Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Kenali Skema Ponzi yang Sering Digunakan pada Investasi Bodong

Skema Ponzi merupakan salah satu yang kerap dilakukan pada investasi bodong. Apa itu skema Ponzi dan ciri-cirinya?

1 Maret 2025 | 15.15 WIB

Saat ini, kita sering melihat banyak insiden penipuan yang mengaku sebagai investasi, salah satunya adalah skema Ponzi. Berikut penjelasannya. Foto: Canva
Perbesar
Saat ini, kita sering melihat banyak insiden penipuan yang mengaku sebagai investasi, salah satunya adalah skema Ponzi. Berikut penjelasannya. Foto: Canva

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Investasi bodong adalah bentuk investasi ilegal yang bertujuan menipu calon investor dengan janji keuntungan besar tanpa risiko yang jelas. Dengan iming-iming keuntungan yang besar, calon investor biasanya akan tergiur dan langsung berinvestasi. Padahal, uang mereka tidak akan kembali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Salah satu cara penipu untuk mendapatkan dana dari investor adalah dengan melalui skema Ponzi. Skema ini adalah bentuk investasi penipuan di mana keuntungan yang dibayarkan kepada investor lama berasal dari dana yang disetor oleh investor baru, bukan dari hasil investasi yang sah. Skema ini dinamai dari Charles Ponzi, seorang penipu asal Italia yang melakukan penipuan besar di Amerika Serikat pada tahun 1920-an.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam skema ini, penyelenggara menjanjikan keuntungan yang sangat tinggi dalam waktu singkat, sering kali tanpa risiko. Namun, karena tidak ada aktivitas bisnis atau investasi nyata yang menghasilkan keuntungan, skema ini bergantung sepenuhnya pada masuknya investor baru untuk membayar investor sebelumnya. Skema ini akhirnya runtuh ketika jumlah investor baru tidak cukup untuk membayar investor lama, menyebabkan kerugian besar bagi sebagian besar peserta, kecuali mereka yang sudah menarik dana di tahap awal.

Ciri-ciri Skema Ponzi

1. Janji keuntungan tinggi dalam waktu singkat

Salah satu tanda utama skema Ponzi adalah janji keuntungan besar dalam waktu cepat tanpa risiko. Misalnya, seseorang dijanjikan keuntungan 20-30 persen per bulan tanpa penjelasan jelas bagaimana keuntungan itu dihasilkan.

2. Tidak ada produk atau investasi nyata

Dalam skema investasi yang sah, dana investor digunakan untuk membeli aset atau mengembangkan bisnis yang menghasilkan keuntungan. Namun, dalam skema Ponzi, tidak ada investasi nyata. Dana hanya diputar dari investor baru ke investor lama.

3. Struktur perekrutan mirip Multi Level Marketing (MLM) tanpa produk jelas

Beberapa skema Ponzi beroperasi mirip dengan MLM, di mana peserta diminta merekrut anggota baru untuk mendapatkan komisi. Bedanya, dalam skema Ponzi, fokusnya lebih pada perekrutan anggota baru ketimbang menjual produk atau jasa nyata.

4. Pembayaran kepada investor lama menggunakan dana investor baru

Karena tidak ada sumber keuntungan yang sah, pembayaran kepada investor lama dilakukan dari dana yang disetor oleh investor baru. Jika aliran investor baru berhenti, skema akan runtuh.

5. Kurangnya transparansi dalam mekanisme investasi

Pelaku skema Ponzi sering kali tidak bisa menjelaskan secara rinci bagaimana dana investor digunakan atau bagaimana keuntungan dihasilkan. Jika ada laporan keuangan, sering kali palsu atau dimanipulasi.

6. Kesulitan dalam penarikan dana

Awalnya, investor mungkin bisa menarik keuntungan mereka untuk membangun kepercayaan. Namun, seiring berjalannya waktu, pencairan dana akan semakin sulit dengan alasan teknis, peraturan baru, atau syarat yang berubah-ubah.

7. Ketiadaan regulasi resmi

Investasi yang sah biasanya terdaftar dan diawasi oleh badan regulator keuangan, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Indonesia. Skema Ponzi sering kali beroperasi tanpa izin atau menggunakan lisensi yang meragukan.

8. Lonjakan investor di awal

Pada tahap awal, banyak orang tertarik karena melihat ada orang lain yang mendapat keuntungan besar. Namun, setelah tidak ada lagi investor baru yang masuk, skema akan ambruk dan mayoritas peserta akan mengalami kerugian.

9. Keterlibatan tokoh terkenal

Untuk menarik lebih banyak anggota, pelaku skema Ponzi mungkin membayar tokoh masyarakat, public figure, atau orang berpengaruh lainnya untuk mendukung bisnis mereka, seringkali disebut sebagai endorse.

10. Janji profit agar tidak mengundurkan diri

Pemilik bisnis skema Ponzi selalu mencoba mencegah anggota agar tidak keluar. Saat anggota ingin berhenti, mereka sering kali menjanjikan profit yang lebih tinggi untuk mempertahankan mereka.

Kayla Najmi Ihsani dan Rahmat Amin Siregar berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus