Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional atau Gopan, Sugeng Wahyudi, tidak sepakat dengan pernyataan dari Direktur Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita soal anjloknya harga ayam di sejumlah daerah. Ketut sebelumnya menduga harga ayam anjlok karena ulah broker atau distributor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kurang tepat (dugaannya)” kata Sugeng saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, 29 Juni 2019. Sejauh ini, Ia meyakini harga ayam anjlok karena produksi di tingkat peternakan yang berlebihan alias over-supply.
Sebab, kata dia, data dari peternakan dan kesehatan hewan menyebut ketersediaan anak ayam Day Old Chicken atau DOC sebesar 68 juta anak ayam per minggu. Sedangkan, kebutuhan saat ini hanya sekitar 60 juta. Sehingga, terdapat kelebihan suplai sebanyak 8 juta ekor anak ayam dan membuat harga jatuh.
Beberapa hari terakhir harga ayam di sejumlah daerah anjlok dan menyebabkan protes luas dari pedagang dan peternak. Salah satu bentuk protes yaitu dengan aksi membagikan ribuan ayam hidup secara gratis di berbagai daerah berlangsung hari ini, Rabu, 26 Juni 2019. Antara lain di Yogyakarta, Solo, dan Semarang.
Menanggapi situasi ini, Ketut meyakini, jika ada disparitas harga yang jauh antara harga di peternak dan di pasaran, maka ada yang mengaturnya. “Entah itu oleh broker atau distributor,” kata Ketut saat dihubungi di Jakarta, Sabtu, 29 Juni 2019. Untuk itulah, kata Ketut, para broker dan distributor ini harus tercatat dan terdaftar dengan baik di kementerian agar tak ada lagi ulah seperti ini.
Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat atau Pinsar Singgih Januratmoko belum memberi tanggapan yang diajukan Tempo terkait pernyataan Ketut tersebut, Ia hanya mengatakan bahwa produksi ayam DOC kelebihan pasokan sehingga ayam berlebih. “Melebihi serapan ayam,” kata dia.