Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kami Coba Bergerak Cepat

PT Saka Energi Indonesia punya reputasi yang mengejutkan. Bergerak di bidang pengeboran gas, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (PGN) ini sempat menanamkan modal dalam proyek shale gas atau gas dalam bebatuan di Blok Fasken Eagle Ford, Texas, Amerika Serikat.

14 September 2015 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kami Coba Bergerak Cepat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PT Saka Energi Indonesia punya reputasi yang mengejutkan. Bergerak di bidang pengeboran gas, anak usaha PT Perusahaan Gas Negara (PGN) ini sempat menanamkan modal dalam proyek shale gas atau gas dalam bebatuan di Blok Fasken Eagle Ford, Texas, Amerika Serikat.

Meski disebut-sebut berisiko merugi besar karena harga saham Swift Energy-perusahaan energi pemilik blok-anjlok hingga di bawah US$ 1 per lembarnya, investasi Saka tetap berlanjut. Kepada Gustidha Budiartie, Ayu Prima Sandi, dan fotografer Dhemas Revianto, Chief Operating Officer Saka Energi, Tumbur Parlindungan, menjelaskan soal rencana bisnisnya, termasuk untuk lepas dari PGN dan menjadi perusahaan publik. Berikut ini petikan wawancaranya.

Investasi Saka di Texas berisiko merugi, apakah sebelumnya tidak dihitung?

Perlu diketahui, investasi kami di sana bukan investasi portofolio. Kami langsung investasi di bloknya, jadi tidak terpengaruh oleh harga saham. Produksi di sana juga naik terus, bahkan the best producer di sana. Sampai-sampai Wali Kota Houston datang ke sini untuk apresiasi.

Kabarnya, Swift terancam terdepak di Bursa Saham New York, apakah proyek ini tidak akan terpengaruh?

Yang jelas, kondisi bisnis shale gas di sana sedang mencapai ekuilibrium. Itu kan posisi Swift di bursa New York, tapi di Nasdaq tidak. Lagi pula, kalau Swift sampai kenapa-kenapa, kami bisa menjadi operator di sana. Kami cukup terbuka, dan silakan jika mau diaudit.

Gas dari sana tidak bisa dibawa ke Indonesia?

Bisa saja, tapi di sini belum ada LNG plant-nya untuk menampung. Jadi masih kami jual di sana.

Ada yang mengkritik bahwa investasi PGN di Saka terlalu besar, sampai US$ 1,4 miliar. Apa tanggapan Anda?

Tidak sampai segitu. Ini kan bisnis hulu yang memang butuh biaya besar dan jangka panjang, tidak bisa dilihat hanya 1-2 tahun. Saka berdiri pada 2011. Sejauh ini, kami merupakan anak usaha yang paling banyak memberikan keuntungan bagi PGN. Baru beberapa tahun, kami sudah punya sembilan, ada delapan di dalam negeri dan satu di luar negeri.

Kenapa mesti investasi ke Amerika?

Investasi di sana justru lebih cepat, terbuka, dan jelas. Cuma setahun, kami sudah bisa mengebor dan produksi. Beda dengan negara-negara seperti Timur Tengah yang rawan konflik, potensi besar tapi susah digarap. Sisanya, kami bermain di dalam negeri. Tahun ini, kami menemukan lapangan migas yang potensinya lebih besar daripada Cepu.

Banyak penilaian yang menyebut bahwa bisnis shale gas sedang suram. Apa tanggapan Anda?

Shale gas itu tidak akan pernah mati. OPEC pun tidak bisa menyentuhnya. Bisnis ini sedang berada di ekuilibrium, tapi nanti saat harga minyak naik, harga shale gas akan ikut naik juga. Bisnis ini juga efisien. Kalau dulu mengebor bisa US$ 5 juta, sekarang cukup US$ 2 juta saja.

Apa kesulitan untuk mengembangkan shale gas di Indonesia?

Infrastrukturnya. Kalau mau, ya, harus membangun infrastruktur dulu dan itu cost-nya tinggi, belum lagi cost sosialnya. Infrastruktur untuk jalan, teknologi fracking, dan service company harus disiapkan dulu. Lebih baik mengoptimalkan potensi di Indonesia timur saja yang masih bisa dieksplorasi.

Seperti apa pembagian bisnis antara Saka dan PGN?

Kami yang bergerak di sektor hulu 100 persen dimiliki PGN, yang bermain di sektor hilir. Kami mencari sumber-sumber energi untuk PGN. Kini, saat keuangannya cukup bagus, PGN diminta membangun infrastruktur gas oleh pemerintah. Tapi di Jawa dan Sumatera sudah padat, dan seharusnya di Indonesia timur. Kami mencari sumber pasokan, sedangkan PGN yang membangun pipa. Ini bisnis jangka panjang.

Baru beberapa tahun, tetapi pertumbuhan bisnis Saka Energi cukup cepat. Apa strateginya?

Dalam dua bulan ini kami sudah menemukan dua blok eksplorasi, minyak dan gas, salah satunya di Sulawesi. Sebelumnya kami sudah mengelola sembilan blok dan masih akan terus ekspansi. Intinya, kami mencoba gerak cepat karena memang kami perusahaan kecil yang tidak dibuat berat dengan faktor-faktor seperti birokrasi. Kami juga cari lapangan offshore karena tidak perlu berurusan dengan pembebasan lahan, yang bisa membikin proyek mundur.

Apakah tidak ada rencana dari Saka Energi untuk berdiri sendiri?

Pelan-pelan kami akan mencoba lepas dari PGN dan menjadi perusahaan terbuka agar publik juga bisa memantau kami. Kami terus berupaya untuk menjadi perusahaan yang prudent dan, jika menjadi perusahaan publik, kami juga bisa bergerak lebih cepat lagi. Selama transparan dan bisa dipertanggungjawabkan. *

Profil

Nama lengkap: Tumbur Parlindungan

Pendidikan
-Jurusan geologi Universitas Trisakti (1993)
-Master Corporate Finance University of North Texas (1997)

Karier
-Geologis, PT Ingold Management
-Senior Petroleum Economist, Schlumberger International
-Business Development Manager, Schlumberger International
-Senior Economist, Shell International E&P
-Commercial Analyst, BP Asia Pacific E&P
-Vice President, PT Saka Energi
-Chief Operations Officer, PT Saka Energi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus