Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Laba PLN Merosot 45 Persen karena Kenaikan Harga Batu Bara

PT PLN (Persero) sepanjang tahun lalu hanya bisa menorehkan laba usaha sebesar Rp 4,4 triliun.

29 Maret 2018 | 05.30 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) dan Bupati Serang Tatu Chasanah (kedua kanan) berbincang dengan Dirut PT PLN Sofyan Basir (kedua kiri) saat meninjau lokasi proyek PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di Desa Terate, Serang, Banten, 5 Oktober 2017. ANTARA FOTO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, JAKARTA - PT PLN (Persero) sepanjang tahun lalu hanya bisa menorehkan laba usaha sebesar Rp 4,4 triliun. Angka ini anjlok 45 persen dibanding torehan laba tahun lalu senilai Rp 8,1 triliun. Realisasi laba juga hanya mencapai 73 persen dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan Revisi pada 2017.
 
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto menyatakan laba menurun karena beban usaha perseroan meningkat dari Rp 254 triliun pada 2016 menjadi Rp 275 triliun pada 2017. Pembengkakan beban terjadi lantaran kenaikan biaya bahan bakar, terutama batubara.
 
Persentase pembelian batubara dibanding total pengadaan energi PLN naik dari 28 persen tahun lalu menjadi 36 persen tahun ini. Emas hitam diketahui menjadi penyumbang bauran energi mayoritas PLN sebesar 56 persen. Akhirnya, biaya itu menggerus pendapatan usaha PLN yang pada tahun lalu sebanyak Rp 255 triliun.
 
"Untungnya di tengah kenaikan itu kami bisa mencetak laba," tutur Sarwono di kantornya, Rabu 28 Maret 2018.
 
 
Kenaikan beban itu turut menambah biaya pokok penyediaan listrik dari Rp 1.265 per kilowatt jam (kWh) pada 2016 menjadi Rp 1.318 per kWh pada 2017. Meski naik, perusahaan berhasil menekan BPP dari batas maksimal yang disepakati dalam RKAP 2017 sebesar Rp 1.339 per kWh.
 
Kenaikan pendapatan ditopang oleh penjualan listrik sebesar Rp 223 terrawatt jam (tWh), atau tumbuh sekitar 4,6 persen dibanding tahun 2016 sebesar 216 tWh. Pendapatan PLN semestinya bisa lebih moncer jika penjualan listrik sesuai target Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik sebanyak 234 tWh. Penjualan melemah karena banyak pabrik yang tidak beroperasi saat libur lebaran. Akibatnya, PLN terpaksa mengurangi pasokan listrik 13.500 megawatt (MW).
 
PLN juga sudah mengeluarkan dana belanja modal sebanyak Rp 89 triliun. Naik dibanding belanja tahun lalu sebesar Rp 60 triliun. Hampir separuh investasi berasal dari utang sebanyak Rp 42,5 triliun.
 
Perseroan turut membukukan aset tahun lalu sebanyak Rp 1.335 triliun. Sementara ekuitasnya tercatat sebanyak Rp 869 triliun dan liabilitas sebesar Rp 466 triliun.
 
Direktur Utama PLN Sofyan Basir berharap kinerja perusahaan tahun ini lebih moncer. Pasalnya, perusahaan mendapat keringanan dari kebijakan pengaturan harga pembelian batubara oleh pemerintah. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mematok harga belinya maksimal US$ 70 per ton. Sedangkan jika harga pasar di bawah angka tersebut, PLN bisa membeli batubara sesuai harga batubara acuan (HBA).
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus