Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Harga gula terus merangkak naik hingga di atas Rp 18 ribu per kilogram.
Realisasi impor gula baik oleh BUMN maupun perusahaan swasta masih sangat rendah.
Stok gula pemerintah terus menipis.
PERLAHAN tapi pasti, harga gula terus menanjak. Abdul Wahab, seorang pedagang bahan pokok di Pasar Terong, Kota Makassar, mengatakan harga gula sudah tinggi sejak dari pemasok. Dari Rp 15 ribu per liter beberapa bulan lalu, harga gula merangkak naik ke Rp 16 ribu per liter, dan pada pekan lalu mencapai Rp 17 ribu per liter.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sekarang sudah Rp 18 ribu per liter, naik terus enggak tahu kenapa," ujar Abdul di kiosnya, kemarin. Biasanya, dia membeli gula dengan harga Rp 600 ribu per 50 kilogram atau satu sak. Baru-baru ini harganya melonjak menjadi Rp 800 ribu per sak. Otomatis harga di tingkat konsumen juga terkerek.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menyitir panel harga Badan Pangan Nasional, kenaikan harga gula konsumsi terjadi sejak awal tahun. Pada Juli lalu, grafik kenaikan harga tersebut cenderung melandai. Sebagai catatan, pada Januari 2023, harga rata-rata gula konsumsi di tingkat pedagang eceran sebesar Rp 14.340 per kilogram. Pada Juli, harganya menjadi Rp 14.610 per kilogram.
Selepas Juli, grafik kenaikan harga mulai curam. Bahkan, pada 18 Desember 2023, harga rata-rata gula nasional mencapai Rp 17.330 per kilogram. Di sejumlah provinsi, harga gula sudah dibanderol di atas Rp 18 ribu per kilogram. Harga tertinggi terjadi di Papua, yakni Rp 20.440 per kilogram.
Aktivitas bongkar-muat gula mentah dari Brazil di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, 22 November 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Tenaga ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Yadi Yusriadi mengatakan tingginya harga gula saat ini, salah satunya, dipicu oleh menipisnya pasokan sehingga stok yang ada diperebutkan pedagang besar dan menengah. Akibatnya, mereka membeli gula dengan harga tinggi sehingga terjadi kenaikan harga di tingkat konsumen.
AGI memperkirakan stok gula nasional pada akhir 2023 kurang dari 800 ribu ton. Idealnya, stok gula nasional ada di kisaran 1,4 juta ton. Menipisnya stok tersebut disebabkan oleh ongkos impor yang masih mahal dan proses pengapalan yang lama. "Karena itu importir tidak berani mengimpor, khawatir harga akan turun pada saat gula yang dipesan datang," ujar Yadi.
Padahal saat ini harga harga gula internasional mulai turun. Harga gula kristal putih yang beberapa waktu lalu sekitar US$ 700 per ton, misalnya, sudah mereda menjadi sekitar US$ 630 per ton. Sementara itu, harga gula mentah sekitar 23,4 sen per pon.
Dengan demikian, harga gula sampai siap keluar gudang pabrik gula atau pelabuhan sekitar Rp 13.800 per kilogram untuk gula kristal putih. Sedangkan biaya distribusi ke pasar sebesar Rp 2.000-3.000 per kilogram. "Sebetulnya masih layak. Namun gula yang dipesan sekarang baru tiba sekitar dua sampai tiga bulan dan harga internasional bisa turun lagi. Ini yang dikhawatirkan importir," tutur Yadi.
Menurut dia, jika pasokan terus seret karena situasi ini, harga gula akan terus meningkat di pasar. Terlebih pada awal tahun depan ada beberapa momentum yang bisa meningkatkan permintaan, dari pemilihan umum hingga Ramadan dan Lebaran. Sebagai gambaran, kebutuhan gula nasional per bulan mencapai 267 ribu ton. Dengan stok gula pada akhir tahun diperkirakan kurang dari 800 ribu ton dan pabrik gula baru berproduksi cukup banyak pada akhir Mei, ada kemungkinan pasokan bakal berkurang pada awal tahun depan.
"Kekhawatiran terjadi kelangkaan barang menjadi pendorong harga gula naik," kata Yadi. Ia pun menyarankan pemerintah segera menggenjot impor melalui penugasan kepada badan usaha milik negara. "Dengan penugasan tidak khawatir rugi karena akan menjadi tanggungan pemerintah."
Realisasi Impor Masih Minim
Berdasarkan data yang diperoleh Tempo, volume realisasi impor gula hingga 29 November masih jauh dari kuota yang diberikan pemerintah. Kuota impor gula kristal putih yang diberikan kepada PT RNI (Persero) dan PT Perkebunan Nusantara III sebesar 214.800 ton baru terealisasi 124.781 ton. Sedangkan kuota impor gula kristal mentah sebesar 796 ribu ton untuk 14 perusahaan baru terealisasi 420 ribu ton.
Ketua Umum Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi) Aris Toharisman mengatakan sebagian besar gula impor masih dalam proses pengiriman dari negara asal. Gula impor tersebut diperkirakan mulai berdatangan pada pekan keempat Desember 2023 hingga Januari 2024. "Butuh waktu lebih dari satu bulan pengiriman gula dari Brasil ke Indonesia," kata Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara itu.
Ia sepakat harga gula masih relatif tinggi pada awal tahun depan sebelum adanya periode penggilingan tebu oleh pabrik lokal. Namun harga bisa sedikit mereda dengan kedatangan gula impor dalam beberapa waktu ke depan. Toh harga lelang gula dari produsen BUMN dan swasta dalam dua pekan terakhir juga cenderung turun di bawah Rp 15 ribu per kilogram. Maka, kata dia, seharusnya harga gula di tingkat konsumen juga mulai terkoreksi.
Peneliti pangan dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia Khudori berujar kondisi pelik ini disebabkan oleh kombinasi berbagai sebab. Langkah perusahaan menahan impor karena menunggu harga turun hanyalah salah satu sebabnya. Di sisi lain, ada potensi penurunan produksi gula hingga 200 ribu ton pada tahun ini. Produksi gula pun sudah terhenti sejak Oktober lalu. Akibatnya, pasokan menjadi terbatas.
Kini, kata Khudori, pasokan yang ada sebagian besar dikuasai pedagang. Adapun cadangan gula yang dikuasai pemerintah melalui BUMN pangan relatif sedikit. Dengan begitu, pasokan gula pemerintah itu pun tidak bisa menjadi instrumen untuk menstabilkan harga. "Pasti tidak memadai," ujarnya. Data Badan Pangan Nasional menunjukkan bahwa pasokan gula pemerintah dikuasai Perum Badan Urusan Logistik sebesar lebih-kurang 6.500 ton dan ID Food 19,7 ribu ton.
Kemasan gula pasir berukuran 1 kilogram di pasar Kramat Jati, Jakarta, 14 November 2023. TEMPO/Tony Hartawan
Bergantung pada Impor
Untuk mengatasi persoalan ini, Khudori mengatakan pemerintah harus segera menambah cadangan gula. Misalnya dengan memberi penugasan impor kepada ID Food dan Bulog untuk menambal pasokan impor yang tak kunjung direalisasi perusahaan swasta. "Tapi harus segera."
Adapun pelaksana tugas Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator Perekonomian Ferry Irawan mengatakan pemerintah terus mendorong importir untuk merealisasi kuota impornya hingga akhir tahun ini. Musababnya, sebesar 30 persen kebutuhan gula di dalam negeri memang masih dipengaruhi oleh pengadaan luar negeri. Terlebih sekarang ada penurunan produksi domestik karena El Nino.
Meski begitu, Ferry menyadari impor gula pun tak mudah dilakukan lantaran beberapa negara produsen gula, seperti India, Pakistan, dan Thailand, menutup keran impornya. Walhasil, selain pasokan terbatas, harganya meningkat. "Seperti kita ketahui Thailand menjadi salah satu negara utama asal impor gula Indonesia," ujarnya.
Sembari menggenjot realisasi impor gula, Ferry mengatakan pemerintah juga terus menggencarkan operasi pasar atau gelar pangan murah menjelang akhir tahun. Langkah tersebut diharapkan dapat mengerem kenaikan harga yang lebih tinggi. Selanjutnya, pasca-sengkarut harga gula, pemerintah tengah mengkaji upaya meningkatkan produksi gula domestik pada jangka menengah dan panjang. "Pemerintah akan melakukan perluasan lahan tanam tebu di luar Jawa."
CAESAR AKBAR | DIDIT HARIYADI (MAKASSAR)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo