PEKAN lalu Pertamina makin mengurangi pengolahan minyak mentah-nya di Singapura. Sampai kuartal pertama tahun ini, jumlah minyak Pertamina yang dikilang di sana terbanyak oleh Shell di Bukom - tidak lebih dari 50.000 barel sehari, turun dari tingkat puncak 170.000 barel pada awal 1983. Pengurangan besar-besaran itu terjadi sesudah kilang Cilacap, Balikpapan, dan Dumai beroperasi. Kata para pejabat pengilangan di Singapura, "tampak tanda-tanda Pertamina akan mengoperasikan ketiga kilang barunya pada tingkat kapasitas penuh." Menurut perkiraan, kilang Cilalap dan Balikpapan, yang diresmikan tahun lalu, baru bekerja dengan kapasitas 70%. Kendati demikian, pihak swasta Singapura bakal mendirikan lagi sebuah kilang hydrocracker berkapasitas 10.500 barel dengan biaya US$ 180 juta. Mendirikan kilang itu merupakan "suatu perjudian," kata pejabat Singapore Refining Co, salah satu pemegang saham di proyek itu. Sementara itu, dari Singapura terbetik berita, Pertamina akan menurunkan harga ekspor minyak Duri dari US$ 27,85 menjadi US$ 26 per barel. Juga jenis Arun kondensat disebut bakal diurunkan hampir US$ 2 dari harga sekarang US$ 29. Tapi jenis Minas, yang setara dengan Arabian Light Crude, menurut sumber-sumber minyak asing yang dihubungi koran The Asian Wall Street Journal Senin lalu, tetap bertahan US$ 29 per barel. "Kami sudah mendengar desas-desus itu, tapi kami belum menerima konfirmasi," ujar seorang pejabat Japan Indonesia Oil, salah satu pembeli minyak Pertamina. "Saya kira itu hanya desas-desus."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini