Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Lemah Setrum Si Mobil Listrik

Baterai adalah jantung bagi mobil listrik. Teknologi baterai tahan lama mungkin baru ditemukan 10-20 tahun mendatang.

3 September 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pergi dijemput, pulang tak diantar. Itulah nasib Dasep Ahmadi. Disopiri Dahlan Iskan pada pertengahan bulan lalu, insinyur mesin lulusan Institut Teknologi Bandung ini berangkat dari kantornya di Depok ke Jakarta menggunakan mobil listrik. Sesampai di Jakarta, mobil kehabisan baterai. Sopir pun meninggalkannya untuk urusan lain sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara. Tinggallah Dasep memeriksa mobil yang mogok itu.

Perjalanan mobil mungil tipe city car berwarna hijau sejauh 37 kilometer hari itu menggambarkan kondisi pengembangan mobil listrik yang diusung Dahlan. Gagasan mobil ini pertama kali dilontarkan Dahlan ketika pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat tarik-ulur soal harga bahan bakar minyak pada Maret lalu. Lantas, empat insinyur mesin—dikenal sebagai Empat Putra Petir—ditunjuk untuk mengembangkan proyek tersebut.

Mereka adalah Dasep; Mario Rivaldi, juga lulusan ITB; Ravi Desai, pengusaha otomotif; dan ahli mesin lulusan Institut Teknologi Sepuluh Nopember yang lama bekerja di pabrik otomotif Amerika Serikat, Danet Suryatama.

Ricky Elson, yang sedang menimba ilmu mesin di Jepang, masuk belakangan. Julukan grup ini berubah menjadi Pandawa Putra Petir. Pandawa merupakan lima tokoh protagonis dalam epos Mahabharata.

Dari lima orang tersebut hanya dua yang merakit mobil. Dasep merakit mobil listrik kelas city car dengan kecepatan hingga 110 kilometer per jam di Depok, Jawa Barat. Danet merakit mobil kelas sport yang bisa melesat hingga 220 kilometer per jam di Yogyakarta. Tiga lainnya bertugas menyempurnakan motor listrik.

Hingga akhir bulan lalu, baru mobil listrik bikinan Dasep yang telah melaju di atas aspal. Mobil listrik Yogyakarta belum turun ke jalan lantaran tak memiliki baterai. "Baterai masih tertahan di pelabuhan," kata Menteri Dahlan kepada Tempo.

Dosen konversi energi dari Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung, Pekik Dahono, mengatakan baterai merupakan aral yang melintang di jalan inovasi mobil listrik. Kapasitas penyimpanan energi baterai lithium ion—jenis komersial paling baik saat ini—masih seratus kali lebih rendah ketimbang tangki bensin. Artinya, untuk volume penyimpan bahan bakar yang sama, mobil bensin bisa menempuh jarak 100 kilometer, sedangkan mobil listrik hanya satu kilometer.

Itu sebabnya mobil listrik membutuhkan baterai berukuran besar agar bisa menyaingi kemampuan jelajah mobil bensin. "Bobot baterai jadi sangat dominan," kata Pekik. "Mobil listrik sama dengan mobil baterai."

Kompartemen pelindung baterai pun harus diperhatikan. Baterai mobil bekerja pada tegangan tinggi sehingga harus diberi sekat. Di daerah langganan banjir dan disiram hujan seperti Jakarta, bisa tersentuh air dan terbakar. Kasus paling ekstrem, listrik mengalir melalui air dan menyengat sang pengguna.

Baterai tak bisa digunakan selamanya. Bila pengisian dilakukan sesuai dengan anjuran, yaitu 5 jam, akan aus dalam 5 tahun. Tapi, jika diisi kurang dari 5 jam, usia pakai memendek. Malah bisa hanya 6-12 bulan seandainya diisi hanya dalam 30 menit. Padahal baterai adalah komponen termahal. Harganya Rp 50 juta lebih.

Upaya meningkatkan usia baterai dilakukan dengan mencari bahan penyimpan baru, salah satunya lithium ferrous phosphate, yang pengembangannya sudah disepakati Menteri Dahlan dengan PT Nipress Tbk. Hanya, energi yang dikeluarkan rendah. Akibatnya, mobil tak bisa ngebut dan kesulitan melahap tanjakan.

Baterai yang habis masa pakai pun harus diperlakukan khusus. Biasanya pabrik otomotif diharuskan menampung sampah baterai untuk didaur ulang. Prosesnya membutuhkan perlakuan khusus karena harus bisa memisahkan komponen fisik dengan komponen kimia. Tanpa penanganan baik, sampah ini akan merusak lingkungan.

Tempo sempat menjajal mobil ini pada akhir Agustus lalu. Mobil berjalan tanpa deru dan getaran. Sayangnya, hal ini di luar ketentuan keamanan. Di Jepang, mobil listrik yang memang bebas bising ini harus dipasangi pengeras suara untuk menirukan suara mesin. Tujuannya untuk meningkatkan faktor keselamatan karena suara menjadi indikator jarak dan kecepatan mobil di jalan. Di Indonesia regulasi ini belum ada.

Dasep menyadari kekurangan ini dan berjanji melakukan perbaikan. Letak baterai yang semula memakan tempat di bagasi belakang akan dipindahkan ke bawah jok penumpang. Pelindung khusus juga disertakan. "Perbaikan masih dilakukan sampai akhir tahun," ujarnya.

Waktu setahun, kata Pekik, tak akan cukup. Di Jepang saja pengembangan mobil listrik dari tahap laboratorium hingga layak pakai, seperti Mitsubishi MiEV dan Nissan Leaf, membutuhkan waktu satu dekade.

Teknologi baterai yang tahan lama pun ada kemungkinan baru ditemukan 10-20 tahun mendatang. Sumber energi listrik lainnya, kata Pekik, bisa didapatkan dari fuel cell, yang mendapatkan arus dengan mencampurkan hidrogen dan oksigen.

Indonesia harus ikut dalam pembuatan penampung hidrogen yang murah dan aman. Sumber hidrogen harus segera ditemukan, entah di alam entah membuatnya dengan memecah molekul air. "Tanpa penemuan baterai baru atau sumber hidrogen, mobil bensin masih lebih unggul," kata Pekik. l ANTON WILLIAM


Menggerakkan Mobil Listrik

Pengubahan energi listrik menjadi energi mekanik menyebabkan mobil listrik bisa bergerak. Arus dari baterai lithium ion dialirkan ke motor listrik untuk memutar sumbu yang terhubung ke roda.
1. Steker pengisian lambat (household charger plug)Lubang untuk mengisi baterai selama 5-6 jam
2. Steker pengisian cepat (quick charger plug) Lubang untuk mengisi baterai selama 30 menit
3. Modul pengisian (on board charger)Alat kendali pengisian baterai, sekaligus memantau isi baterai
4. Baterai lithium ion (lithium-ion battery)Tempat penyimpanan energi listrik
5. Inverter (inverter) Mengubah listrik DC menjadi AC
6. Motor listrik (motor) Motor yang digerakkan oleh kumparan berarus yang diputar magnet permanen.

Baterai lithium ion merupakan baterai komersial tercanggih saat ini, memiliki isi yang lebih banyak dan tenaga lebih besar.

Perbandingan
Accu. Dipakai sebagai baterai sistem elektronik mobil. Harga mahal.
Kadmium nikel. Dipakai untuk baterai mainan anak-anak dan ponsel lama.
Nikel metal hidrida. Mobil hibrid generasi awal menggunakan baterai jenis ini.
Lithium ferro phosphate. Dipakai beberapa jenis kendaraan listrik, usia pakai lebih panjang tapi tenaga yang dihasilkan kecil.
Lithium ion. Menyimpan energi lebih banyak dengan harga terus turun.

Baterai lithium ion menghasilkan arus dengan menggerakkan ion dari elektrode negatif ke elektrode positif. Untuk mengisi ulang, ion lithium didorong menggunakan arus agar terlepas dari elektrode negatif. Elektrolit khusus dipakai untuk menghasilkan ion lithium. Banyak baterai digunakan untuk menghasilkan daya atau tegangan lebih besar.

  • Kutub positif (anode)
  • Bahan grafit
    Kutub negatif (katode)
  • Bahan besi, nikel, kobal, aluminium
  • Elektrolit (electrolyte)
  • Penyekat (separator)
  • Arus (current)
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus