Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Chief Executive Officer PT  Telkomsel Mitra Inovasi, Marlin Siahaan: Ekosistem Digital Kunci Bisnis Masa Depan

Telkomsel gencar mendanai berbagai bisnis rintisan untuk menyokong ekosistem digital. CEO Telkomsel Mitra Inovasi, Marlin Siahaan, terlibat langsung menyeleksi start-up potensial.

26 Juli 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Chief Executive Officer PT Telkomsel Mitra Inovasi, Marlin Siahaan. Dok. Telkomsel Mitra Inovasi (TMI)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Sebelum Waze, Marlin Siahaan turut merancang ekosistem bisnis digital Telkomsel.

  • TMI menggelontorkan puluhan juta dolar untuk menyokong berbagai start-up di Tanah Air.

  • Anak usaha Telkomsel ini sudah bermitra dengan 15 start-up.

PT Telekomunikasi Selular bukanlah perusahaan asing bagi Marlin Siahaan. Sebelum didapuk sebagai Country Manager Waze Indonesia 2018-2021, Marlin pernah meniti karier di perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia itu. Ia merupakan sosok yang turut merancang ekosistem bisnis digital Telkomsel. Pengalaman sebelumnya bekerja di Yahoo, perusahaan multinasional asal California, Amerika Serikat, menjadi bekal bagi Marlin mengembangkan bisnis digital.

Maka, ketika Telkomsel meminangnya untuk menjadi orang nomor satu di Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) pada Juni lalu, Marlin langsung menyambutnya. Selama beberapa tahun terakhir, Telkomsel gencar menjaring berbagai bisnis rintisan untuk menyokong ekosistem digital yang sedang dibangun perusahaan. Arus pendanaan strategis Telkomsel mengalir melalui Telkomsel Mitra Inovasi, anak usaha yang dibentuk pada 2019. “TMI sudah menggelontorkan puluhan juta dolar untuk menyokong berbagai start-up di Tanah Air,” ujar perempuan yang pernah mengawali karier sebagai penyiar radio ini kepada tim Tempo, Jumat, 16 Juli lalu. Beberapa di antaranya adalah Kredivo, Halodoc, dan TaniHub. Berikut ini kutipan paparan Marlin kepada Yandhrie Arvian, Efri Ritonga, dan Yohanes Paskalis dari Koran Tempo.

Apa yang membuat Anda kembali ke lingkaran Telkomsel?

Ada berbagai pertimbangan. Memang, karier saya sebelumnya cukup nyaman dengan benefit dan sebagainya. Saya belajar ke Google karena mereka pemilik teknologi, salah satunya cloud system. Tapi saya juga melihat posisi baru di Telkomsel ini sebagai tantangan sekaligus kesempatan baru. Saya anggap ini sebagai cara mengembangkan diri sebagai seorang leader.

Bagaimana cara Anda berkembang dengan TMI? 

Poin utamanya, kami bisa ikut membantu membangun Indonesia lewat ekosistem start-up. Meski berawal dari industri media, saya kemudian berkesempatan meniti karier di dunia teknologi komunikasi. Sejak dulu masuk Yahoo dan hingga kini kembali ke Telkomsel, saya belajar banyak tentang digital marketing, digital entrepreneurship, serta advertising. Sudah sekitar 15 tahun bidang ini saya jalani. Sejak dulu saya sudah memperkirakan: sektor ini akan semakin besar ke depannya. Sebelum ke Google, saya bekerja di bawah direktorat planning and transformation Telkomsel, unit yang memang dibuat untuk mendukung peralihan dari telekomunikasi menjadi menjadi digital company.

Seperti apa bentuk layanan perusahaan digital Telkomsel ke depannya?

Ada berbagai macam yang akan menonjol, misalnya digital advertising, lalu Internet of Things (IoT). Lalu ada juga teknologi finansial seperti LinkAja yang dulu bernama T-cash. Ini masanya orang beralih dari desktop ke mobile. Jadi, inilah kesempatan kami untuk mengembangkan konsep digital company.

Lalu, start-up seperti apa yang dimodali TMI?

Kami sudah bermitra dengan 15 start-up. Bisa kami yang mencari mereka atau mereka yang mendaftar ke TMI. Tentu kami analisis dahulu potensinya, termasuk kecocokannya dengan teknologi yang kami miliki. Yang ditelaah bukan hanya soal potensi finansial, tapi juga prospek jangka panjang mereka terhadap ekosistem Telkomsel.

Apakah bisnis mereka terkoneksi dengan ekosistem digital Telkomsel?

Iya, kami bisa membantu keperluan big data, atau juga teknologi IoT. Kalau dipetakan, kebanyakan dari mereka bergerak di bidang e-commerce. Ada juga bidang periklanan, data analisis, penyedia infrastruktur jaringan, dan hiburan. Kami terbuka untuk mengeksplorasi sektor lain yang muncul di pasar, misalnya teknologi kesehatan yang peluangnya besar saat pandemi, atau juga bidang keamanan siber. Sudah ada juga start-up bidang pendidikan dalam daftar portofolio kami.

Seberapa besar pendanaan yang sudah dikucurkan untuk mereka?

Sekitar US$ 40 juta, seluruhnya dari Telkomsel. Ada beberapa juga yang sudah top up atau dapat pendanaan ulang. Kami berfokus ke tahap pendanaan pre-series, lalu A dan B. Dengan begitu, sudah kelihatan bisnis model mereka masing-masing. Kami juga berkolaborasi dengan MDI Ventures dari Telkom dan Innov8 Pte Ltd, venture capital milik Singtel, untuk menjaring potensi start-up baru. Salah satu investasi terbesar kami ke Kredivo.

Apakah TMI turut menempatkan perwakilan di manajemen start-up yang dimodali?

Ada kemungkinan untuk menempatkan tim di kursi manajemen. Tapi kami belum lakukan karena investasinya masih bersama-sama, bukan langsung menjadi lead investor. TMI belum menjadi pemodal utama di semua start-up ini karena kami masih melihat sinerginya. Kalau memang potensial, bisa saja nantinya ada yang digandeng untuk joint venture atau diakuisisi. Sekarang saya belum bisa bicara lebih jauh soal itu.

Anda ikut menyeleksi dan membimbing start-up yang didanai Telkomsel?

Iya, saya langsung "dicemplungin" ke dalam tim untuk mencari potensi start-up. Kebetulan saya sudah familiar dengan kegiatan mentoring start-up. Bahkan rekan kerja lama saya sudah ada yang memiliki start-up sendiri. Semasa di Google dulu, kami sering mendatangkan pimpinan start-up untuk membantu berbagai training soal pengembangan aset digital. Jadi, saat ini, saya juga ikut bertemu dengan para founder untuk membahas visi-misi mereka.

Apakah Anda punya cita-cita membangun start-up sendiri?

Ada impian saya untuk membangun start-up di bidang perempuan. Semacam perusahaan berbasis komunitas yang bisa membantu self-development wanita.

Seberapa penting Anda melihat tren kepemimpinan perempuan dalam korporasi?

Leader perempuan menurut saya tak kalah penting, meski kesempatan untuk mengisi posisi itu terbuka untuk siapa saja. Pemimpin perempuan bisa jadi penyeimbang dengan empatinya yang lebih kuat. Ada keunggulan dari sisi motherhood atau sisterhood. Kami membimbing pekerja seperti adik atau anak sendiri. Para founder start-up di portofolio TMI juga masih laki-laki semua. Saya juga ingin bertemu dengan start-up yang dikembangkan dan dirintis perempuan.


Chief Executive Officer PT Telkomsel Mitra Inovasi, Marlin Siahaan. Dok. Telkomsel Mitra Inovasi (TMI)

Biodata

Nama lengkap: Marlin Siahaan

Pendidikan:

Administrasi Bisnis, Universitas Indonesia (1996-2002)

Post-Graduate Certificate Marketing, University of Canberra, Australia (2004)

Professional Program Bisnis Commerce, Aalto University, Finlandia (2013-2014)

Karier:

- Advertising Sales Manager Interactive Hub Pte Ltd (2009-2010)

- Senior Manager Digital Solution Yahoo! (2010-2014)

- General Manager Digital Advertising Telkomsel (2014-2018)

- Country Manager Waze Indonesia, Google (2018-Juni 2021)

- Chief Executive Officer PT Telkomsel Mitra Inovasi (Juni 2021-sekarang)

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus