Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Langkah AFTA semakin mantap

Keragu-raguan terhadap pembentukan pasar bebas asean semakin sirna. tapi, apa betul perdagangan sesama negara asean bisa meriah?

13 November 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NIAT ASEAN untuk membentuk pasar bebas bersama tampaknya tak tergoyahkan lagi. Padahal, sampai awal tahun ini, ke-6 anggota ASEAN (Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Filipina) terkesan masih setengah-setengah dalam merintis jalan. Tapi dari pertemuan para menteri ekonomi ASEAN di Singapura, awal Oktober lalu, terkesan ada perubahan sikap. Di situ semua sepakat untuk meluncurkan suatu daftar komoditi yang akan mengalami penurunan tarif bea masuk mulai 1 Januari 1994. Dan kesepakatan itu akan diberlakukan di kawasan pasar bebas ASEAN atau ASEAN Free Trade Area (AFTA). Daftar tersebut sudah dikeluarkan Sekjen ASEAN, Datuk Ajit Singh, pekan lalu. Di situ ada yang disebut program jalur cepat (fast track), yakni daftar komoditi yang kini sudah dikenakan bea masuk di bawah 20% dan secara bertahap akan diturunkan hingga di bawah 5% pada tahun 2.000. Lalu, ada produk yang masuk program jalur normal. Artinya bea masuknya masih di atas 20%, dalam tempo 5-8 tahun harus sudah di bawah 20%, selanjutnya dalam 7 tahun turun hingga di bawah 5%. Lewat program CEPT-AFTA ini, menurut Sekjen ASEAN Dato Singh, ada tiga segi positif yang bisa dicapai. Pertama, perdagangan antar-anggota ASEAN akan berkembang sehingga ekonomi ASEAN menjadi terbuka. Kedua, hal ini akan merangsang investasi antar-ASEAN. Ketiga, industri ASEAN akan berkembang lebih efisien dan siap bersaing di pasar internasional. Namun, melihat paket deregulasi Juni dan Oktober lalu menyangkut tata niaga otomotif dan farmasi agaknya masih terlalu dini kalau dikatakan ekonomi Indonesia akan segera jadi lebih efisien. Dalam industri otomotif, ''Kita memang belum siap bersaing,'' kata Adirizal, Direktur Tehnik dari PT Toyota Astra Motor. ''Di pasar sedan, kita masih kalah jauh dengan Proton Saga (bikinan Malaysia),'' tambahnya. Menurut Adirizal, Indonesia baru bisa berkonsentrasi pada deregulasi yang berkaitan dengan komponen. Lain halnya industri elektronika. ''Dengan penurunan bea masuk di kawasan ASEAN, kami dapat meningkatkan pasar,'' kata Rachmat Gobel, Presiden Direktur PT National Gobel. Ia mengakui bahwa Matsushita, sebagai prinsipal produk-produk National, juga punya jaringan produksi di ASEAN. ''Tapi kita kan dapat mengatur jalur perdagangan produk, sehingga tidak saling mematikan,'' kata Rachmat. Tapi Dr. Hadi Susastro, pakar dari CSIS, berpendapat, perkembangan AFTA harus dilihat secara kritis. Diakuinya, dengan ikut serta di AFTA, ekonomi Indonesia akan lebih efisien dalam arti tarif makin turun dan tingkat proteksi semakin dibabat. Namun, ia tak yakin bahwa perdagangan antar-ASEAN akan menjadi lebih ramai. Di luar perdagangan minyak, nilai perdagangan komoditi intra-ASEAN yang berpusat antara Singapura-Malaysia dan Indonesia-Malaysia hanya bernilai 13% dari total perdagangan antar-ASEAN. Lewat AFTA pun, setelah 15 tahun diperkirakannya nilai perdagangan intra-ASEAN tak lebih dari 25%. Apalagi dengan liberalisasi ekonomi di setiap negara ASEAN, pengaruh AFTA diperkirakan bakal kurang terasa. Menurut Hadi, harapan investasi antar-ASEAN juga kurang menguntungkan. Diingatkannya, ''Tujuan AFTA sebenarnya adalah menjadikan ASEAN sebagai kawasan menarik bagi investor dari luar.'' MW, Bina Bektiakti, Ivan Harris

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus