Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Krisis Masih Belum Usai

30 Desember 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PEMERINTAHAN baru ternyata tak banyak membantu Indonesia keluar dari krisis ekonomi. Paling tidak, itulah kesimpulan yang bisa diambil setelah melihat perekonomian Indonesia selama 2001. Indikator makro-ekonomi hampir semuanya memburuk (lihat, Harapan yang Terpatahkan). Kurs rata-rata rupiah sepanjang tahun 2001, yang mencapai Rp 10.200, terdepresiasi 17 persen dibanding tahun sebelumnya. Indonesia juga menghadapi krisis anggaran yang berkepanjangan. Selain itu, berbagai masalah laten belum juga terpecahkan, mulai penyelesaian utang swasta sampai kebijakan uang ketat yang membuat perbankan masih belum mampu menjalankan perannya sebagai lembaga intermediasi. Jumlah pengangguran mencapai 36,2 juta orang. Angka kemiskinan pun masih tetap tinggi. Bila memakai ukuran internasional, indeks kemiskinan kita masih di atas 50 persen. Penjualan badan usaha milik negara (BUMN) juga bisa dibilang gagal. Pemerintah akhirnya memang melepas 12 persen saham Telkom dengan nilai Rp 3,1 triliun. Tapi pemerintah tak mampu memenuhi target APBN 2001 sebesar Rp 6,5 triliun. Kegagalan pencapaian target ini bukan saja karena pemerintah tak jadi mengeksekusi put option (penjualan saham) di Semen Gresik, tapi juga karena ketidaksiapan BUMN yang lain. Padahal pemerintah menargetkan 16 BUMN dijual pada tahun yang baru saja berlalu ini. Bisa jadi, keberhasilan BPPN melewati target penjualan aset senilai Rp 27 triliun sajalah yang membuat rapor pemerintah pada tahun ini agak lumayan. Meskipun demikian, catatan dengan garis bawah tebal harus diperhatikan pemerintah, di antaranya menyangkut kemungkinan masuknya kembali Salim ke perusahaan-perusahaan bekas miliknya. Berbagai masalah tersebut membuat kondisi perekonomian Indonesia pada tahun lalu mundur beberapa langkah. Apalagi, di luar masalah ekonomi, sejumlah problem besar menghadang, seperti penegakan hukum dan jaminan keamanan. Indikator paling nyata adalah penurunan peringkat utang jangka panjang pemerintah Indonesia oleh Standard & Poor's dari CCC+ menjadi CCCC, dan penurunan revisi prospek ekonomi Indonesia oleh Fitch dari stabil menjadi negatif. Selain itu, dana investasi yang masuk ke bursa Indonesia pada tahun 2001 lalu juga sangat kecil, yakni hanya US$ 600 juta. Bandingkan dengan Thailand, yang US$ 2,2 miliar, atau bahkan Korea Selatan, yang mencapai US$ 34,6 miliar (lihat tabel). Tragedi 11 September, yang disusul oleh serangan balasan AS ke Afganistan, membuat perekonomian dunia makin sulit. Dan Indonesia tak bisa mengelak darinya. M. Taufiqurahman
26 April 2001 Rupiah menembus 12.600, level terendah selama 2001. Ini terjadi berbarengan dengan gelombang kedatangan pendukung Presiden Abdurrahman Wahid ke Jakarta 30 April 2001 Memorandum I berakhir dan dilanjutkan memorandum kedua 26 Juli 2001 Rupiah kembali ke level 10.000 setelah Megawati terpilih menjadi Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid 13 Agustus 2001 Rupiah mencapai 9.000, kurs terkuat sepanjang 2001 24 September 2001 Rupiah kembali menembus 10.000 setelah tragedi 11 September Oktober 2001 Kasus Semen Gresik membuat rupiah jatuh ke kisaran 11.000

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus