Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memperkirakan indeks harga saham gabungan (IHSG) akan tetap tinggi di tengah ancaman resesi. Sebab, indeks saham acap tidak terpengaruh situasi ekonomi secara global.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kadang berbalik dengan situasi ekonomi kita. Ekonomi anjlok, tapi saham bagus,” ujar Tauhid ketika dihubungi Tempo melalui sambungan telepon, Senin, 24 Oktober 2022.
Di masa yang akan datang, menurut Tauhid, kemungkinan indeks saham juga berpeluang lebih tinggi. Terlebih, pasar saham saat ini menjadi pilihan investasi bagi generasi muda atau generasi Z. Investor, kata dia, tidak lagi hanya menabung atau membuka deposito karena tidak selalu menjanjikan.
Kendati begitu terlepas dari faktor tumbuhnya investor Gen Z tersebut, Tauhid mengatakan saham di Indonesia relatif unik. Sempat anjlok ketika pandemi Covid-19, saham justru mampu meningkat tajam setelahnya. Dibandingkan dengan negara lain, menurut Tauhid, indeks saham di Indonesia pun relatif lebih bagus.
“Agak aneh memang di kita. Kadang sulit dibaca karena enggak selalu melihat faktor fundamental. Tapi, lebih kepada ekspetasi juga spekulatifnya,” tutur Tauhid.
Baca juga: Analis: Kebijakan Bank Indonesia Naikkan Suku Bunga Perkuat IHSG, tapi Lemahkan Rupiah
Sebelumnya, analis dari PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kebijakan Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga memperkuat IHSG, tetapi menurunkan pergerakan rupiah. “Kenaikan IHSG ini merupakan imbas dari kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga 50 basis poin,“ ujar Ibrahim ketika dihubungi oleh Tempo pada Jumat, 21 Oktober 2022.
Adapun Ibrahim menyebut tujuan dari kebijakan BI menaikkan suku bunga adalah untuk mengantisipsi inflasi yang begitu besar. Kebijakan ini ia anggap berdampak positif pada saham perbankan sehingga dapat mendorong IHSG perkasa.
“Kalau kita lihat saham-saham apa yg membuat IHSG ini melejit, yang cukup menunjang IHSG adalah saham-saham komoditas,” ujarnya.
Ia menjelaskan kenaikan saham di sektor komoditas ini merupakan imbas dari harga yang melambung tinggi, terutama gas alam dan batu bara. Sedangkan untuk saham teknologi, ia mengatakan trennya masih cukup menarik. Sebab, saham teknologi juga berhubugan dengan perbankan.
“Saham perbankan mengalami kenaikan, turunannya pun ikut mengalami kenaikan,” kata Ibrahim Ibrahim optimistis tren IHSG pekan ini bakal menguat. Apalagi Badan Pusat Statistik atau BPS akan merilis pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga, yang kemungkinan besar masih di atas 5,44 persen atau bahkan bisa lebih.
RIRI RAHAYU | NABILA NURSHAFIRA (MAGANG)
Baca juga: IHSG Sesi I Ditutup Menguat di Level 7.077,5, Pasar Yakin The Fed Bakal Turunkan Bunga
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini