Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Indikator

Perusahaan tambang negara rugi sekitar Rp 17 milyar, gara-gara harga BBM naik. (eb)

3 Maret 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TIMAH bukan lagi komoditi kuat. PT Timah baru-baru ini menyatakan, perusahaan tambang negara itu rugi sekitar Rp 17 milyar, gara-gara harga BBM naik. Sementara itu tahun ini harga timah terancam: sebuah lembaga riset ekonomi di Hamburg, awal Februari, meramalkan kenaikan permintaan timah tahun ini akan lebih lambat dibanding tahun lalu. Sebab, antara lain, perbaikan ckonomi di Eropa dan AS masih terbatas, sedangkan harga timah yang sekarang ini, sekitar US$ 12,45, dianggap masih mahal. Harga itu mati-matian dipertahankan asosiasi negara penghasil timah, di antaranya dengan cara menurunkan produksi. Tetapi negara bukan anggota asosiasi, Brazil misalnya, malah terus meningkatkan produksi. Di samping itu, masih sekitar 15.000 ton timah terus mengalir ke pasar gelap, mengancam kestabilan harga. Untuk menjaga harga, sekitar 58.000 ton terpaksa diborong Dewan Timah, meski asosiasi menentukan stok tertinggi: 40.000 ton. Kelebihan harus dilempar ke pasar pertengahan tahun ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus