Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah tengah gencar mencari dana untuk mengerjakan berbagai proyek yang mendukung infrastruktur Indonesia. Dalam bulan ini, Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan akan bertolak ke Cina dan Amerika Serikat (AS) untuk menawarkan 15 proyek kepada sejumlah investor di dua negara itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selasa pekan depan, Luhut akan berangkat ke Beijing, Cina, menawarkan sejumlah proyek untuk daerah Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara, dan Bali. "Besok lusa saya akan membawa 15 proyek. Kalau Cina mau ngasih duit, kenapa tidak?" ujarnya saat menjadi pembicara dalam Rakorbidnas Kemaritiman PDIP di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Ahad, 8 April 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Luhut memastikan Indonesia akan tetap mandiri mengelola semua proyek tersebut. "Walaupun mereka mendanai, tapi kita tidak mau diatur. Kita mengatur strukturnya dengan baik seperti proyek LRT," ujarnya.
Selanjutnya, dalam acara World Economic Forum di Washington, Amerika Serikat, pada 18 April 2018, Luhut juga akan menawarkan 15 proyek itu. Penawaran untuk mencari alternatif pendanaan itu bernilai sekitar US$ 60 miliar. "Karena kita tidak bisa mengandalkan APBN saja untuk membangun infrastruktur. Dari APBN, hanya 25 persen yang bisa dialokasikan, sisanya kita harus mencari alternatif pendanaan," ujarnya.
Luhut mengatakan maraknya pencarian pendanaan alternatif seperti blended finance merupakan sebuah perubahan positif dalam pemerintahan saat ini. Salah satu contoh keberhasilan yang dicontohkannya adalah pembangunan proyek LRT.
Lebih jauh, Luhut mengatakan potensi ekonomi dari proyek-proyek di bawah Kementerian Kemaritiman mencapai US$ 1,3 triliun per tahun. Untuk itu, dia mengatakan akan memaksimalkan potensi tersebut, yang sebelumnya dinilai kurang mendapat perhatian.