Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Gubernur BI Jelaskan 2 Faktor Utama Penggerak Nilai Tukar Rupiah

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan penguatan atau pelemahan nilai tukar rupiah sangat tergantung pada faktor fundamental dan teknikal.

10 Juni 2020 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan penguatan atau pelemahan nilai tukar rupiah sangat tergantung pada faktor fundamental dan teknikal. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Faktor fundamental yang mendorong penguatan rupiah antara lain, rendahnya inflasi, defist transaksi berjalan yang aman, serta penurunan perbedaan suku bunga (yield) dengan US Treasury," kata Perry, Selasa, 9 Juni 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sedangkan faktor teknikal yang berpengaruh terhadap pergerakan rupiah adalah level premi risiko atau credit default swap (CSD) yang sempat meroket ketika terjadi kepanikan global pada pertengahan hingga akhir Maret 2020. 

Perry menyebutkan level CDS Indonesia saat ini tercatat 110, meskipun belum kembali ke level sebelum wabah Covid-19, yaitu 68. "Secara fundamental tukar rupiah masih undervalue. Insyaallah premi risiko membaik. Kita menimbang nilai tukar rupiah tetap baik untuk ekspor dan kebutuhan lainnya," ucapnya.

Sebelumnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menunjukkan penguatan dalam beberapa waktu terakhir. Setelah sempat mencapai level Rp 17.000 per dolar AS, mata uang garuda kini tercatat hingga Rp 13.890 per dolar AS. 

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengapresiasi langkah Bank Indonesia yang mampu menstabilkan bahkan menguatkan nilai tukar rupiah. Dampak stabilisasi Bank Indonesia rupiah menguat di bawah Rp 15.000 per dolar dan IHSG sekarang di atas 5.000.

"Ini menunjukkan operasi Gubernur BI baik. Namun, rupiah agak sedikit kuat. Sepertinya kekuatan Pak Gubernur harus di-adjust sedikit," kata Airlangga.

Namun pada hari ini kurs rupiah berada di zona merah pada perdagangan dan diperkirakan bakal menembus level resisten kuat Rp 14.000 per dolar AS. Nilai tukar rupiah menyentuh posisi Rp 14.083 per dolar AS berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor.

Data yang diterbitkan Bank Indonesia pagi ini menempatkan kurs referensi Jisdor di level Rp 14.083 per dolar AS, melemah 110 poin atau 0,79 persen dari posisi kemarin di Rp 13.973 per dolar AS.

Sementara berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 09.19 WIB rupiah masih melanjutkan koreksi dari perdagangan sebelumnya. Kurs rupiah turun 0,34 persen atau 47,5 poin ke level Rp 13.937,5 per dolar AS. Adapun, pada perdagangan kali ini rupiah dibuka di level Rp 13.927,5 per dolar AS.

Pelemahan rupiah itu terjadi ketika indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat tipis 0,06 persen ke level 96,385.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa sesungguhnya potensi rupiah untuk bergerak menguat sangat terbuka lebar pada perdagangan kal ini. “Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 13.720 - Rp 13.950 per dolar AS,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Rabu, 10 Juni 2020.

BISNIS

 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus