Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan kenaikan harga cabai merah, cabai rawit, emas perhiasan, uang sekolah, dan tarif sewa rumah menjadi pemicu inflasi pada Agustus 2019 sebesar 0,12 persen. Kenaikan harga berbagai komoditas tersebut disebabkan oleh musim kemarau yang berdampak pada produksi tanaman pangan dan kenaikan harga emas di pasar internasional.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Suhariyanto menjelaskan bahwa kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,1 persen dan 0,07 persen kepada kelompok bahan makanan pada Agustus. "Kenaikan harga cabai merah terjadi karena penurunan suplai di sentra produksi karena musim kemarau dan menyebabkan kenaikan di 62 kota, misalnya di Mamuju naik 54 persen dan Kupang naik 14 persen," ujarnya kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, kenaikan harga emas di pasar internasional ikut memberikan andil inflasi sebesar 0,05 persen pada kelompok sandang. Kenaikan biaya sekolah untuk SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi pada tahun ajaran baru juga ikut memberikan andil terhadap inflasi untuk kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga masing-masing sebesar 0,04 persen, 0,02 persen, dan 0,01 persen. Suhariyanto menambahkan, kenaikan tarif sewa rumah juga memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen kepada kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar.
Meski demikian, kata Suhariyanto, terdapat beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga dan menekan laju inflasi pada Agustus. Komoditas tersebut adalah tarif angkutan udara karena adanya kebijakan tarif murah di rute dan jam tertentu serta bawang merah, bawang putih, dan tomat sayur karena usai masa panen. "Penurunan tarif angkutan udara memberikan andil deflasi 0,11 persen di kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan karena kebijakan biaya murah di rute dan jam tertentu," ujarnya.
Penurunan tarif angkutan udara tersebut terjadi di 47 kota, seperti di Kendari turun 22 persen, kemudian di Solo, Maumere, dan Mataram 21 persen.
Dengan tingkat inflasi pada Agustus tercatat sebesar 0,12 persen, laju inflasi tahun kalender Januari-Agustus tercatat sebesar 2,48 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) sebesar 3,49 persen.
Suhariyanto mengungkapkan, dari 82 kota di Indonesia, yang mengalami inflasi mencapai 42 kota dan sisanya alami terdeflasi. Sedangkan kota dengan tingkat inflasi tertinggi (0,82 persen) ditempati Kudus, Jawa Tengah. Lalu deflasi tertinggi di-alami Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, dengan nilai 2,10 persen.
Suhariyanto melanjutkan, penyumbang deflasi diberikan oleh penurunan harga bawang merah senilai 0,08 persen dan penurunan harga tomat sayur sebesar 0,06 persen. Lalu ada bayam dan bawang putih masing-masing 0,02 persen. Kemudian ada daging ayam ras yang mengalami deflasi 0,01 persen dan beberapa komoditas sayuran lainnya.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan inflasi pada Agustus lebih rendah dibanding ekspektasi para analis di angka 0,16 persen dan lebih rendah dibanding inflasi Juli lalu sebesar 0,31 persen. "Artinya, ekonomi dalam negeri masih bisa terkendali walaupun harga cabai dan emas melambung tinggi dan ini menandakan BI dalam pertemuan September harus menahan suku bunga acuan alias tetap," ujarnya seperti dikutip Antara.
Bank Indonesia sendiri sudah dua kali menurunkan suku bunga acuan. Menurut Ibrahim, walaupun penurunan berikutnya masih terbuka, seyogianya BI menahan diri dari penurunan suku bunga. "Data inflasi yang cukup bagus bulan ini sebagai tanda ekonomi Indonesia membaik walaupun badai terus menerjang akibat perang dagang dan Brexit, dan ini merupakan kunci penentu arah kebijakan moneter ke depan."
Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo meramalkan peningkatan laju inflasi pada Agustus sedikit didorong kenaikan iuran BPJS Kesehatan yang baru saja diberlakukan. Dia menuturkan kenaikan tarif asuransi pelat merah sebagai komponen kelompok harga yang diatur pemerintah (administered prices) hanya akan berdampak secara sementara.
Menurut Perry, kenaikan iuran BPJS Kesehatan tersebut tidak akan mempengaruhi laju inflasi inti (core inflation) ataupun ke pergerakan fundamental inflasi. EKO WAHYUDI | ALI NUR YASIN
Inflasi Agustus Dipicu Harga Cabai, Pendidikan, dan Emas
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo