Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Insinyur Tukang Kebut

3 September 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Wajah dan gerak-gerik tubuhnya tipikal Jepang. Tidak banyak berekspresi meski mempromosikan produk baru. Bahasa Inggrisnya, yang beraksen Jepang, diucapkan hati-hati meski lancar. Dia jauh berbeda dengan rekan kerjanya, Bill Camp, Dealer Administrator Lexus College, Lexus Division of Toyota Motor Sales, Amerika Serikat, yang sangat ekspresif menjelaskan berbagai keunggulan seri Lexus kelas LS di Hotel Four Seasons, Palo Alto, California, awal Agustus lalu. Satu-satunya yang "ekspresif" pada laki-laki bernama Hideki Watanabe itu adalah ikat pinggangnya yang berornamen metal, sehingga tampak blink-blink.

Namun Watanabe adalah orang yang berperan penting dalam pengembangan kelas mewah Lexus LS 2013 yang akan menggelinding di jalan raya Amerika pada musim semi 2013. Laki-laki 54 tahun ini adalah Chief Engineer Toyota Motor Corporation, ahli mesin yang bergabung dengan ikon otomotif Jepang itu sejak 1981. Berbagai proyek pengembangan mobil dan bagian-bagiannya dalam Toyota Motor Corporation pernah dia geluti sebelum menangani flagship Lexus ini sejak 2008.

Penampilan Watanabe yang kalem sebenarnya berlawanan dengan kenyataan. "Sampai sekarang, saya masih suka ngebut, mengendarai mobil di pedesaan," kata Wata­ nabe kepada Tempo. "Waktunya pun aneh, seperti malam hari, saat hujan, atau pagi-pagi buta."

Watanabe mengatakan, untuk sampai pada posisi sekarang, ia telah merasakan kerja mesin-mesin mobil dari berbagai merek itu. Caranya adalah menggebernya melaju di jalanan. Saking erat hubungan dia dengan mobil, istrinya sudah lama mengalah dan tidak ingin bersaing dengan mobil-mobil itu.

Sejak masih remaja, Watanabe sudah doyan ngebut. Mobil pertamanya diperoleh dari ayahnya ketika dia berusia 19 tahun, sedan Toyota Corolla 1970-an berwarna putih. Setelah mobil pertamanya rusak, karena terlalu sering dipakai kebut-kebutan—juga untuk mengajak pacar jalan-jalan—dia melakukan beberapa pekerjaan sekaligus demi bisa membeli mobil sendiri. Akhirnya, dia bisa membeli sendiri Corolla Sporty hijau, meski tetap mobil bekas.

"Setelah itu, saya suka ganti-ganti mobil dan suka coba-coba rasanya menyopir mobil berbeda," kata lulusan Tokyo Institute of Technology jurusan teknik mesin ini. Kebiasaan ngebut, ganti-ganti mobil, dan berbicara dengan para penjual mobil dari berbagai merek itulah yang berguna bagi kariernya di Toyota sejak dia bergabung pada 1981. Tugas pertamanya adalah mendesain penyejuk udara untuk Corolla seri 1983.

Laki-laki kelahiran Tokyo ini bukan sekadar seorang ahli mesin di Toyota. Watanabe juga representasi generasi Jepang yang ingin membuktikan keunggulan budaya dan teknologi negara itu atas Amerika Serikat. Kehadiran dan pengaruh mobil-mobil Jepang di jalan bebas hambatan Negeri Abang Sam bukan sebatas persoalan penjualan, tapi juga identitas Negeri Sakura. Begitu pula halnya sikap Eiji Toyoda, pemimpin Toyota Motor Corporation, dan para eksekutif senior di perusahaan itu. Mereka menganggap Amerika harus "ditaklukkan".

Bb

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus