Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Usaha Milik Negara produsen pupuk, PT Pupuk Indonesia (Persero) menyebut mahalnya pupuk NPK disebabkan perang Rusia Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SVP Corporate Secretary PT Pupuk Indonesia (Persero) Wijaya Laksana mengatakan pupuk NPK cukup unik. Sebab, harganya sangat mahal dalam setahun terakhir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kenapa mahal? Karena memang dampak dari perang Rusia dan Ukraina karena 30 persen kebutuhan fosfor dan kalium dipasok oleh Rusia," kata Wijaya saat ditemui di gedung Kementerian BUMN, Senin 13 Maret 2023.
Dia menjelaskan, deposit fosfor dan kalium sangat kecil sehingga tidak bisa menjadi bahan baku untuk memenuhi kebutuhan pupuk nasional. Oleh sebab itu, fosfor dan diimpor dari negara Timur Tengah dan Cina. Adapun 30 persen kebutuhan kalium dunia berasal dari Rusia dan Belarusia.
"Jadi bisa kebayang selama perang kemarin sepertiga kebutuhan dunia itu hilang? Jadi otomatis harganya itu gila-gilaan," tutur dia.
Jadi, kata dia, kalau normalnya pupuk NPK dihargai US$ 300-400 (sekitar Rp 4,6,6,1 juta) per ton, harganya sempat menyentuh US$ 1200 (sekitar Rp 18,4 juta) per ton.
"Sekarang memang sudah mulai turun," ujar dia.
Mengatasi hal itu, Wijaya menyebut pihaknya sudah sepakat dengan beberapa perusahaan Rusia untuk menyediakan kalium. Perseroan juga mencari sumber bahan baku lainnya, khususnya kalium dan potasium.
"Itu kami sudah dapat jaminan suplai dari beberapa negara lain seperti Kanada, Mesir, dan Laos. Jadi, kita bisa pastikan kebutuhan bahan baku kita sampai akhir tahun itu safe, bisa dibilang relatif aman sudah tidak terpengaruh perang, hanya memang harganya pasti tinggi," tuturnya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini