Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kembali ke batu bara

Batu bara lebih murah dan tak mencemari lingkungan daripada bahan bakar gas. pemerintah berencana menaikkan harga. dikhawatirkan harga semen ikut naik karena sejumlah pabrik semen memakai batu bara.

20 Agustus 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BATU bara pernah untuk sementara tersisihkan, tapi dalam waktu dekat ia akan lebih diperhitungkan. Dengan cadangan yang diperkirakan 26,5 milyar ton, batu bara cukup potensial, di samping tidak mencemarkan lingkungan. Hanya saja, pengembangannya, "jauh lebih lambat dibandingkan pengembangan minyak bumi, yang sekarang sudah menjadi tulang punggung pembangunan Indonesia," kata Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita, pekan lalu, dalam lokakarya. Produksi batu bara akan ditingkatkan dari 4,5 juta ton menjadi 15 juta ton pada akhir Pelita V. Ginandjar juga menegaskan bahwa harga batu bara dalam negeri mungkin tak bisa selalu lebih murah ketimbang harga impor. Sudah tiga tahun terakhir ini harga batu bara merosot terus. Dirut Perum Tambang Batu Bara Bukit Asam, Kuntoro Mangkusubroto, mengatakan bahwa Australia dan Afrika Selatan amat getol adu banting harga. Afrika Selatan tak tahan, produksi batu baranya diturunkan dari 40 juta ton menjadi 30 juta ton setahun. Sementara itu, efisiensi perusahaan tambang di Australia mendorong buruh untuk mogok, menuntut perbaikan upah. Ini dikemukakan Achmad Prijono, direktur utama Perum Tambang Batu Bara. Tapi karena suplai batu bara dunia merosot, harga pun terkatrol naik. Sementara itu, harga batu bara eks Bukit Asam bisa dianggap bersaing: 30 dolar AS per ton. "Harga serendah itu sebenarnya maih bisa dinaikkan sedikit tanpa bersaing dengan minyak," ujar Prijono. Lagi pula, harga batu bara impor sudah melonjak dari 31 dolar AS tahun lalu menjadi sekitar 41 dolar AS. Rupanya, Perum Tambang Batu Bara sedang berkutat meraih laba, setelah tahun lalu merugi Rp 1,7 milyar. Sedang tahun 1986 masih sempat menggondol laba sekitar Rp 6 milyar, karena ada devaluasi. Benar mau naik? "Keinginan untuk naik, sih, ada," ujar Johannas, direktur Batu Bara pada Ditjen Pertambangan Umum. Kuntoro menyambut senang bila itu benar. Sebab, "Itu berarti pembayaran utang-utang PT Bukit Asam akan lebih baik," katanya, tanp menjelaskan berapa besar utang itu. Lain lagi reaksi pengusaha yang mengunakan energi batu bara. PT Semen Nusantara di Cilacap, pada 1985, sudah telanjur menggantikan BBM dengan batu bara, yang diperkirakan bisa menghemat 5 dolar AS per ton per tahun. Kalau saja harga batu bara dinaikkan, mungkin investasi untuk peralatan yang menelan biaya sampai 8 juta dolar AS itu bisa mcleset dari sasarannya. Begitu juga Semen Gresik, yang tiap tahun membutuhkan sekitar 180 ribu ton batu bara. Investasi untuk mengonversi dari BBM ke batu bara, yang menghabiskan sekitar Rp 7 milyar itu, sampai kini belum kembali modal. Kalau batu bara dinaikkan harganya, yah, "terpaksa kami mengefisienkan lagi secara intern, dan kami akan menghitung apa ada kemungkinan, misalnya, menaikkan harga semen," kata Anang Fuad Rivai, direktur utama PT Semen Gresik. Pada produksi semen, seperti pada Semen Tiga Roda, biaya untuk energi mencapai 45%. Pabrik Semen Kujang mungkin bis menghemat, karena tidak menggunakan batu bara. Masalahnya, "Biaya angkutannya sulit dihitung," kata Oslov, wakil presiden direktur PT Semen Cibinong. Pabrik ini masih menggunakan bahan bakar gas. Kalau harga batu bara naik, maka disamping harga semen, tarif listrik juga ikut naik. "Kenaikannya sama dengan kenaikan batu bara," ujar Firdaus Akmal, kepala sektor PLTU Suralaya. Tahun ini saja Perusahaan Listrik Negara mengonsumsi batu bara sekitar 2 juta ton. Tapi Ginandjar tidak mau terburu-buru. "Yang akan menaikkan batu bara itu siapa sih? Itu 'kan masih dirundingkan," katanya. Suhardjo Hs, Priyono B. Sumbogo, Jalil Hakim (Surabaya), Riza Sofyat (Bandung), Slamet Subagyo (Semarang)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus