Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dalam perhelatan Hari Belanja Nasional (Harbolnas) 2017 ini, perusahaan retail online Zalora Indonesia mencatat mayoritas transaksi datang dari wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. "Paling banyak Jabodetabek, 27 persen Jakarta saja," ujar Anthony Fung, CEO Zalora Indonesia, Selasa, 12 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Anthony menyebutkan, setelah DKI Jakarta, kebanyakan transaksi berasal dari Bandung, Surabaya, Medan dan Bekasi. Pada Harbolnas tahun ini Zalora mematok target peningkatan pendapatan 12 kali lipat. Sementara pada tahun lalu, Zalora mendapatkan 350 persen peningkatan pada pendapatan dibandingkan Harbolnas 2015.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mendorong penjual dan brand lokal, Zalora juga bekerjasama dengan banyak label fashion lokal, mulai dari designer lokal hingga label-label indie. Zalora memiliki 3 sistem untuk memudahkan setiap label berkolaborasi dengan Zalora, yaitu outright, consignment dan marketplace. Selain membuat proses onboarding yang mudah, Zalora juga membantu mempromosikan label-label tersebut baik secara online maupun offline.
Secara online, Zalora akan bekerjasama dengan label tersebut untuk memastikan pilihan produk-produk nya sesuai dengan perilaku berbelanja pelanggan Zalora. Secara offline, Zalora juga sering mempromosikan label- label tersebut dengan mengundang VIP customer agar dapat lebih jauh mengenal label tersebut.
Sejauh ini produk favorit di Zalora untuk label internasional, top brands-nya adalah Mango, Levi’s, Keds, Vans, Skechers, Cotton On, River Island, Missguided dan private label ZALORA, Something Borrowed dan ZALIA. Sementara untuk label lokal yang menjadi favorit adalah Palomino, The Executive, Vesperine, Alexander Christie dan Lois Jeans.
Menteri Komunikasi dan Informartika Rudiantara sebelumnya mengimbau masyarakat, pembeli maupun pemain e-commerce untuk mewaspadai pelaku nebeng, yang bisanya dilakukan pihak tak bertanggung jawab menumpang euforia belanja online ini. “Karena banyak yang harus dirapikan manjemennya,” kata Rudiantara di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Senin, 11 Desember 2017.
Rudiantara mengatakan, pihak nebeng yang ia maksud adalah pelaku kriminal yang memberikan penawaran fiktif. “Dalam artian, pihak tak bertanggung jawab masuk untuk menawarkan sesuatu tapi tidak pernah melakukan pengiriman barang pada pembeli,” katanya.
Lebih lanjut, Rudiantara berujar, pelaku kriminal ini memanfaatkan kesempatan untuk mendapatkan uang di momen Harbolnas. “Uangnya masuk tapi tak ada barang yang dikirim."
BISNIS | JENNY WIRAHADI | YUDONO YANUAR