Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Kisah Internet Starlink di Pedalaman Papua

Starlink menjamah kantor pemerintah, puskesmas, dan rumah warga di Papua sejak tahun lalu. Menawarkan sambungan cepat dan stabil.

19 Mei 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Masyarakat di Yahukimo, Papua, memakai Starlink sejak 2023.

  • Gedung pemerintahan di Papua mulai memakai jaringan Internet Starlink.

  • Koneksi Internet Starlink dianggap lebih cepat dibanding yang lain.

PUSAT Kesehatan Masyarakat Dekai, ibu kota Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, kini lebih canggih. Sambungan Internet Starlink yang tersedia sejak November 2023 memungkinkan puskesmas ini menyediakan berbagai layanan secara daring.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebagai contoh, pelaporan data pasien peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dan pelacakan penyakit untuk deteksi dini potensi wabah yang memerlukan sambungan Internet sekarang lebih lancar. “Sejak akhir tahun lalu kami mengerjakannya secara online,” Arga Gabriel Podanatur, dokter yang bertugas di Puskesmas Dekai, bercerita kepada Tempo, Senin, 13 Mei 2024. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebelum ada koneksi Internet, kata Arga, pencatatan dilakukan secara manual di atas kertas yang hasilnya kemudian dikirimkan ke Dinas Kesehatan Yahukimo. “Normalnya, pelaporan dilakukan secara online ke instansi terkait,” ucap pria asal Tana Toraja, Sulawesi Selatan, itu. Kini, setelah memakai jaringan Internet Starlink, Puskesmas Dekai bisa melakukan proses tersebut seperti fasilitas kesehatan di perkotaan.

Starlink, layanan Internet berbasis satelit orbit rendah atau low earth orbit dari SpaceX, beroperasi di Indonesia setelah mendapatkan dua jenis izin. Pemerintah memberikan izin jaringan tetap tertutup melalui media very-small-aperture terminal atau VSAT serta izin sebagai penyelenggara jasa Internet atau Internet service provider pada 21 April 2024.

Tapi, di Puskesmas Dekai, Starlink hadir sebelum izin itu terbit. Ketiadaan jaringan Internet di daerah ini membuat masyarakat setempat berupaya mencari solusi. Arga punya ide menggunakan Starlink karena perangkat yang terhubung dengan satelit ini bisa menyediakan jaringan Internet di mana saja. Menurut Arga, dulu perangkat ini hanya bisa digunakan di lokasi tertentu, hingga kemudian SpaceX menyediakan paket perangkat Starlink yang bisa dibawa ke mana-mana. 

Petugas membawa perangkat Starlink untuk dipasang di Kabupaten Yahukimo Papua, membawa perangkat Starlink untuk dipasang pada 10 Februari 2024. Foto: David Sobolim

Arga pun memesan perangkat ini dari Amerika Serikat dengan bantuan koleganya. “Kawan saya pesan, barang dikirim ke rumah dia dan diteruskan ke Indonesia,” tuturnya. Ketika perangkat ini sampai di Dekai, Arga merakit dan memasang sendiri bagian penerima sinyal, Wi-Fi router, serta kabel daya listriknya. “Simpel prosesnya,” ujarnya. Menurut Arga, konsep produk Starlink ditujukan langsung kepada pengguna akhir tanpa perlu melibatkan teknisi khusus. 

Setelah perangkat itu beroperasi, warga di sekitar Puskesmas Dekai ikut menikmatinya. Mereka menumpang akses Internet. Di Yahukimo, kata Arga, kecepatan Internet Starlink awalnya hanya sekitar 40 megabit per detik (Mbps) pada malam atau saat penggunanya banyak. Belakangan, kecepatannya meningkat rata-rata menjadi 70 Mbps, sementara pada siang bisa mencapai 100-150 Mbps.

Karena itu, jumlah pengguna Starlink terus bertambah. Arga mendengar Starlink telah digunakan di Wamena, ibu kota Kabupaten Jayawijaya, serta Kabupaten Yalimo di Provinsi Papua Pegunungan dan Merauke, Provinsi Papua Selatan. 
 
Langkah Arga kemudian diikuti sejumlah orang di Yahukimo. Salah satunya David Sobolim, staf kantor Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Kabupaten Yahukimo. Awalnya David termasuk orang yang menebeng akses Internet di Puskesmas Dekai. “Kencang, cocok untuk daerah pegunungan,” ujarnya pada Ahad, 12 Mei 2024. 

David kemudian meminta bantuan Arga memesan paket Starlink dari Amerika Serikat. Dia memesan di awal Desember 2023 dan paketnya tiba pada pertengahan bulan itu. Harga perangkat plus ongkos pengiriman paket ini Rp 20 juta, lebih mahal dari harga perangkat serupa saat Starlink telah mendapatkan izin operasi, yaitu Rp 7-8 juta. Biaya paket Internet unlimited alias tanpa batas di rumah David Rp 480 ribu per bulan.

Sejak berlangganan Starlink, rumah David pun diserbu tetangga. Ada yang memang memerlukan data atau mencari informasi di Internet, tapi tak sedikit yang sekadar mengakses permainan online. Karena jumlah “penumpang” makin banyak, David terpaksa mengganti kata kunci atau password Wi-Fi di rumahnya saban pekan. Dengan cara itu, tetangga yang akan nebeng mesti bertanya dan meminta izin dulu. 

Yang jelas, David bisa mengakses Internet tanpa emosi. “Kirim dokumen jadi lebih cepat,” ia menambahkan. Dulu, untuk mengunduh atau mengunggah dokumen, dia harus menunggu 30 menit hingga satu jam, sementara sekarang hanya dalam hitungan detik.

Koneksi Internet yang stabil juga membuat dia bisa mengikuti kuliah online. Selain bekerja di Bawaslu Yahukimo, David tercatat sebagai mahasiswa Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, Jawa Timur. David juga bisa menyimak rapat koordinasi online dengan kantor badan pengawas pemilu di kota lain.

Sebelum Starlink hadir, ada penyedia jasa Internet yang menjangkau wilayah Yahukimo dan sekitarnya, yakni Ubiqu. Ubiqu adalah penyedia jasa Internet satelit broadband milik PT Pasifik Satelit Nusantara, perusahaan telekomunikasi berbasis satelit pertama di Indonesia.

Ada beberapa paket Ubiqu, di antaranya Max 10.0 seharga Rp 10 juta untuk 12 bulan dan Max 5.5 senilai Rp 5,5 juta buat enam bulan. Kedua paket ini menjanjikan akses Internet tanpa batas dengan kebijakan batas pemakaian wajar atau fair usage policy 100 gigabita per bulan. Bila penggunaan melampaui batas itu, kecepatan Internet akan menurun.

Di Yahukimo dan daerah lain, paket Ubiqu Max dijual dalam bentuk voucer di gerai bernama Warung Ubiqu. Harga ecerannya bermacam-macam, misalnya Rp 20 ribu per jam, Rp 50 ribu per tiga jam, dan Rp 100 ribu untuk koneksi 15 jam. 

Menurut David, kebanyakan kantor pemerintah di Papua telah memakai Starlink. Misalnya kantor Komisi Pemilihan Umum dan Bawaslu Yahukimo yang memasang perangkat Starlink sejak Februari 2024. Saat itu pemerintah daerah memberikannya sebagai hibah. “Belum semua kantor pemerintah, baru beberapa.” 

Starlink juga merambah sekolah. Di Gresik, Jawa Timur, Sekolah Menengah Pertama Islam Syifaul Qulub memasang perangkat Starlink, meski telah menjadi pelanggan IndiHome dari PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. Pendiri SMP Syifaul Qulub sekaligus praktisi teknologi informasi, Ainun Najib, memesannya saat Starlink membuka layanan preorder tiga tahun lalu. Pesanan itu tiba pada Jumat, 10 Mei 2024. “Baru kami unboxing Ahad, 12 Mei, sekaligus pemasangan,” tutur Mohammad Wildanus Solihin, guru SMP Islam Syifaul Qulub, pada Rabu, 15 Mei 2024. 

Wildan mengatakan pemasangan perangkat bisa dilakukan sendiri. Perangkat itu dibeli seharga Rp 8 juta dengan biaya akses Internet tanpa batas Rp 750 ribu per bulan. Manajemen SMP Syifaul Qulub akan melakukan uji coba dulu di ruang guru selama dua bulan ke depan sebelum layanan Starlink dibuka untuk siswa. Sekolah menyiapkan akses Internet cepat menjelang penerimaan siswa tahun ajaran baru. 

Sejauh ini, Wildan mengungkapkan, kecepatan download Starlink mencapai 70 Mbps dan upload 12 Mbps. Sedangkan kecepatan jaringan lain, menurut Wildan, sebagian besar tidak sampai 50 Mbps. Dia mengatakan penggunaan Internet di SMP Syifaul Qulub amat intensif untuk pembelajaran. “Paling tidak dua jam setiap hari menggunakan laptop, otomatis pakai Internet,” kata alumnus Nanyang Technological University, Singapura, itu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Pada edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Kisah Starlink di Pedalaman Papua". 

Retno Sulistyowati

Retno Sulistyowati

Alumnus Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Bergabung dengan Tempo pada 2001 dengan meliput topik ekonomi, khususnya energi. Menjuarai pelbagai lomba penulisan artikel. Liputannya yang berdampak pada perubahan skema impor daging adalah investigasi "daging berjanggut" di Kementerian Pertanian.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus