Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kemelut yang melahirkan sarinah

Dengan memakai sit koran mingguan "cerdas", bekas pemimpin umum majalah kartini, lukman umar, menerbitkan majalah "sarinah". (md)

25 September 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BERKULIT jernih, bertubuh agak pendek dan sedikit gemuk, Lukman Umar biasanya bersafari dengan warna cerah. Kemelut yang terjadi di Kartini, majalah yang dibinanya sejak November 1974, tak mengubah sifatnya yang tenang. Padahal dalam sengketa di kubu majalah itu, ia sudah didepak keluar oleh Kelompok Tujuh orang pimpinan Willy Risakotta (TEMPO, 31 Juli). Tapi Lukman Umar, hampir 60 tahun, tampaknya tidak knock out. Pekan keempat September ini ia menerbitkan satu majalah wanita lagi. Berlogo dengan huruf seluruhnya kecil, dan berlambang kepala wanita bersanggul dengan suntingan bunga ros, Sarinah akan lebih meramaikan pasaran majalah wanita yang telah ada. Majalah baru ini "akan mengajak masyarakat mengenal sejarah," tutur Lukman Umar di kantornya, tempat Redaksi Kartini dulu. Tapi, seperti umumnya kebanyakan majalah wanita, Sarinah juga akan menyuguhkan cerita bersambung, cerita pendek, ruang pola, dan bertolak dari keluarga. Pemimpin Redaksinya Soesilo Murti, wartawan dan penulis cerita anak-anak dengan wakilnya Titiek W.S., penulis fiksi. Elanda Rosi D.S., Sari Narulita Korrie Layun Rampan dan Hoedi Soeyanto, memperku at .Sarinah dalam dewan redaksi. Titiek sendiri mau bergabung dengan Lukman Umar yang dinilainya "berjiwa besar dan selalu berkepala dingin dalam menghadapi suatu masalah." Meski kemelut di Kartini Sesuatu yang berat, menurut Titiek, Lukman "tidak kelihatan terpukul." Juga Elanda Rosi D.S. tampak gembira bergabung dengan Lukman. Ia meninggalkan kedudukannya sebagai Redaktur Pelaksana Penerbit Cypres, penerbit buku-buku pop dan terjemahan karena melihat prospek yang baik di Sarinah. "Penerbitan novel-novel kini sulit berkembang," tuturnya. Lukman konon tak menjanjikan macam-macam kepada mereka. Bonus, tunjangan kesehatan, transpor dan gaji yang layak saja yang disanggupi Lukman. Di luar itu, para rekan baru Lukman itu percaya, "Lukman akan berhati-hati dan mau belajar dari pengalaman yang lewat." Bagaimana reaksi Willy Risakotta? "Silakan, siapa saja berhak menerbitkan majalah baru," tuturnya tenang. Sedang untuk perkara kemelut di Kartini (oplah 187.000), Willy mempercayai pengacaranya, Nany Razak SH. Begitu juga Lukman sudah punya pengacara. Perkara mereka menyangkut soal keuntungan dan keuangan perusahaan. Sarinah (oplah pertama 60.000) bisa terbit berdasarkan SIT (Surat Izin Terbit) koran mingguan Cerdas. Menurut Lukman, SIT itu diperolehnya karena "jodoh", setelah menghubungi Departemen Penerangan . SIT itu semula milik Koperasi Karyawan Pers Adi Jaya (1973) yang menerbitkan Cerdas, tapi tidak berkembang. Nanti hubungan pemegang SIT dengan Sarinah, menutut Lukman, akan diatur sesuai dengan ketentuan lembaga SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers) yang termaktub dalam UU Pokok Pers baru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus