Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Koran tua itu membredel diri

Koran Inggris yang telah berusia 99 th, Financial Times, tidak beredar. para wartawan dan karyawannya melakukan pemogokan, menuntut kenaikan gaji dan menentang penggunaan teknologi komputer. (md)

6 Agustus 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SUDAH lama para bankir, orang-orang bisnis dan penjual saham di seluruh Eropa tergantung pada Financial Times di dalam mendapatkan berita perdagangan sehari-hari. Tetapi sudah hampir dua bulan ini koran terkenal dari London itu tidak terbit. Pemogokan para wartawan, yang menuntut kenaikan gaji dan penghentian pengurangan karyawan serta pudarnya harapan bakal dapat perumahan, merongrong koran tua itu. Meskipun sebagian masyarakat finansial di London sudah berpaling ke The Wall Street Journal edisi Eropa, lainnya masih merasa kikuk. "Orang membeli berbagai macam koran dan menafsirkan berbagai macam hal. Akibatnya tidak ada suatu kesepakatan di kota ini," keluh Iain Stephenson, seorang penjual saham di London. "Ini sungguh malapetaka," seperti diberitakan Newsweek bulan lalu. Tahun-tahun belakangan ini media massa di Britania Raya memang dirundung wabah pemogokan, manajemen yang ketinggalan zaman dan teknologi rongsokan, serta meningkatnya persaingan dengan televisi. The Times, misalnya, pada usianya yang ke-194, empat tahun lalu, pernah diboikot karyawannya sendiri yang menentang penggunaan teknologi komputer. Times, yang sekarang beroplah sekitar setengah juta eksemplar, sempat membredel diri hampir setahun lamanya. Koran itu terbit kembali setelah pihak manajemen membujuk karyawannya dan menjanjikan: memasukkan teknologi komputer ke bagian set dan opmak secara bertahap dalam tempo 2-3 tahun (TEMPO, 1 Desember 1979). Dan FT, harian yang tak kurang pula tuanya, 99 tahun, merupakan korban terakhir dari hubungan yang jungkir balik antara para buruh di Fleet Street -- itu pusat persuratkabaran di London. Pada 1 Juni silam, dua lusin karyawan bagian produksi -- hanya sebagian kecil pekerja FT -- meninggalkan tempat kerjanya dan membuat koran itu tutup. Pokok masalahnya adalah ketegangan antara NGA (National Graphical Association, Perkumpulan Grafis Nasional) yang mewakili para wartawan, melawan kelompok lain: Sogat 82, yang terdiri dari para karyawan pers. NGA beberapa tahun ini memang berjuang untuk mendapat kenaikan gaji. Tapi, terakhir, bayaran para karyawan persnya justru yang malah naik. Ditambah lagi permintaan kalangan manajemen FT, agar menaikkan produksi, membuat NGA turun ke jalanan. Pemogokan tersebut sangat memukul FT, yang sejak Januari telah harus bersaing keras melawan The Wall Street Journal edisi Eropa, yang dimiliki Dow Jones & Co. Pada waktu itu oplah Journal cuma 17.500 -- tak berarti jika dibandingkan dengan FT yang 178.000 di Inggris saja, ditambah 44.000 eksemplar lagi di daratan. Tetapi perlahan-lahan, Journal mulai meningkat dengan 1.000 eksemplar per hari di London saja, sampai menjelang pemogokan yang tiba-tiba itu. Di pihak lain, Dow Jones menekankan, tidak akan memanfaatkan pemogokan di FT itu. "Koran kami sangat terpercaya," kata seorang juru bicara. "Kami tidak akan mengambil kesempatan dari ketidakberuntungan orang lain." Jika pemogokan ini diperlama, seperti yang terjadi pada The Times bisa jadi bakal menghancurkan FT. Sampai sejauh ini pemogokan itu menyedot kocek FT US$ 1,5 juta dalam seminggu. Bahkan edisi Eropa FT, yang sudah berlangsung selama tiga tahun ini, bisa dikikis habis oleh Journal, jika pemogokan jalan terus. Dua pekan lalu NGA menolak usulan untuk mencari perantara independen. Karena, bagaimanapun, dianggap tidak bakal mampu menaikkan tawaran FT. Sebagai jawaban, Pemimpin FT Alah Hare berkata, ia akan menghubungi para anggota kelompok lain, terutama para anggota Sogat 82 -- barangkali saja bisa menutup NGA demi kebaikan. Tetapi tindakan macam itu bakal merusak undang-undang perburuhan klasik yang mendominasi industri penerbitan di Inggris. George Jerrom dari NGA menduga bahwa usaha macam itu malah akan "meledakkan pemogokan bersama barangkali malah membunuh Fleet Street." Tanpa ada jadwal perundingan, agaknya orang-orang bisnis harus menunggu lama sekali, untuk mendapatkan FT yang baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus