Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan penyebab kenaikan harga telur karena harga pakan ternak yang terbang, baik jagung maupun gandum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di pasar spot internasional, tuturnya, harga jagung melonjak 19 persen dibanding satu tahun terakhir. "Perlu dicari juga alternatif untuk menurunkan harga pakan ternak," tuturnya kepada Tempo pada Kamis, 25 Agustus 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, Gandum sebagai campuran pakan ternak juga terhambat stok dari Ukraina karena perang. Alhasil, keterlambatan pengiriman dan mahalnya harga bahan baku pakan ternak menurut Bhima juga berimbas kepada produsen telur di Indonesia. untuk menurunkan harga pakan ternak.
Dalam situasi harga telur yang sangat tinggi, ia berujar pemerintah harus memastikan tidak adanya spekulan yang manfaatkan situasi. Ia menegaskan rantai pasok dari peternak hingga ke tangan konsumen harus betul-betul diawasi.
"Libatkan Satgas Pangan secara intens di daerah untuk bantu pengawasan tata niaga telur," ucap Bhima.
Peternak mengeluhkan harga telur melonjak lantaran belum mampu mensuplai susuai kebutuhan konsumen. Bhima berharap pemerintah mendorong program peternak telur rakyat. Upaya yang bisa dilakukan di antaranya membantu permodalan, peningkatan kapasitas kandang, dan stok indukan ayam petelur.
"Semakin banyak peternak baru atau peternak existing yang produksi telur akan menambah sisi pasokan," kata dia.
Bhima memperkirakan kenaikan harga telur dapat mendorong inflasi lebih tinggi. Apalagi, kenaikan harga terjadi di saat inflasi bahan pangan per Juli sudah hampir menyentuh 11 persen secara tahunan. Di waktu yang bersamaan pemerintah pun sedang mewacanakan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Jika tidak diwaspadai, inflasi secara umum bisa mencapai 7 persen karena bahan bakar angkutan pangan ikut naik," tutur Bhima.
Presiden Peternak Layer Indonesia Ki Musbar Mesdi mengatakan kenaikan harga telur di tingkat peternak juga terjadi karena biaya produksi meningkat. Musbar menuturkan sejak awal 2022 harga pakan ayam naik. Ia mencatat sejak Permendag 07 tahun 2020 dikeluarkan, mulai April 2022 harga pakan ayam mulai dari 24 persen hingga 26 persen.
"Itu yang membuat harga telur dari peternak mencapai titik keseimbangan baru di level Rp 22 - 24 per kilogram," kaya dia.
Kenaikan harga secara intens sudah berlangsung sejak dua pekan yang lalu dari harga semula berkisar Rp 20 ribu per kilogram. Melansir dari laman Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, telur hari ini, 25 Agustus 2022, mengalami kenaikan menjadi Rp 30.850 per kilogram. Situs Informasi Pangan Jakarta pun mencatat harga telur masih tinggi yaitu Rp 30.988 per kilogram.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini