Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Jet-jet pertama buat merpati

Semua rute domestik (feeder line) garuda akan dialihkan ke merpati secara bertahap dalam jangka 5 tahun. rute yang disebut trunk line tetap ditangani garuda. garuda menyewakan pesawat-peawat jet untuk merpati.

25 Maret 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA kabar, Merpati? Apakah sudah bisa terbang tinggi? Ternyata bisa, asalkan pakai jet. Tahap baru ini akan dimulai Merpati April depan, dengan 2 Fokker yang hilir mudik antara Ujungpandang, Palu, dan Kendari. Masalahnya, bagaimana mungkin Merpati berbagi dominasi dengan Garuda, dalam soal jet. Hal yang tak pernah terbayangkan dulu-dulu itu Senin pekan ini terjadi dalam suasana kekeluargaan, bagaikan antara bapak dan anak. Garuda, yang sejak 1978 memang resmi berstatus sebagai bapak Merpati, akan lebih berkonsentrasi mencari dolar ke luar negeri. "Kalau mau bersaing dengan Singapore Airlines, ya harus begitu," kata Direktur Niaga Garuda, Sunaro. Itulah sebabnya, rute-rute domestik akan lebih dipercayakan kepada Merpati, sang anak. Dan alih tugas itu akan dilakukan bertahap. Dimulai 1 April nanti. Dua trayek "gemuk" Garuda Ujungpandang-Kendari dan Ujungpandang-Palu pulang pergi -- akan dihubungkan oleh Merpati. "Kalau dikasih tulang kan kasihan," kata Sunarjo bercanda. Beleid baru ini nantinya akan meluas. Lima tahun lagi, Merpati diharap sudah mampu mengambil alih tugas Garuda untuk rute domestik. Cuma, tak semuanya. Merpati bisa disebut kebagian tugas memberi "makan". Ia akan meladeni rute-rute yang dikenal sebagai feeder line. Ini adalah rute dari daerah kecil ke tempat konsentrasi penumpang. Nah, rute dari tempat padat penumpang -- disebut runk line -- akan tetap ditangani Garuda. Bukan berarti menerbangi feeder line itu rugi. "Namanya kerja sama, ya harus saling menguntungkan dong," kata Direktur Utama Merpati, Soeratman. Contohnya jurusan Kendari-Ujungpandang tadi. Adapun trunk line sulit dilepas Garuda. "Sebab, masih terkait dengan rute internasional," kata Sunarjo. Penumpang dari Eropa ke Bali, misalnya, tentu tak sedap jika harus pindah ke pesawat perusahaan lain di Jakarta. Karena itu, penerbangan ke Medan, Bali, atau Ujungpandang tampaknya tak akan dialihkan ke Merpati. Di luar tiga kota itu, jalur lain pelan-pelan akan dilepas, termasuk ulang-alik Jakarta-Surabaya yang luar biasa ramai itu. "Kalau yang ini mungkin terakhir," begitu Sunarjo menjelaskan. Ya, memang harus pelan-pelan. Pesawatnya saja, Merpati belum punya. Maka, dalam penandatanganan persetujuan alih rute Senin lalu di kantor pusat Garuda. Merpati sekaligus juga menyewa 2 Fokker 28 MK 3000 Garuda, yang nanti akan dicat dengan logo Merpati. "Kalau diberi begitu saja, ya tak mendidik namanya," alasan Sunarjo. Merpati pun tak mau kalah gengsi. "Kita sewa dengan tidak merugikan Garuda, lho," kata Soeratman, yang tak mau menyebut harga sewa. Itu dibenarkan oleh Sunarjo, yang menukas, "Pokoknya, Garuda tak untung dan tak rugi." Selain dua yang sudah disewa tadi, Garuda sedang menyiapkan pula empat pesawat sejenis, untuk dicat merk baru. Dengan enam pesawat yang masing-masing berkapasitas 65 kursi itu, akhir tahun ini Merpati berharap, semua feeder line di Indonesia Timur akan bisa diterbanginya. Urusan ketenagannya juga perlu ditangani. Awak Merpati yang biasa menerbangkan pesawat baling-baling akan kagok dengan pesawat jet. Mereka pelu dididik dulu. Maka, sementara ini awak Garudalah yang akan menerbangkan jet-jet itu. Kelak, sesudah pilot-pilot Merpati lulus ujian di sekolah milik Garuda di Duri Kosambi, mereka pun akan mengambil alih kendali jet. "Akhir tahun mereka sudah siap," kata Soeratman. Pemeliharaan pesawat juga akan tetap ditangani oleh Garuda. Cuma, kalau yang ini Merpati tak akan mengambil alih. Soeratman lebih suka memanfaatkan fasilitas Garuda, dengan membayar tentu. "Lebih baik duitnya untuk investasi di bidang lain," ujarnya. Toh Merpati masih tetap mengarungi penerbangan perintis, yang memang tugas utamanya. "Kalau perlu, kerja sama dengan swasta," katanya. Selama ini, penerbangan perintis lebih banyak merugi, karena rute sepi yang harus diterbangi pesawat tanggung. Dari swasta, Soeratman berharap ada pesawat-pesawat kecil yang lebih efisien. "Bagaimanalah caranya, agar misi jalan terus, tetapi perusahaan tak rugi," tuturnya. Ternyata, tahun lalu Merpati sudah mencetak untung. "Sekitar seratus juta, cuma belum diaudit," katanya lega.Yopie Hidayat, Bambang Aji, dan Tommy Tamtomo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum