Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Inisiatif Korporasi Menekan Emisi

Sejumlah perusahaan di sektor energi dan transportasi mendukung upaya pemerintah menggapai target pengurangan emisi karbon dioksida. Pertamina Hulu Energi menerapkan standar clean development mechanism. Sementara itu, Indika Energy mengurangi investasi di sektor batu bara.   

27 Agustus 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja melakukan demo operasional geothermal mini turbin dengan daya sampai dengan 400 watt di area sumur kamojang 51, Kabupaten Bandung, Jawa barat. TEMPO/Amston Probel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Indonesia harus mengurangi 29 persen emisi pada 2030.

  • Pertamina mendaftarkan beberapa proyeknya untuk memperoleh sertifikat pengurangan emisi.

  • GoTo mulai menggunakan kendaraan listrik.

JAKARTA – Sejumlah perusahaan di sektor energi dan transportasi mendukung upaya pemerintah menggapai target pengurangan emisi karbon dioksida. Indonesia harus mengurangi 29 persen emisi melalui upaya nasional pada 2030. Salah satunya dengan memangkas emisi di sektor energi dan transportasi hingga 314 metrik ton setara dengan karbon dioksida (MTCO2e). 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PT Pertamina Geothermal Energy berpartisipasi dengan menerapkan clean development mechanism (CDM). Pertamina mendaftarkan beberapa proyeknya untuk memperoleh certified emission reduction yang diakui Perserikatan Bangsa-Bangsa, lalu menjual sertifikat itu kepada pihak yang memiliki kewajiban mengurangi emisi karbon.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekretaris Perusahaan Pertamina Geothermal, Muhammad Baron, menuturkan saat ini terdapat lima proyek karbon kredit Pertamina yang berjenis CDM Gold Standard. "Dengan sertifikasi premium Gold Standard, nilai jual kredit karbon bisa dimaksimalkan," ujarnya dalam keterangan tertulis, kemarin. Pengelolaan lima proyek itu dilakukan Pertamina bersama South Pole Carbon Asset Management, Ltd. 

Lima proyek tersebut antara lain Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Kamojang Unit 5, Kahara Unit 1, Lumut Balai Unit 1 dan 2, Lumut Balai Unit 3 dan 4, serta Ulubelu Unit 3 dan 4. Potensi total pengurangan emisi dari proyek tersebut mencapai 2,05 juta ton CO2e per tahun.

Petugas melakukan demo operasional geothermal mini turbin di area Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Kamojang, Bandung, Jawa Barat. TEMPO/Amston Probel

Baron menuturkan Pertamina Geothermal juga memiliki proyek kredit karbon berjenis verified carbon standard (VCS) untuk PLTP Lahendong Unit 5 dan 6 dengan potensi pengurangan emisi sebesar 180 ribu ton CO2e per tahun. VCS merupakan sertifikat proyek penurunan emisi gas rumah kaca yang dibuat oleh lembaga nonkomersial The Climate Group, International Emissions Trading Association, The World Economic Forum, dan The World Business Council for Sustainable Development pada 2005.

Sertifikasi ini menitikberatkan pada nilai tambah berupa pengembangan metodologi-metodologi baru di luar CDM dengan mekanisme yang relatif lebih sederhana dan biaya transaksi lebih murah.

Sementara itu, PT Indika Energy Tbk sedang berupaya mengejar target bebas emisi pada 2050. Emiten berkode INDY ini memulainya dengan melakukan diversifikasi portofolio perusahaan. Wakil Presiden Direktur Indika, Azis Armand, menyatakan diversifikasi usaha sudah berjalan sejak 2018. "Kami tidak lagi melakukan investasi di sektor batu bara atau memperlebar aset di sektor tersebut," kata dia.

Modal perusahaan akan difokuskan untuk industri lain di luar batu bara, seperti pengembangan energi terbarukan. Aset yang berkaitan dengan batu bara juga dilepas secara bertahap oleh perusahaan. Dengan strategi tersebut, Azis menargetkan porsi pendapatan dari sektor batu bara dan pendukungnya turun menjadi 50 persen pada 2025. Hingga akhir 2020, porsinya masih di kisaran 75 persen.

Upaya lain yang disiapkan Indika adalah mengurangi emisi karbon dari kegiatan operasi perusahaan. "Kami mengganti energi berbasis bahan bakar fosil dengan tenaga surya," ujarnya.

Perusahaan induk Gojek Indonesia dan Tokopedia, GoTo, juga bermimpi mampu menghasilkan nol emisi karbon. Group Head of Sustainability GoTo, Tanah Sullivan, menuturkan perusahaan sedang dalam tahap pengujian untuk mengidentifikasi sumber penghasil karbon terbesar dalam rangkaian kegiatan operasional GoTo dan menentukan rencana pencapaian targetnya. “Prosesnya diharapkan rampung pada tahun depan."

Tanah menuturkan pendataan tidak hanya dilakukan pada kegiatan di kantor GoTo, tapi juga di seluruh ekosistem GoTo. Jumlah mitra pengemudi yang mencapai 2 juta orang serta mitra usaha yang sebanyak 11 juta akan menjadi tantangan bagi GoTo untuk mencapai target nol karbon emisi.

Sembari menyusun rencana kerja, GoTo sudah memulai beberapa inisiatif. Salah satunya melakukan transisi kendaraan mitra di platform Gojek dengan kendaraan listrik. Harapannya, semua armada mitra bisa diganti dengan kendaraan listrik. “Kami juga akan mengintegrasikan penghitungan emisi ke aplikasi agar ada fitur hemat energi untuk semua pesanan di platform kami,” ujarnya.

VINDRY FLORENTIN

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus