Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kutang Jerman dari Citeurup

Di indonesia beredar beberapa merk pakaian dalam. mulai triumph, wacoal, monalisa, dll. pt great river garments mendapat lisensi untuk berproduksi dari triumph. (eb)

11 April 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI Jerman Barat di mana pabrik itu bermula ada, diduga hanya 25% wanita yang memakai pakaian dalam merk Triumph. "Potensi produksi di Eropa memang lebih kecil, kalau dibandingkan jumlah produksi kami di benua lain," kata Guenther Spiesshofer, generasi ketiga dari pendiri pabrik pakaian dalam wanita merk ini. Tahun 1891, Spiesshofer & Braun oHG di Wuerttemberg, memulai usaha ini hanya dengan 150 pegawai dan 90 buah mesin jahit. Sembilan puluh tahun kemudian, Triumph berpegawai 22.000 orang dan beromset DM 1 milyar lebih. Untuk kepentingan pemasaran pula, selama Maret dan April, Triumph pameran di 11 kota besar Asia dan Australia. Enambelas peragawati dalam waktu 90 menit, telah memamerkan 350 potong pakaian dalam. Mulai dari celana dan kutang yang minim modelnya, sampai segala macam korset untuk pelangsing tubuh. "Body fashion ini secara umum telah menguatkan dunia mode selama ini," kata Spiesshofer kepada Toeti Kakiailatu dari TEMPO di hotel Shangri-la, Singapura, ketika grup Triumph berpameran di sana, akhir Maret. Saingan? "Tentu ada. Tapi motto kami tetap: semua wanita di dunia mencintai Triumph," kata Spiesshofer. Di beberapa kota besar di Asia, Triumph memang harus bersaing kuat dengan pabrik lain yang berasal dari Jepang, antara lain merk Wacoal. Selain modelnya lebih sesuai dengan anatomi wanita Asia, Wacoal juga memproduksi beberapa model yang lebih praktis, tipis dan warna yang lebih menarik. Maklumlah, wanita sekarang lebih senang mengenakan pakaian yang serba longgar dan bisa dikenakan dengan enak dan cepat. Sementara merk lain seperti Maidenform dan Formfit semakin kecil peredarannya di pasaran Asia. Kedua merk beken itu lebih banyak beredar di Eropa dan Amerika Utara. Sebab merk ini memang lebih mengkhususkan dengan model-model negara yang mempunyai empat musim. Untuk kawasan Aia, Triumph mulai membuka keagenannya di Malaysia dan Singapura. Tahun 1973, perusahaan ini memindahkan kegiatan pemasaran dunianya ke Hongkong. Input berupa tenaga manusia memang lebih murah di Asia dari pada Eropa. Di Asean, kecuali Singapura, Triumph mempunyai pabrik. Bahkan di Manila -- yang terbesar di Asean -- 70% dari hasil produksinya untuk ekspor. Imitasi Tahun 1978, PT Great River Garments di Citeureup, Bogor, mendapat lisensi dari Triumph. "Tapi produksi kami masih carnpuran dan sebagian besar kami tujukan untuk kelas menengah," kata Sunyoto Tanujaya, direktur Great River. Apa yang dimaksud dengan produksi campuran ialah, Great River yang mendapat lisensi selama 5 tahun, masih dalam taraf permulaan baik dalam mencampurkan bahan produksi maupun hasil produksinya. Ada sekitar 700 pekerja di Great River, 58% wanita. Upah mereka di masa percobaan, Rp 750/hari, ditambah perangsang Rp 1.000 kalau tidak mangkir selama seminggu. Menjahit kutang atau memasang plastik celana dalam, rupanya memang lebih cocok dikerjakan oleh pekerja wanita ketimbang pria. Sebuah kutang model biasa dapat diselesaikan selama 13 menit dan untuk celana dalam sekitar 5 menit. Pabrik gaya ban berjalan ini diperkirakan memproduksi 200.000 kutang dalam sebulan. Mengenai model, jangan diharap yang terlalu mutakhir. Pabrik Triumph di Manila misalnya, baru akan memprodusir model-model yang dipamerkan dalam Triumph Scene 1981. Untuk Citeuteup, model akan lebih terbelakang lagi beberapa tahun dari yang beredar dl luar negeri sekarang. "Produksi kami untuk konsumen kelas menengah ke bawah," sambung Sunyoto. Sekarang ini Citeureup baru memproduksi pakaian dalam satu warna saja -- warna coklat kulit. Untuk mengawasi mutu, pakaian dalam yang memakai merk kupu-kupu ini menempatkan seorang pengawas dari Jerman. Disain juga ditentukan oleh kantor pusat. Untuk kawasan Asia, Triumph juga telah menentukan model-model yang sesuai dengan anatomi wanita Asia. Dan ini dilakukan oleh Triumph Hongkong, untuk kemudian disebarkan ke beberapa kota yang ada pabriknya. Diakui Sunyoto pabriknya belum sanggup memenuhi konsumen dalam negeri. "Saingan yang berarti, tidak ada untuk kami," kata Sunyoto, "tetapi kami cukup repot dengan hasil imitasi." Di Jakarta misalnya, terdapat lebih dari 10 merk pakaian dalam wanita. Namanya macam-macam, banyak yang mengaku dari luar negeri. Merk Monalisa buatan dalam negeri, rupanya menjadi saingan keras Triumph. Pabrik ini khusus membuat kutang, terutama kutang untuk kebaya. Sebagian besar bahan terbuat dari katun, yang dirasa lebih kuat dan enak dipakai di iklim tropis ini. Selain itu pakaian dalam yang masuk secara tidak resmi dari luar negeri cukup banyak. Merk Embry dan beberapa merk lain dari Taiwan, banyak bertebaran di pasaran. Harga bikinan dalam negeri dan luar negeri, sama. Karena in, konsumen beranggapan, yang berasal dari luar negeri jatuhnya lebih murah. Triumph sendiri, tidak bisa menjual produksinya lebih murah. Karena semua bahan masih diimpor. Kecuali bahan kaus, yang belakangan ini sedang coba-coba memakai buatan dalam negeri. Harga kutang sederhana buatan Triumph, Rp 2.500 dan celana Rp 700 sepotong. Harga kutang tersebut, ternyata sama, baik yang buatan Monalisa maupun Embry yang kabarnya dari Taiwan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus