Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kurang rp 4 trilyun ?

Bank-bank pemerintah tidak akan terancam penurunan kesehatan akibat kurang modal (degradasi). untuk penambahan modal, pemerintah akan memanfaatkan sur plus apbn dan pinjaman bank dunia.

21 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

APA pun yang terjadi, bank-bank pemerintah tampaknya selalu mujur. Yang pasti, tak satu pun bank pemerintah akan dibiarkan bangkrut seperti bank swasta. Sampai sekarang, hal itu dianggap tabu. Konon pula bangkrut, menghadapi deadline CAR pun, bank pemerintah tidak perlu cemas seperti bank swasta. Yang dimaksud dengan CAR adalah capital adequacy ratio atau perbandingan antara modal dan aset berisiko, yang batas waktunya adalah akhir Maret depan, khusus untuk target 5%. Untuk target CAR 7%, batas waktunya adalah akhir Maret 1993. Ketika sejumlah bank swasta berusaha melunakkan syarat itu dengan permohonan agar deadline CAR ditunda, bank pemerintah malah seperti tidak berinisiatif sama sekali. Padahal, CAR mereka justru lebih parah. Sikap santai yang ditunjukkan bank pemerintah itu mungkin dapat dicarikan jawabnya kepada Pemerintah, yang selaku pemilik modal siap untuk meloloskan bank-bank miliknya dari ancaman degradasi alias penurunan kesehatan akibat kurang modal. Menteri Keuangan Sumarlin mengungkapkan Jumat pekan silam, untuk penambahan modal demi CAR 5%, Pemerintah akan memanfaatkan surplus APBN tahun fiskal berjalan, yang berakhir Maret ini. Tapi, ia belum bersedia mengungkapkan berapa surplus tersebut dan seberapa banyak akan dimanfaatkan untuk menyuntik modal bank-bank BUMN. Kekurangan modal bank pemerintah itu, menurut Dirjen Moneter Oskar Suryaatmaja, masih dihitung. Pernah tersiar kabar, supaya bank-bank BUMN itu memiliki modal cukup untuk memenuhi CAR seperti ditentukan oleh BIS (Bank for International Settlement), perlu dana total Rp 4 trilyun. Jumlah ini tidak dibenarkan oleh pihak otoritas moneter, dengan alasan perhitungannya belum selesai. Lagi pula, mungkin tidak perlu sebesar itu. Berapa pun kekurangan modal bank-bank pemerintah, kiat untuk menutupnya sudah dipastikan. Kecuali memanfaatkan surplus APBN, sumber dana lainnya adalah two step loan dari Bank Dunia yang tersimpan di bank-bank pemerintah. Direktur BI Binhadi mengatakan kepada TEMPO, "Saya kira bulan ini sudah ada kesepakatan bahwa two step loan bisa diperhitungkan sebagai penambah modal. Besarnya lumayan, cuma saya tidak akan menyebutkan angkanya." Yang pasti, secara prinsip Bank Dunia sudah menyetujuinya. Perihal dana US$ 200 juta yang disebut-sebut akan ditambahkan oleh Bank Dunia, menurut Binhadi, kegunaannya untuk menambah permodalan demi memenuhi batasan CAR 7% pada akhir Maret 1993. Kecuali itu, alternatif tambahannya adalah revaluasi aset. Sementara itu, untuk mengejar batas CAR 5% akhir Maret ini, dana dari two step loan yang diubah menjadi equity dan surplus APBN. Kepala perwakilan Bank Dunia di Jakarta, Nicholas Hope, mengatakan bahwa pinjaman yang sudah dia setujui adalah US$ 200 juta. Ini untuk membantu BI memperkuat supervisi perbankan dan rekapitalisasi lima bank komersial pemerintah. Dalam negosiasi yang sudah dilakukan antara Bank Dunia dan Pemerintah selama dua pekan terakhir ini, Menteri Sumarlin rupanya sudah minta agar bantuan Bank Dunia ditambah. "Hal ini belum disetujui oleh pihak kami," kata Hope kepada Susilawati Suryana dari TEMPO. "Tapi, seandainya ditingkatkan, barangkali bisa sampai US$ 300 juta." Jangka waktu pinjaman tersebut adalah 20 tahun, dengan tenggang waktu lima tahun. Bunga yang dipasang saat ini adalah 7,73% per tahun. Pinjaman itu rupanya juga bukan istimewa, karena Bank Dunia sudah memperhitungkan untuk diberikan kepada bank-bank yang membutuhkannya. Ini berarti tidak akan mengurangi jatah pinjaman lain dari Bank Dunia kepada Indonesia. Pinjaman untuk rekapitalisasi bank (pemerintah dan swasta) semacam itu juga sudah pernah dilakukan Bank Dunia, antara lain di Uruguay. Mohamad Cholid dan Iwan Qodar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus