialah: Bagaimana pabrik susu bisa
mendatangkan teknologi moderen tanpa mematikan produsen kecil?
Pihak pabrik sudah menerima konsep supaya mau menampung susu
murni dari produsen kecil untuk dijadikan UHT. Tapi hal ini
memamg bisa dilaksanakan di Bandung oleh PT Ultra Jaya karena
produsen umumnya berkumpui di daerah Pengalengan, hingga pabrik
mengumpulkan susu dani satu tempat saja. Untuk sekitar Jakarta
(bagi Indomilk dan Friesche Vlag) maupun Surabaya (bagi cap
Nona!, hal itu tidak gampang, karena produsen kecil terpencar
letaknya.
Marison Tertarik
"Perlu difikirkan supaya terbentuk koperasi yang menampung susu
dari para peternak kecil yang terpencar itu", kata Nahal.
"Pabrik nantinya akan membeli dari koperasi Itu. Koperasi
tentunya harus menjamin mutu susu yang akan dijualnya pada
pabrik".
Tentang soal mutu, menurut drh. Sumarmo, Kepala Direktorat
Pengembangan Produksi Peternakan, "seharusnya bisa dijamin,
asalkan cara pemerahan bersih dan sapinya sehat, dan jangan
dicampur (air). Beda kwalitas dari satu sapi dengan sapi lainnya
sedikit sekali, mungkin berbeda kadar lemak yang tidak begitu
menyolok".
Tapi tentang soal koperasi, tak ada pemecahannya buat sementara.
Dulu pernah ada rencana tata-kota Jakarta untuk mengelompokkan
usaha peternakan di dekat Depok. Kalau rencana itu dijalankan,
mungkin koperasi yang diusulkan itu mudah dibina. Dengan situasi
sekarang, maka koperasi akan harus terpencar pula tapi tentu
mengkomersiil jadinya.
Kembali ke Foremost apakah penjualannya pada sesama PMA harus
dibatalkan? Demikianlah kecenderungannya minggu ini, mengingat
kebijaksanaan baru pemerintah. Lantas, kelompok modal nasional
mana yang akan membelinya? PT Ultra Jaya berminat. Nahar
Zahiruddin (sebagai mewakili Marison saja, bukan Indomilk) juga
tertarik. "Asalkan ada bank negara mendukung", kata Nahar.
Tidak pasti diketahui rencana PT Foremost Indonesia dijual.
Partner Indonesianya PT Wardhana yang memegang saham cuma 1O di
Foremost itu, tidak mau berbicara. Harry Wardhana, 46, Presdir
PT Wardhana, menurut seorang teman akrabnya, merasa "terpukul
sekali".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini