Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Padjaitan mengatakan negara-negara barat di berbagai pertemuan sering merasa paling tahu mengenai climate change (perubahan iklim). Namun, dia juga kerap menjelaskan bahwa Indonesia mengerti dan memahami isu perubahan iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya bilang di forum, nggak perlu ajari kami kok soal itu (climate change). Kami ngerti semua itu, karena kami punya tanggung jawab juga. Saya berkali-kali bilang gitu di mana-mana,” ujar dia dalam konferensi pers Road to AIS Forum 2023 yang digelar virtual pada Senin, 25 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Luhut, pemerintah tidak akan membuat kebijakan yang akan menghancurkan anak cucu di masa depan, khususnya soal perubahan iklim. Selain itu, Indonesia juga sudah membuktikan dengan melakukan berbagai kebijakan.
Bahkan menurut PBB, Indonesia berhasil menurunkan jumlah sampah plastik garbage di laut sebanyak 39 persen selama empat tahun. “Indonesia lho itu. Itu yang bukan kita yang bilang, UN (United Nation/ PBB),” tutur Luhut.
Selain itu, Indonesia juga menjadi salah satu negara yang banyak memproses sampah di daratan, di mana akibatnya bisa mengurangi sampah di laut. Luhut juga menambah bahwa Indonesia menjadi negara di dunia yang bisa melakukan replanting mangrove (penanaman kembali hutan bakau) hingga 600 ribu hektare hingga tahun depan.
Indonesia berpotensi clean energy 3.600 gigawatt
Adapun tingkat kebakaran hutan juga, Luhut mengklaim, turun termasuk deforetasi. Ditambah lagi Indonesia juga punya potensi clean energy sebanyak 3.600 gigawatt. Bahkan, dia berujar, Indonesia sedang melakukan finalisasi kerja sama dengan Uni Eropa untuk 62 gigawatt energi terbarukan termasuk solart panel, hydro power, dan geothermal.
“Ya kita fokus, sekarang mau dibikin jaringan se-Indonesia, ASEAN. Jadi kita punya semua, kita punya bargaining position (posisi tawar) yang sangat kuat,” ucap dia.
Namun, Luhut melanjutkan, Indonesia sendiri terkadang tidak tahu bahwa negaranya sendiri ini kuat. Karena ada saja yang melihat ada kekurangan yang ada di Indonesia. “Kalau kurang itu pastilah, enggak mungkin sempurnya,” kata Luhut.