INI cara baru mengamankan uang tenaga kerja Indonesia (TKI) yang mencari nafkah di luar negeri, terutama Arab Saudi. PT Binawan Praduta menyediakan program terpadu, baik dalam bentuk tabungan maupun kredit. Anak usaha PT Mercu Binawan, yang bergerak dalam bisnis jasa pengerahan tenaga kerja, itu bertindak sebagai pengelola penghasilan TKI. Cara kerjanya mirip bank, hanya belum memperoleh izin dari Departemen Keuangan. Ternyata, tak semua TKI menyukai sepak terjang Binawan. Misalnya Eni, ibu lima anak yang diterbangkan ke Arab Saudi Mei lalu -- menjadi pembantu di sana. Belum lama ini, ia memberi kuasa pada kakaknya, Sutinah binti Taryat, 37 tahun, untuk mencabut keanggotaannya sebagai peserta paket kredit Praduta. Rupanya, "Eni itu pun semula tak tahu sudah dimasukkan sebagai peserta. Ia hanya disuruh menandatangani surat dari perusahaan itu, dengan ancaman tak jadi diberangkatkan ke Saudi bila menolak," tutur Sutinah, yang mengasuh kelima anak Eni di Cimahi Selatan, Jawa Barat. Keberangkatan Eni memberatkan Sutinah. Sebulannya ia cuma menerima Rp 100 ribu, sedangkan penghasilan Eni bernilai sekitar Rp 272 ribu. Itu tak mencukupi kebutuhan tiga anak Eni yang sudah SMTA dan dua anak lainnya yang duduk di SD. Lagi pula, selama empat bulan Eni di Saudi Sutinah baru sekali dipanggil perwakilan Praduta di Cianjur, untuk mengambil Rp 100 ribu -- yang mestinya Rp 400.000. Padahal, "Eni itu lari ke Saudi agar bisa menyekolahkan anak, bukan mencari harta rumah, atau sapi," tambah Sutinah yang tampak menyayangi anak-anak Eni. Tapi Saleh Alwaini bicara lain. "Modal yang mereka kumpulkan tak pernah terwujud. Itu sebabnya mereka kembali ke luar negeri. Padahal, risikonya besar, bisa mengorbankan keutuhan keluarga," tutur direktur Grup Binawan ini. Dengan alasan tersebut, Praduta menyelenggarakan program terpadu yang bertuJuan membimbing dan mengarahkan para TKI, agar menggunakan hasil keringatnya untuk bisa memiliki sumber penghasilan tetap di Indonesia. Caranya mudah. Menjelang keberangkatannya ke luar negeri, lewat Grup Binawan, calon TKI membuka rekening tabungan. Buku tabungan itu dipegang perusahaan. Calon TKI ini juga mesti memilih program kredit paket usaha. Bidangnya boleh pilih: mobil, sawah, ladang, peternakan, rumah. Semua itu sudah disediakan Praduta, sedangkan paket usahanya diserahkan ke pihak keluarga yang ditinggal. Untuk paket sawah, misalnya, Praduta menguasai 400 ha sawah di Cianjur, yang dipecah dalam 800 paket. Per paket, 0,5 ha, nilainya Rp 6 juta. "Binawan mengambil untung, alias bunga, sekitar 20%," ujar Alwaini. Pembayarannya diambil dari penghasilan TKI di tempat kerjanya, di Arab Saudi. Mekanismenya juga sudah diatur. Majikan para TKI itu menyetor ke Bank Al Rajhi di Riyadh, yang kernudian dikirim ke Praduta di Jakarta. Sebagian uang yang diterima Binawan di Indonesia kemudian diberikan kepada keluarga TKI, sesuai dengan perjanjian: Rp 50 ribu, Rp 75 ribu, atau Rp 100 ribu. Selebihnya tentu untuk cicilan kredit dan tabungan, yang bukunya dipegang Binawan itu. Dengan demikian, Binawan bisa melebarkan usaha-usahanya, yang antara lain bergerak di bidang perdagangan, pengangkutan umum, industri, dan pertanian. Sedangkan para TKI bisa mengumpulkan modal. Suhardjo Hs., Ahmadie Thaha
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini