Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI masih bergantung pada bisnis kereta barang sembari memulihkan layanan kereta penumpang. Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo mengatakan kapasitas angkut kereta barang mencapai 47,6 juta ton hingga tahun lalu. “Pasarnya masih bisa diperluas,” kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Didiek, KAI akan menambah layanan di 133 terminal kereta barang. Sasarannya adalah bahan pangan; produk usaha mikro, kecil, dan menengah; serta distribusi hasil tani dan hortikultura.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KAI mendorong layanan logistik untuk menutupi pendapatan kereta penumpang yang merosot drastis selama masa pandemi Covid-19. Menurut Didiek, biasanya layanan penumpang mendatangkan pendapatan Rp 23-25 miliar per hari. Pandemi Covid-19 menekan volume penumpang hingga hanya 10 persen dari kondisi normal. Pendapatan harian dari kereta penumpang anjlok hingga Rp 400 juta per hari.
Didiek mengakui bahwa layanan kereta barang pun menurun meski tak signifikan. Pendapatan angkutan kargo yang mencapai Rp 600 miliar pada Maret dan April lalu turun hingga Rp 407 miliar. Menurut dia, hal ini terjadi karena pengiriman batu bara anjlok. “Ini juga dampak dari penurunan aktivitas industri,” ucap dia.
Kini, kata Didiek, KAI akan masuk ke bisnis pengiriman retail kecil. KAI tak lagi mewajibkan pengiriman barang minimal 10 kilogram. Ada pula rencana menggandeng perusahaan angkutan online untuk membantu pengiriman barang.
Vice President Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan masih bisa menggali pendapatan dan operasi kereta barang di Sumatera. “Di sana ada potensi untuk distribusi bahan bakar, bahan baku kertas, dan semen.”
KAI pun membuka layanan Rail Express di Jawa untuk membawa bahan pokok yang sebelumnya jarang dibawa dengan kereta. “Contohnya pengiriman 4,2 ton telur dari Blitar (Jawa Timur) ke Pasar Induk Beras Cipinang di Jakarta,” kata Joni.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulfikri optimistis kinerja kargo kereta bisa terus didongrak. Volume angkutan kereta barang yang mencapai 29 ton pada 2015 naik hingga 47 ton pada 2019. Tren peningkatan angkutan kargo mencapai 12,7 persen secara tahunan. Pada semester pertama tahun ini, muatan kargo kereta sudah mencapai 22 ton. “Produksi terus meningkat, pengguna jasa di segmen penumpang juga bertambah karena banyaknya jalur baru selama lima tahun terakhir,” ujar Zulfikri.
Wakil Ketua Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia, Trismawan Sanjaya, mengatakan pergerakan barang di darat masih didominasi truk dibanding kereta api barang. Namun volume layanan kereta kargo berpeluang naik setelah penindakan truk bermuatan berlebih atau over-dimension over-loading (ODOL) mulai berlaku. “Tapi, daya angkut maksimal kereta juga terbatas. Biaya juga besar karena proses bongkar-muatnya tak fleksibel seperti truk yang bisa door to door ke pabrik,” ucap Trismawan.
Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, berharap layanan kereta barang ditambah selagi rute penumpang belum aktif sepenuhnya. “Kereta tetap potensial karena lebih on time daripada truk. Kami berharap frekuensi dan jalurnya diperbanyak.”
VINDRY FLORENTIN | YOHANES PASKALIS
24
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo