Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Lahir di Lampung mati di Jakarta

Lensa generasi yang terbit dengan memakai sit lensa (koran lampung) dilarang terbit karena tidak lagi mencerminkan sebagai koran daerah, malah cenderung bersifat nasional. (md)

20 Oktober 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU 4 bulan terbit dan dicetak di Jakarta, Lensa Generasi harus menghadapi-kenyataan pahit. Departemen Penerangan (Deppen) telah membatalkan (mencabut) Surat Ijin Terbit surat kabar harian itu. Menurut Sukarno SH, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, yang menanda tangani Surat Keputusan (28 Septennber) tadi, Lensa Generasi d/h Lenca telah melanggar klentuan yang disepakati sebelumnya. Semula ia diharuskan tetap mencerminkan diri sebagai koran daerah. Tapi "pemberitaannya sudah cenderung menjadi koran nasional," katanya. Semula ia terbit dengan nama Lensa di Tanjung Karang, Lampung. Dengan alasan meningkatkan mutu cetak, ia kemudian berubah menjadi Lensa Generasi, dan beralamat di Jakarta. Konon antara penerbit Yayasan Dwi Guna dan Deppen telah ada kesepal.atan bahwa, walau dicetak di Jakarta, ia tetap akan membawakan diri sebagai koran daerah. Tapi ternyata akte Yayasan Dwi Guna diubah, ditambah masuknya orang baru seperti Ali Wahono dan drs. Aggi Tjetje. Maka terjadilah perubahan isinya. Pemberitaannya, terutama rubrik Cerita Kosong Hari Ini oleh Abu Nawas, ternyata lebih pedas ketimbang koran Jakarta lainnya. Diam-diam redaksinya pun Pindah ke TI. KH Samanhudi 73, Jakarta, dari Tanjung Karang. Ali Wahono, ketua Yayasan Dwi Guna, kabarnya sudah lama keberatan terhadap sikap pemberitaan korannya, yang tidak membantu pemerintah menciptakan iklim pembangunan. Beberapa kali Wahono, yang kebetulan adik Menteri Ali Moertopo, memberi peringatan kepada para pengelolanya, tapi tidak digubris. Bahkan pihak Deppen dan aparat keamanan, menurut Wahono, sebelumnya juga sudah menegor. Tapi Penanggung Jawab koran itu, A. Azis Kasyim, membantah. "Baik Deppen mau pun Dewan Pers belum pernah melakukan penegoran, tapi tiba-tiba SIT dicabut," kata Kasyim. Rupanya sejak pindah ke Jakarta, koran itu selalu dibayangi perpecahan dan keributan. Beberapa hari setelah nomor pertarna Lensa Generasi (6 Juni) beredar, di Tanjung Karang Lensa masih tetap muncul. Bahkan Lensa menyatakan dirinya juga Yayasan Dwi Guna di Tanjung Karang, yang tidak berhubungan sama sekali dengan yang di Jakarta itu. Di kantornya di Jakarta, konon pernah terjadi baku-hantam fisik antara sesama pengelolanya. Belum sampai 3 bulan, mereka memecat M.O.wab dan Pemimpin Redaksi. Kemudian Wahono merasa namanya hanva dipinjam saja. Ia memang tidak terlibat secara langsung dalam pelaksanaan koan itu sehari-hari. Sedang Kasyim konon lebih banyak tinggal di Tanjung Karang. "Jadi saya tidak tahu persis bagaimana mereka itu bermain," kata Wahono. Dulu koran yang malang itu pernah diharapkan menjadi suara Partai Demokrasi Indonesia. Maklum, PDI merasa belum memiliki media massa yang bisa menyuarakan aspirasinya. Tapi menjelang terbit dengan gaya baru, Pemimpin Umum koran itu mengaku "secara resmi kita independenl, menyuarakan semua pihak dan mendukung kebijaksanaan pemerintah." Namun Lensa Generasi akhirnya menggusarkan pihak Deppen. Banyak yang sedih mungkin, terutama sekitar 100 karyawan yang kehilangan pekerjaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus