Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan Robert Pakpahan mengatakan pengurangan dana stimulus moneter yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) tak akan membuat ekonomi domestik bergejolak. Guncangan sudah terjadi pada semester II tahun lalu, dengan peningkatan yield. "Saya kira dampaknya sudah terjadi pada tahun lalu," kata dia, ketika dihubungi, kemarin.
Indonesia, ujar Robert, saat ini semakin siap menghadapi era ekonomi tanpa stimulus moneter. Fundamental ekonomi nasional sudah semakin baik. "Hal yang akan kami lakukan adalah memperdalam pasar domestik dengan menggunakan likuiditas domestik. Ada reksadana dan lainnya."
The Fed memastikan akan mengurangi kebijakan stimulus moneternya atau tapering off senilai US$ 10 miliar, sehingga tersisa US$ 65 miliar per bulan. Tindakan itu dilakukan seiring dengan kondisi perekonomian Amerika Serikat yang membaik secara signifikan.
Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas, Destry Damayanti, menyatakan hal yang sama. Pemangkasan stimulus tersebut tidak terlalu berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Dampak langsung dari kebijakan itu hanyalah sentimen pasar yang berlangsung sementara.
"Sentimen market menganggap tapering off membuat dana likuiditas terbatas. Tapi Indonesia market-nya tidak terlalu besar," kata Desty. Bagi Indonesia, 10 persen dari US$ 65 miliar masih sangat besar. Jadi, seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan secara fundamental.
Destry menilai instrumen kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia dan pemerintah untuk mengantisipasi pengurangan stimulus sudah membuahkan hasil, khususnya terkait dengan valuta asing. "BI melakukan financial deepening dan menambah investor masuk ke dalam, melakukan swap, dan melakukan master repo agreement untuk meningkatkan likuiditas."
Kepala Ekonom Bank International Indonesia, Juniman, mengingatkan agar pelaku pasar tak khawatir secara berlebihan akan ketersediaan dolar pada pasar global. Sebab, yang berkurang hanyalah tambahan likuiditas, bukan likuiditas dolar itu sendiri. "Tak ada masalah dalam likuiditas dolar karena stimulus moneter AS masih tetap dikucurkan setiap bulan," ucap dia.
Pandangan tersebut diperkuat oleh ekonom dari PT Samuel Aset Manajemen, Lana Soeliastianingsih. Kekhawatiran akan ketersediaan likuiditas dolar dianggap berlebihan. Pasalnya, bila sebuah negara berkembang memiliki neraca transaksi berjalan yang positif, sejatinya tak perlu ada kekhawatiran. Ia mengaku curiga bahwa isu kekurangan likuiditas ini dikembangkan sedemikian rupa dan dimanfaatkan spekulan untuk terus meraup keuntungan di pasar berkembang.
Lana menambahkan, pelemahan mata uang rupiah memang tak terkait dengan likuiditas dolar pasca-kebijakan tapering off. Pelemahan rupiah ini hanya mengikuti tren pelemahan mata uang regional yang merespons sesaat kebijakan tapering off. "Pelemahan rupiah ini karena sentimen eksternal, tak berkaitan dengan fundamental ekonomi," tuturnya. ANGGA SUKMA WIJAYA|MEGEL JEKSON
Dampak Pemangkasan Dana Stimulus Amerika
No. | Dampak Negatif | Dampak Positif |
1. | Tambahan likuiditas dolar di pasar global berkurang. Bursa saham akan lebih fluktuatif. | Mencegah inflasi tinggi AS sehingga angka konsumsi masyarakat meningkat. |
2. | Kenaikan suku bunga di negara berkembang (emerging market) membuat pertumbuhan ekonomi melambat. | Penyesuaian tingkat suku bunga pasar berkembang memunculkan imbal hasil lebih tinggi. |
3. | Melemahkan nilai tukar mata uang pasar berkembang, sehingga kepercayaan investor merosot. | Membaiknya ekonomi AS mendorong peningkatan ekspor negara berkembang dan mengurangi defisit perdagangan. |
4. | Dolar menguat, sehingga biaya impor menjadi lebih tinggi. | Memunculkan kemandirian investor lokal. Tidak terlalu bergantung pada hot money. |
5. | Penguatan dolar biasanya menekan harga komoditas. | Kepastian tahapan tapering memudahkan investor dalam menyusun portofolio investasi. |
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo