Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah menginginkan industri farmasi bisa menjadi sektor andalan ekspor Indonesia. Apalagi, saat ini banyak negara yang tidak mengenakan biaya ekspor untuk produk-produk farmasi dari Indonesia.
Baca: Genjot Ekspor Non Migas, Industri Farmasi Dipacu
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Tentu kami targetnya produksi farmasi ini jadi adalan, karena farmasi bea ekspornya kebanyakan negara itu 0 persen, jadi potensi produk farmasi dari Indonesia besar," kata Airlangga ditemui usai melepas kontainer ekspor produk perawatan kesehatan milik PT Bayer Indonesia di Cimanggis, Depok, Jawa Barat, Rabu 27 Maret 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Airlangga menjelaskan, industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional saat ini telah tumbuh sebesar 4,46 persen. Industri ini telah memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di sektor industri pengolahan non migas sebesar 2,78 persen dan terus meningkat selama 5 tahun terakhir.
Kendati demikian, neraca ekspor-impor industri farmasi masih menunjukkan defisit pada 2018 meski nilainya meningkat. Menurut catatan, total ekspor sepanjang 2018 mencapai angka US$ 1.136 juta atau meningkat dibandingkan tahun 2017 sebesar US$ 1.101 juta.
Selain itu, industri ini juga masih terkendala mengenai pasokan bahan baku dalam negeri. Kementerian mencatat, industri ini masih mengimpor sebesar US$ 4 milyar dalam bahan baku obat dan sekitar US$ 800 juta dalam bentuk obat jadi.
Karena itu, Airlangga menjelaskan untuk mengatasi persoalan itu pemerintah akan mendorong industri farmasi untuk melakukan ekspansi pasar. Ekspansi dilakukan lewat memberikan nilai tambah baru pada industri farmasi lewat pemanfaatan teknologi dan kecerdasan digital.
Ekspansi dimulai dari proses produksi dan distribusi untuk memberikan peluang dan meningkatkan daya saing industri farmasi. Lewat strategi ini diharapkan dapat mendorong industri farmasi untuk mengembangkan pasar ekspor. Khususnya pasar ekspor non-tradisional seperti Amerika Latin, Eropa Timur, Rusia hingga Afrika.
Selain itu, pemerintah untuk saat ini juga tengah menggiatkan perusahaan untuk menambah atau menanam investasinya di sekor industri farmasi ini. "Kami harus dorong industri semacam ini untuk ekspansi atau investasi baru," kata Airlangga.