Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Magetan - Peternak ayam di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menyatakan kenaikan harga telur ayam di pasaran belakangan ini merupakan dampak cuaca ekstrem. Produktivitas hewan ternak itu menurun hingga 10 persen.
“Kalau siang panas dan malam terlalu dingin yang mengakibatkan produksi turun,” kata Sofyan, peternak ayam bukan ras (buras), di Desa Selotinatah, Kecamatan Ngariboyo, Kabupaten Magetan, Jumat, 13 Juli 2018.
Baca juga: Enggartiasto Jelaskan Hubungan Antara Rupiah dan Harga Telur Ayam
Menurut Sofyan, kondisi itu sudah berlangsung lebih dari dua pekan. Selama kurun waktu itu hingga kini, harga telur di pasaran, sesuai dengan informasi dari para pedagang yang kulakan di tempatnya, berkisar Rp 25 ribu hingga Rp 27 ribu per kilogram. Adapun harga dari peternak Rp 23.500 hingga Rp 25 ribu per kilogram.
Ditemui di tempat berbeda, Sitiroh, peternak ayam di Desa Kiringan, Kecamatan Takeran, menyatakan kenaikan harga telur di pasaran merupakan dampak tingginya permintaan. Di sisi lain, ketersediaannya di pasaran tidak mencukupi kebutuhan. “Kalau di tempat saya, produksi telur tetap. Tapi harga pakan yang naik,” ujarnya.
Sekitar 3.000 ayam milik Sitiroh menghasilkan 1 kuintal telur rata-rata per hari. Namun, untuk menstabilkan produksi itu, ia tetap harus memberikan campuran makanan berupa konsentrat yang mengalami kenaikan harga Rp 10 ribu per sak kapasitas 50 kilogram.
“Pedagang yang mengambil (telur) dari sini membelinya Rp 24 ribu per kilogram,” tuturnya.
Setelah di pasaran, harga telur berkisar Rp 26 ribu hingga Rp 27 ribu per kilogram. Harga itu berlaku di wilayah Magetan dan sejumlah daerah tetangga. Magetan merupakan salah satu daerah penyuplai telur ayam di wilayah eks Karesidenan Madiun, yang meliputi Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Ngawi, Ponorogo, dan Pacitan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini