Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Wah Djody, wah

Setiawan djody bikin kejutan lagi. kali ini dia membeli pabrik mobil mewah, lamborghini. dari mana duitnya?

13 November 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETIAWAN Djodi selalu siap menghadiahkan kejutan bagi siapa saja yang senang dengan kejutan. Pengusaha muda yang tekun memetik gitar itu sebelumnya telah memiliki mobil Vector W8 seharga satu miliar rupiah. Tapi berita terakhir menyebutkan, ia bukan sekadar membeli mobil mewah. Ia, Setiawan Djody, kali ini membeli pabrik mobil mewah. Persisnya, Djody membeli pabrik Lamborghini. Ternyata, ia tak merasa cukup dengan mengoleksi sebuah Vector plus Jaguar plus Porsche dua yang terakhir masing-masing bernilai di atas setengah miliar rupiah. Djody hampir setahun lalu membeli 35% saham Vector Aeromotive Corp., AS. Dan pekan lalu, di tangannya resmi tergenggam pabrik Lamborghini. Transaksi antara Djody dan Chrysler Corp., sebagai pemilik pabrik Lamborghini, ditandatangani Selasa pekan lalu di Detroit, AS. Sayang, ia enggan menyebut harga pasti yang dibayarnya. ''Pokoknya, tidak jauh dari US$ 100 juta (sekitar Rp 210 miliar),'' demikian Djody. Angka itu lumayan tinggi, tapi memang pantas untuk apa yang diperoleh Djody. Kini, ia berhak atas tiga bidang usaha, mulai dari Lamborghini Automotive pabrik mobil mewah yang berbasis di Italia Lamborghini Engineering yang membuat mesin-mesin (termasuk mesin mobil balap Formula I dan mesin kapal), serta Lamborghini USA (perusahaan yang bergerak di bidang pascajual). Di AS, Lamborghini boleh dibilang merupakan mobil sport mewah yang menduduki peringkat kedua setelah Ferari. ''Jadi, pembelian ini termasuk murah,'' demikian Djody berkomentar ringan. Hanya perlu diketahui, Lamborghini tak akan diproduksi di Indonesia. Soalnya, selain di negeri ini industri mobil merek baru sudah diharamkan, Djody juga tak melihat adanya kekuatan pasar yang mantap. Jadi, baik pemasaran maupun produksi Lamborghini tetap akan dikonsentrasikan di Italia dan Amerika. Lalu, ada tiga rencana besar yang akan dilakukan atas Lamborghini Automotive ini. Pertama, pabrik yang bermarkas di Bologna, Italia, tetap akan memproduksi mobil mewah seharga US$ 200 ribu. Jumlah produksinya dibatasi sebanyak 300 unit setahun. Ketentuan ini merupakan salah satu perjanjian yang sudah disepakati dengan pihak Chrysler. Selain itu, masih untuk pasar Amerika, Djody juga berniat mengawinkan Lamborghini dengan Vector. Dari perkawinan ini, yang akan muncul kelak adalah mobil untuk kelas menengah atas dengan harga US$ 150 ribu. Kalaupun itu masih angan-angan, tapi kedengarannya tidaklah kosong melompong. Dengan bendera Setdco Group yang dipimpinnya, Djody kini tengah melakukan negosiasi untuk membeli pabrik milik Nissan. Konon, harganya juga US$ 100 juta. Tapi, seperti halnya Lamborghini, mobil blasteran itu, yang belum ditentukan mereknya, akan diproduksi secara terbatas, paling banter 5.000 unit setahun. Adapun yang akan diproduksi secara masal direncanakan akan digarap di Indonesia. Betul, di Nusantara ini sudah dilarang munculnya industri mobil baru. Tapi Djody tidak kehilangan jurus. Ia menggandeng Tommy Soeharto, yang kini tengah mempersiapkan diri untuk membangun industri mobil atas kerja sama dengan KIA, Korea. ''Untuk mass production mobil berharga di bawah US$ 10 ribu ini, saya sedang menjajaki kemungkinan kerja sama dengan Mas Tommy,'' kata Djody. Tidak hanya sampai di situ. Untuk pemasaran, pihaknya telah mengontak agen-agen penjualan Porsche, dengan harapan Lamborghini bisa dipasarkan melalui jaringan distribusi mereka. Entah, bagaimana perwujudan rencana besar yang khas Djody itu. Yang pasti, tak seluruh dana pembelian Lamborghini dirogoh dari kantong Setdco. Dalam hal pendanaan, Djody mengaku dibantu oleh kredit dari beberapa bank asing. Di samping itu, untuk mewujudkan ''mimpi-mimpi besarnya'', ia juga berniat memancing dana dari pasar modal New York. Siapa Setiawan Djody ini sebenarnya? Pengusaha dengan potensi seperti apa dia, hingga bisa menebar investasi sampai ratusan miliar rupiah? Pertanyaan inilah yang selama ini menggayut di benak orang awam. Maklum, nama Djody baru berkibar-kibar di permukaan setelah dia terjun sebagai penyandang dana di dunia kesenian. Mulai dari penyandang dana pementasan karya Rendra, kerja sama dengan Iwan Fals, dan terakhir memunculkan grup Metallica yang berbuntut huru-hara di kawasan Jakarta Selatan. Sedangkan profil bisnisnya, tak banyak orang tahu. Padahal, sudah lama tokoh nyentrik yang menjadi bagian pergaulan jetset kelas dunia ini menerjuni dunia usaha. Ia, misalnya, dikenal sebagai salah satu penggerak Permindo, perusahaan yang berkiprah di bidang ekspor minyak mentah dan minyak kelapa sawit. Terakhir, selain membeli Vector Aeromotive dengan harga US$ 2 juta, Djody juga telah menjalin kerja sama dengan jaringan grosir Wal Mart, AS, untuk mendirikan pusat grosir di Bekasi. Di luar itu, bisnis lama Djody bergerak di bidang kapal tanker (Setdco Marine), film (Limelight Studio), tekstil (Sumatex), dan agribisnis (Soyabin). Tapi yang mana dari usaha-usaha itu yang paling banyak menghasilkan laba? Sampai kini, Djody masih enggan mengungkapkannya. ''Perkara dari mana saya dapat duit, itu tidak penting,'' kilahnya. Tapi, menurut sebuah sumber, keponakan almarhum pelukis Basoeki Abdullah ini mempunyai sebuah sumber uang di Amerika. Kabarnya, ia banyak meraup untung dari bisnis saham di sana. Nah, kalau benar, itu pun kejutan juga. Budi Kusumah dan Dwi S. Irawanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus