Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kemenangan yang Sempat Tertunda

Hendar Harahap akhirnya terpilih sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia. Didukung karena telah dua kali dicalonkan.

14 Juli 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOIKOT Muhammad Hatta dan Mustofa Assegaf tak menghalangi pemilihan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Senin pekan lalu. Hatta meminta Komisi Keuangan dan Perbankan Dewan Perwakilan Rakyat menunda pemilihan. Alasannya, Komisi belum mendengar pendapat Badan Intelijen Negara serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan tentang rekam jejak tiga kandidat.

Usul anggota Fraksi Partai Amanat Nasional itu tak digubris. Mayoritas anggota Komisi berkukuh melanjutkan pemilihan malam itu. Kolega Hatta di PAN dan rekan Mustofa di Partai Persatuan Pembangunan juga bersepakat melanjutkan. Hatta terlihat meninggalkan gedung parlemen. Ia hanya tersenyum saat ditanya soal proses pemilihan. "Pemilihan lewat voting tertutup," katanya.

Pascaboikot, voting diikuti 48 anggota, dari total 51 anggota Komisi. Hasilnya 24 orang memilih Hendar Harahap, 18 suara dukungan diperoleh Tresna Wilda Supar­yono, 5 suara untuk Mulya Siregar, dan 1 suara tidak sah.

Anggota Fraksi Demokrat, Achsanul Qosasi, menjelaskan alasan pemilihan tidak mengacu pada kompetensi. Kemampuan ketiga kandidat dinilai setara karena sama-sama pegawai lama di bank sentral. Hendar dan Mulya adalah Asisten Gubernur. Adapun Tresna menjabat Direktur Eksekutif Direktorat Pengelolaan Devisa.

Vera Febrianthy, rekan Achsanul di Demokrat, mengatakan faktor nonkompetensi berpengaruh pada perolehan suara Tresna. Dukungan menguat untuk Tresna karena tidak ada perempuan dalam Dewan Gubernur Bank Sentral setelah era Siti Fadjrijah dan Miranda Swaray Goeltom. "Faktor perempuan menjadi pertimbangan kuat," ujarnya.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan, Indah Kurnia, membenarkannya. Indah mengatakan kehadiran Tresna memecah suara anggota fraksinya, apalagi tidak ada instruksi resmi dari partai. "Kami dibebaskan."

Wakil Ketua Komisi Harry Azhar Azis juga mengakui suara partai besar terbelah, termasuk di partainya, Golkar. "Ada dua rekomendasi."

Vera mengklaim satu-satunya fraksi yang kompak adalah Demokrat. Kendati menginginkan keterwakilan perempuan, Vera memilih menaati pilihan partai. "Perintahnya memilih Hendar," katanya. Achsanul mengatakan Hendar mendapat dukungan penuh 14 suara Demokrat serta sebagian suara dari Golkar dan PDI Perjuangan. "Partai yang lain tidak saya petakan."

Semula Demokrat juga menimbang antara Mulya dan Hendar untuk disokong. Mul­ya sempat masuk bursa paling kuat. Alasannya, dia bekerja di bawah Deputi Gubernur Muliaman Hadad, yang posisinya hendak diisi kali ini, setelah ia terpilih sebagai Ketua Otoritas Jasa Keuangan. "Mulya paling pas menggantikan Muliaman," ucap Achsanul.

Kendati demikian, Achsanul meyakini jumlah suara Demokrat tak ampuh untuk memenangi persaingan. Partai harus melirik kandidat lain yang berpotensi menyedot suara partai pesaing. "Terutama suara PDI Perjuangan." Meski tak bulat, Demokrat meyakini sebagian besar anggota fraksi banteng itu condong ke Hendar. Achsanul juga melihat beberapa anggota Golkar mengirim sinyal ke arah yang sama.

Harry Azhar mengatakan daya tarik Hendar karena ia sudah dikenal anggota Komisi ketimbang dua kandidat lain. Hendar pernah bersaing dengan Perry Warjiyo saat pemilihan Deputi Gubernur, Maret lalu. Perry keluar sebagai pemenang secara aklamasi.

Empat bulan setelah kekalahannya, Hendar diajukan lagi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Harry mengatakan calon yang berulang kali diajukan memiliki potensi kemenangan besar. "Faktor ini dipertimbangkan anggota Komisi."

Harry merujuk pada kemenangan Perry pada Maret lalu. Perry dipilih secara aklamasi karena telah empat kali disodorkan sebagai calon Deputi Gubernur sejak 2009. Jadi, bagi Hendar, kekalahannya dari Perry pada pemilihan sebelumnya hanyalah kemenangan yang tertunda.

Akbar Tri Kurniawan, Martha Thertina

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus