Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Peternak di perdesaan memberikan jamu dan ramuan agar sapi sembuh dari PMK.
Pemberian jamu dan ramuan herbal bisa jadi membahayakan pencernaan sapi.
Vaksinasi menjadi wajib agar ternak bebas dari virus PMK.
MENJELANG pergantian tahun dari 2024 ke 2025, Kaderi rutin meracik jamu. Temu lawak, kunyit, jahe, hingga daun serai ia campur dengan larutan penyegar anti-panas dalam. Ramuan ini diaduk bersama ampas tahu atau terkadang rumput, kemudian diberikan kepada dua ekor sapinya yang terjangkit penyakit mulut dan kuku atau PMK.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sudah beberapa lama sapi piaraan Kaderi, peternak asal Desa Tanggungan, Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menderita karena luka lepuh di mulut. Air liurnya terus mengalir dan tak ada nafsu makan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karena itu, Kaderi memberikan temu lawak karena tanaman rimpang tersebut, menurut kepercayaannya, bisa mempercepat kerja usus halus dan meningkatkan nafsu makan sapi. Sedangkan kunyit dapat membantu penyerapan nutrisi seperti lemak, protein, dan karbohidrat.
Tak cuma memberikan jamu berisi campuran rempah, Kaderi juga meracik olesan berupa kecap manis yang dicampur jeruk nipis. Menurut dia, racikan itu ampuh untuk menyembuhkan luka jika dioleskan pada sekitar mulut sapi. "Kalau lukanya sembuh dan sapi mau makan, kemungkinan besar segera bebas dari penyakit mulut dan kuku," katanya kepada Tempo, Kamis, 23 Januari 2025.
Kaderi cukup yakin akan cara tersebut karena telah membuktikan keampuhannya. Dia mengatakan pemberian jamu dan obat yang diikuti perawatan kandang secara konsisten selama 10 hari pernah berhasil menyelamatkan hewan ternak miliknya dari ancaman maut. Dua sapi Kaderi yang sakit pada Desember 2024 itu perlahan sembuh dari PMK.
Praktik serupa dilakukan Abdullah, peternak sapi di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Dia memanfaatkan ramuan telur ayam kampung dan kunir untuk menjaga daya tahan tubuh ternaknya yang masih sehat di tengah penyebaran virus PMK. Setidaknya satu bulan sekali Abdullah membuat ramuan tersebut untuk ternaknya. Hasilnya, dia mengungkapkan, kondisi ternaknya tetap prima.
Bahkan setelah 2023 Abdullah tak pernah lagi memvaksin ternaknya. Ramuan khusus itu membantu peternak seperti dia yang kesulitan mendapatkan vaksin. Padahal Asosiasi Peternak dan Penggemuk Sapi Indonesia, organisasi yang ia ikuti, menyediakan vaksin meski jumlahnya terbatas. Itu sebabnya Abdullah rajin memberikan nutrisi tambahan serta menjaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan kandang. Dia juga tidak memasukkan sapi baru ke kandang lama saat kasus PMK kembali merebak sejak akhir November 2024 demi menghindari penularan.
•••
PEMBERIAN jamu dan ramuan tradisional lain bukan cara baru bagi peternak di perdesaan dalam menghadapi penularan penyakit mulut dan kuku yang kian menggila. Sejak wabah PMK kembali merebak di Indonesia pada 2022, ramuan tradisional menjadi salah satu bentuk pertolongan pertama buat sejumlah peternak.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pernah mengulas kisah Adang, pemilik peternakan Baitussalam di Kabupaten Soreang, Jawa Barat yang terbantu ramuan tradisional dua tahun lalu.
Ketika itu, dalam laporan BNPB, Adang membuat ramuan dari cuka makanan, molase, dan air untuk sapinya yang mengalami luka berdarah dan bernanah di mulut serta kaki. Ramuan cuka diberikan pada mulut ternaknya. Adapun obat luka di kaki berupa campuran cuka makanan dan air dengan takaran 2 : 1. "Alhamdulillah, lukanya cepat kering," ujarnya. Sapi yang terkena virus PMK pun kembali berdiri dalam hitungan hari.
Menurut guru besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, Surabaya, Suwarno, jauh sebelum wabah PMK merebak di Indonesia, para peternak kerap memberikan jamu untuk menyehatkan hewan peliharaan. Bahannya beragam, dari rempah-rempah seperti jahe, kunyit, temu ireng, dan kencur hingga dedaunan seperti tapak dara, benalu, dan daun kelor. Kadang telur ayam kampung ditambahkan sebagai sumber nutrisi.
Peternak mempersiapkan racikan jamu tradisional sebagai antibiotik alami untuk memperkuat daya tahan tubuh sapi agar tidak terjangkit wabah penyakit kuku dan mulut serta penambah nafsu makan pada sapi di Peternakan Sari Rumput, Malang, Jawa Timur, 12 Mei 2022. Antara/Ari Bowo Sucipto
Suwarno mengatakan zat aktif dalam bahan-bahan tersebut memiliki dua peran utama, yaitu menguatkan metabolisme tubuh ternak serta memelihara bakteri "baik" untuk membantu proses fermentasi makanan di perut ternak. “Bisa juga sebagai pengganti antibiotik atau melihat efek imunostimulator yang dapat merangsang sistem imun tubuh,” tuturnya.
Meski begitu, Suwarno menambahkan, ramuan semacam itu tidak secara langsung bisa mengobati hewan atau membunuh virus PMK. Pelindungan terbaik dari PMK, menurut dia, adalah pemberian vaksin.
Adapun solusi bagi ternak yang sudah terjangkit virus adalah pemberian antivirus dan obat-obatan untuk mengatasi infeksi. Yang tak kalah penting adalah menjaga kebersihan lingkungan sekitar ternak dan memilah makanan yang dikonsumsi ternak. “Jangan diberi makan rumput dulu, tapi berikan pisang yang matang untuk menambah vitamin dan mineral," ucapnya.
Dosen Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat, Surachmi Setiyaningsih, punya pandangan serupa. Menurut dia, bahan baku jamu racikan peternak berkhasiat melindungi tubuh hewan. "Cuma, kekebalan yang diciptakan bersifat umum, tidak spesifik terhadap virus tertentu," katanya.
Pada umumnya, Surachmi menjelaskan, peternak memanfaatkan jamu untuk mengatasi infeksi sekunder saat piaraannya terkena PMK, yang antara lain ditandai dengan adanya luka di mulut. Ramuan herbal dan obat bisa menutup luka, tapi virus PMK dalam tubuh ternak tak berarti ikut hilang. Karena itu, peternak membutuhkan antivirus.
Adapun Muhammad Burhan, dokter hewan di Kabupaten Bandung Barat, mengingatkan adanya risiko pemberian jamu dan ramuan herbal. Dia memberi contoh, racikan telur bisa menambah jumlah bakteri dalam saluran pencernaan, meningkatkan fermentasi makanan di dalam perut ternak, dan memicu pembentukan gas di dalam perut.
Masalah pencernaan semacam ini bisa memperburuk kondisi ternak yang terjangkit PMK. Karena itu, selama wabah masih merebak, Burhan menyarankan peternak menjaga pencernaan hewan dengan memberikan pakan sehat serta obat cacing. "Selain itu, penting untuk selalu menjaga kebersihan kandang, usahakan kering dan terpapar sinar matahari."
Sekretaris Jenderal Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia Robi Agustiar mengatakan merebaknya wabah PMK menjadi momentum bagi peternak untuk memperkuat praktik biosekuriti. Cara termudah adalah mencuci barang setelah dipakai di kandang serta mengganti pakaian dan alas kaki saat mengunjungi kandang lain.
Untuk sementara waktu, Robi melanjutkan, peternak juga harus menahan diri agar tak berkunjung ke kandang peternak lain dan menolak kunjungan peternak lain. Isolasi manusia dan hewan ini krusial untuk mengurangi penyebaran virus. "Yang terpenting, lapor kalau kena PMK," ucapnya.
Untuk mencegah penyebaran penyakit, Robi berharap pemerintah memberikan bantuan vaksin untuk ternak yang masih sehat, juga mengedukasi peternak mengenai pentingnya vaksin. Pemerintah memiliki 4 juta dosis vaksin PMK tahun ini. Jumlahnya tak sebanding dengan populasi ternak ruminansia yang berisiko terpapar PMK. Populasi sapi dan kerbau, misalnya, mencapai 14 juta ekor.
Karena itu, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mendorong pemerintah daerah menyiapkan anggaran khusus pembelian vaksin. Sektor swasta juga didorong berpartisipasi. "Harga vaksin murah, jadi kami mendorong perusahaan melaksanakan program pemberian vaksin mandiri," tuturnya. Menurut Sudaryono, harga vaksin per dosis berkisar Rp 17-25 ribu.
Lewat akun media sosial milik Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Tenaga Ahli Menteri Pertanian Ali Agus mengimbau peternak tak panik menghadapi lonjakan angka kasus PMK. Dia mengajak peternak melakukan vaksinasi. "Virus itu belum ada obatnya atau tidak ada obatnya. Satu-satunya cara membuat sehat ya vaksinasi," ujarnya.
Belajar dari pengalaman dua tahun lalu, Ali juga menyinggung upaya pemberian ramuan herbal untuk ternak. "Tapi secara saintifik belum bisa kita buktikan dapat meningkatkan kesehatan ternak," katanya. ●
Widiatmoko di Bojonegoro berkontribusi dalam penulisan artikel ini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul Berharap Jamu Menolak Virus