BARU 4 bulan terbit dan dicetak di Jakarta, Lensa Generasi harus
menghadapi-kenyataan pahit. Departemen Penerangan (Deppen) telah
membatalkan (mencabut) Surat Ijin Terbit surat kabar harian itu.
Menurut Sukarno SH, Dirjen Pembinaan Pers dan Grafika, yang
menanda tangani Surat Keputusan (28 Septennber) tadi, Lensa
Generasi d/h Lenca telah melanggar klentuan yang disepakati
sebelumnya.
Semula ia diharuskan tetap mencerminkan diri sebagai koran
daerah. Tapi "pemberitaannya sudah cenderung menjadi koran
nasional," katanya.
Semula ia terbit dengan nama Lensa di Tanjung Karang, Lampung.
Dengan alasan meningkatkan mutu cetak, ia kemudian berubah
menjadi Lensa Generasi, dan beralamat di Jakarta.
Konon antara penerbit Yayasan Dwi Guna dan Deppen telah ada
kesepal.atan bahwa, walau dicetak di Jakarta, ia tetap akan
membawakan diri sebagai koran daerah. Tapi ternyata akte Yayasan
Dwi Guna diubah, ditambah masuknya orang baru seperti Ali Wahono
dan drs. Aggi Tjetje. Maka terjadilah perubahan isinya.
Pemberitaannya, terutama rubrik Cerita Kosong Hari Ini oleh Abu
Nawas, ternyata lebih pedas ketimbang koran Jakarta lainnya.
Diam-diam redaksinya pun Pindah ke TI. KH Samanhudi 73, Jakarta,
dari Tanjung Karang.
Ali Wahono, ketua Yayasan Dwi Guna, kabarnya sudah lama
keberatan terhadap sikap pemberitaan korannya, yang tidak
membantu pemerintah menciptakan iklim pembangunan. Beberapa kali
Wahono, yang kebetulan adik Menteri Ali Moertopo, memberi
peringatan kepada para pengelolanya, tapi tidak digubris. Bahkan
pihak Deppen dan aparat keamanan, menurut Wahono, sebelumnya
juga sudah menegor. Tapi Penanggung Jawab koran itu, A. Azis
Kasyim, membantah. "Baik Deppen mau pun Dewan Pers belum pernah
melakukan penegoran, tapi tiba-tiba SIT dicabut," kata Kasyim.
Rupanya sejak pindah ke Jakarta, koran itu selalu dibayangi
perpecahan dan keributan. Beberapa hari setelah nomor pertarna
Lensa Generasi (6 Juni) beredar, di Tanjung Karang Lensa masih
tetap muncul. Bahkan Lensa menyatakan dirinya juga Yayasan Dwi
Guna di Tanjung Karang, yang tidak berhubungan sama sekali
dengan yang di Jakarta itu.
Di kantornya di Jakarta, konon pernah terjadi baku-hantam fisik
antara sesama pengelolanya. Belum sampai 3 bulan, mereka memecat
M.O.wab dan Pemimpin Redaksi. Kemudian Wahono merasa namanya
hanva dipinjam saja. Ia memang tidak terlibat secara langsung
dalam pelaksanaan koan itu sehari-hari. Sedang Kasyim konon
lebih banyak tinggal di Tanjung Karang. "Jadi saya tidak tahu
persis bagaimana mereka itu bermain," kata Wahono.
Dulu koran yang malang itu pernah diharapkan menjadi suara
Partai Demokrasi Indonesia. Maklum, PDI merasa belum memiliki
media massa yang bisa menyuarakan aspirasinya. Tapi menjelang
terbit dengan gaya baru, Pemimpin Umum koran itu mengaku "secara
resmi kita independent, menyuarakan semua pihak dan mendukung
kebijaksanaan pemerintah."
Namun Lensa Generasi akhirnya menggusarkan pihak Deppen. Banyak
yang sedih mungkin, terutama sekitar 100 karyawan yang
kehilangan pekerjaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini