KONIMEX tidaklah melulu citra orang kedinginan, berkerudung, hidungnya berair, dan terbatuk-batuk. Industri farmasi yang banyak menghasilkan produk obat-obatan bebas ini sekarang mulai mendekati para wanita cantik dan yang ingin cantik. Terlambat? Pasar kosmetik dalam negeri tampaknya memang sudah jenuh. Tapi mungkin tidak bagi Avon. Akhir Juni lalu, Konimex telah menandatangani kontrak kerja sama dengan Avon Product Inc., perusahaan komestik yang memiliki pabrik di 35 negara dan nilai produksinya US$ 8,7 milyar. Perusahaan baru itu bernama PT Avon Indonesia, dengan rincian saham: 51% Avon dan 49% Konimex. Pada tahap pertama, usaha patungan ini akan melempar 100 jenis kosmetik ke pasar. Ke dalamnya termasuk 20 jenis lipstik dan kosmetik rias wajah lainnya, beserta 10 jenis bedak, krem susu pembersih kulit, dan pelbagai jenis wewangian. Untuk tahun berikutnya, jumlah yang akan dipasarkan menjadi dua kali lipat. Ini dikatakan oleh direktur pemasaran Avon, Bruce Pirnie, 53 tahun. Sebagai kosmetik yang sudah teruji sejak tahun 1886, Avon yang buatan AS berkembang melalui sistem pemasaran yang khas, tidak melalui toko-toko. "Juga bukan menjual dari pintu ke pintu," kata Bruce Pirnie. Lalu? Dengan cara memperkenalkan diri melalui brosur-brosur berwarna yang terbit saban bulan dan brosur tahunan, yang tersebar dari mulut ke mulut, dari wanita ke wanita. "Kalau ada wanita berkumpul, di situ ada wakil Avon. Di arisan, melalui perkumpulan sekretaris, kegiatan Dharma Wanita, ataupun pada acara makan siang ibu-ibu," tambahrya. Sistem pemasaran seperti itu akan tetap dipertahankan juga dalam kerja sama dengan Konimex. Armada gadis penjaja, sales girl, berjumlah ratusan orang, disiapkan untuk menyusup ke dalam perkumpulan dan beragam kegiatan wanita. Mereka yang bergelar "Avon's Lady" itu, dengan komisi sekitar 22%, diharapkan bertindak pula sebagai penasihat kecantikan. "Pokoknya, kami akan menyerap tenaga kerja baru. Ratusan, bahkan ribuan orang nantinya, untuk seluruh Indonesia," kata Djoenaedi Joesoef, presiden direktur Konimex yang kemudian menjadi presiden komisaris untuk PT Avon Indonesia. Diakuinya kecuali Avon ada perusahaan kosmetik lain yang memasarkan produknya tidak melalui toko. Cuma, merk-merk itu tampaknya melulu mengejar kalangan menengah ke atas. Sedangkan Avon, yang bahan bakunya tetap impor, menurut Bruce Pirnie, diupayakan untuk memenuhi hasrat mempercantik diri para wanita golongan menengah kalau bisa bahkan lebih ke bawah. "Tapi saya tahu, ada juga dari kelas lebih tinggi yang memakai Avon," katanya. Diperkirakan oleh Pirnie, usaha patungan yang ditegakkan dengan investasi US$ 9 juta ini akan mencapai titik impas dalam waktu tak lebih dari tiga tahun. Pabriknya terletak di atas tanah 400 m2, di Cilandak Commercial Estate, Jakarta. Siapa lagi yang akan memasuki pasar masyarakat kelas bawah? M.C. dan Linda Djalil (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini