KINI ada cara murah dan nyaman pergi ke Surabaya dari Jakarta dan sebaliknya: dengan kapal motor Kambuna. Pilihan angkutan baru itu, yang ditawarkan PT Pelni mulai pekan lalu, tampaknya bakal jadi saingan berat angkutan darat, seperti bis dan kereta api. Di kapal baru bikinan Jerman Barat itu, dengan membayar Rp 36.500, seorang penumpang berhak tinggal disebuah kamar pribadi yang dilengkapi dengan tempat tidur, kamar mandi, dan meja belajar. Penumpang juga bisa menikmati film lewat video di kamar masing-masing. Suasana nyaman seperti itu tntu tak bakal bisa dinikmati di kreta api Bima - sekalipun di kelas utamanya yang berharga Rp 33.000. Kambuna, seperti juga pendahulunya, Kerinci, yang diopersikan sejak September 1983, memang boleh dibilang, hotel terapung berbintng tiga: dengan karpet wall to wall, dilengkpi bar, tempat dansa, dan sejuk. Di situ malah ada musala. Karena itu, pelayaran 19 jam Jakarta-Surabaya, dijamin "tak akan terasa lama," ujar Sjamsoel Bachri, Kepala Bagian Umum Pelni Cabang Surabaya. Suasana seperti itu jelas tidak akan diperoleh di Bima, sekalipun jarak sejauh itu bisa ditempuhnya dalam tempo hampir 17 jam - kalau tidak ada banjir. Tapi pihak Jawatan Kereta Api (Perjanka) tenang-tenang saja menghadapi saingan barunya yang mampu mengangkut 1.596 penumpang itu. Kata Hasan Basri, Humas Perjanka di Bandung, bagi calon penumpang yang tinggalnya jauh dari laut tentu, "tidak mungkin memilih naik kapal." Sedangkan bagi kaum bisnis, yang mengutamakan kecepatan, pesawat terbang - terutama Garuda yang 10 kali sehari melayani kedua kota itu - jelas masih merupakan pilihan. Dengan harga tiket di loket masih Rp 65.000, pesawat selalu terlihat penuh. Berbeda dengan Kerinci, masuknya Kambuna ke jajaran armada pelayaran Pelni tampaknya akan sedikit lebih baik. Sebab, trayek yang dilayarinya adalah rute padat: Jakarta-Surabaya-Ujungpandang-Balikpapan-Bitung-Balikpapan-Ujungp andang-Surabaya-Jakarta-Medan-Jakarta. Perjalanan sejauh itu ditempuhnya selama dua minggu dan, setiap kali lego jangkar, kapal itu bersandar di dermaga sekitar enam jam - sesudah itu secara ekspres bertolak ke kota berikutnya. "Prospek Kambuna diharapkan lebih baik dibandingkan Kerinci," ujar Sudharno Mustafa, Presiden Direktur PT Pelni. Benarkah? Menurut taksiran kasar, pendapatan Kambuna sekali pelayaran (round trip) selama dua minggu itu baru mencapai Rp 200 juta. Sementara itu, biaya BBM (bunker), sesudah terjadi kenaikan Januari lalu, Rp 140 juta. Pengeluaran tetap yang demikian besar ini sebenarnya merisaukan Sudharno. Praktis, bisa dibilang, "sebagian besar pendapatan habis tersedot untuk biaya bunker ini," katanya. Kata sebuah sumber, pengeluaran untuk bunker ini besar karena kurang tepatnya pilihan mesin oleh galangan kapal Yos Meyer, dari Jerman Barat itu: boros BBM. Sudharno tidak berkecil hati menghadapi kelemahan itu. Upaya menyedot penumpang lebih banyak dilakukannya dengan meningkatkan promosi, pelayanan, dan kemudahan. Juga sedang dipikirkan untuk menaikkan komisi agen perjalanan dari 4% jadi maksimum 10%. Tapi tidak ada rencana memperbanyak jumlah tempat penjualan tiket. "Yang penting lagi, kini kami bisa tepat jadwal, kalau toh terlambat satu jam 'kan masih normal," katanya. Semua itu dilakukan untuk mencapai titik impas Kambuna: Rp 375 juta sekali pelayaran.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini