Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Ramai-Ramai Langgar Kuota

Arab saudi ikut-ikutan melanggar kuota. beberapa anggota opec saling tuduh langgar kuota. diramalkan harga minyak bisa jatuh sampai us$ 4 per barel. opec harus membuat kesepakatan baru.

8 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEWASA ini, saat-saat harga minyak meluncur deras, entah ke arah mana telunjuk harus ditudingkan. Arab Saudilah yang dikabarkan memelopori pelanggaran kuota, tapi kemudian beberapa anggota OPEC sibuk saling tuduh. Senin pekan ini, kerajaan penghasil minyak terbesar itu mengadakan sidang kabinet langsung dipimpin Raja Fahd. Pernyataan resmi yang dikeluarkan menegaskan bahwa Arab Saudi tidak akan mengekang produksi minyaknya, apalagi negara anggota OPEC lainnya dengan leluasa meningkatkan produksi mereka. Maka, banjir minyak pun tak terhindarkan lagi, -- peristiwa terburuk dalam dua tahun terakhir, sejak 1986. Memang, pada awal tahun ini, sudah ada yang meramalkan bahwa harga minyak bisa jatuh sampai 4 dolar AS per barel, hanya 1 dolar di bawah angka yang disebut-sebut Sekjen OPEC, Subroto. Profesor ini memperingatkan, harga minyak bisa anjlok sampai 5 dolar kalau Arab Saudi memompa minyak sepenuh kapasitasnya. Dan apa yang terjadi? Jangankan taat, konsensus penurunan produksi saja gampang dilanggar (oleh Uni Emirat Arab), dan secara mencolok oleh Irak. Yang jelas, produksi OPEC kini mencapai 20,6 juta barel, melebihi konsensusnya 18,5 juta barel sehari. Tapi kabar mengenai terseretnya Arab Saudi itulah yang paling merunyamkan harga minyak. Saat ini produksi minyak Arab Saudi mencapai 4,7 juta barel sehari, melampaui kuota OPEC yang 4,34 juta barel sehari. Namun, para analis dan pedagang minyak tak yakin, Arab Saudi akan mengambil langkah "menjual murah dan memproduksi banyak", seperti pernah dilakukan Seikh Ahmad Zaki Yamani. "Arab Saudi akan dituding sebagai penyebab jatuhnya pasar kalau pendekatan itu dipakai," ujar analis minyak di London Senin kemarin. Jurnal Middle East Economic Survey mengungkapkan, Arab berpendapat bahwa ke-13 negara anggota OPEC harus diikat dengan kesepakatan baru. Senin 3 Oktober ini, misalnya, Menteri Perminyakan Saudi, Hisham Nazer, bertemu dengan Menteri Perminyakan Irak, Al-Chalabi, di Jedah. Boleh jadi, kunjungan Chalabi berkaitan dengan kesepakatan yang dicapai komisi harga OPEC (Aljazair, Arab Saudi, Indonesia, Nigeria, dan Venezuela) di Madrid akhir bulan lalu. Di situ mereka semufakat bahwa kesepakatan OPEC telah dilanggar, dan karenanya perlu sebuah pertemuan dengan komisi jangka panjang OPEC, termasuk Irak, Iran, dan Kuwait. Begitu dicapai kesepakatan baru, harga minyak bakal terangkat. Sebaliknya, kalau tidak, pasar pun segera ambruk. Lihat saja gelagat pasar. Begitu pertemuan Madrid tidak menetapkan jadwal pertemuan OPEC, harga minyak cepat tergelincir. Dan tiga minyak patokan pasar dunia terus anjlok. Minyak patokan Amerika, West Texas Intermediate, Senin ini sudah melorot sampai 13,20 dolar untuk penyerahan November mendatang. Minyak Laut Utara, Brent, di pasar London terperosok sampai 11,62 dolar per barel untuk penyerahan Desember. Sedangkan minyak patokan Timur Tengah, Dubai Senin lalu sudah menjadi 9,65 dolar sebarei untuk penyerahan November. Bagaimana dengan Minas kita? Dari Tokyo wartawan TEMPO Seiichi Okawa mengabarkan, bahwa pembeli minyak Jepang kini ngotot minta diskon kepada Pertamina. Untuk penyerahan Agustus dan September lalu, misalnya, harga Minas di Tokyo masih 14,80 dolar AS per barel, berarti diskon 2,76 dolar dari harga jual pemerintah. Konon, pihak Jepang, sampai akhir bulan lalu, mau menekan Minas sampai 13,20 dolar dan 13,30 dolar per barel. Jadi, bagaimana posisi Indonesia dalam kemelut harga minyak ini? "Oh, berat, berat," ujar Menteri Pertambangan dan Energi Ginandjar Kartasasmita kepada TEMPO, seusai rapat bidang Ekuin di Departemen Keuangan, Senin minggu ini. Bachtiar Abdullah (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus