Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Masih Banyak Harapan

Pameran dagang & industri Uni Soviet di arena Pekan Raya Jakarta diusahakan untuk melumas hubungan dagangnya dengan Indonesia yang masih seret & Indonesia berada di pihak yang surplus. (eb)

28 April 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LUNOKHOD-I, pesawat penjelajah ruang angkasa dan sputnik Intercosmos pertama bertengger di Hall of Nations Pekan Raya Jakarta. Di dekatnya ada bagian pendarat dari stasiun otomatis antar planit Vinera 7 dan satelit penerima siaran TV Orbita. Di sekitarnya para pengunjung, sebagian besar pelajar SLA, mendengarkan penjelasan dari petugas Pameran Dagang dan Industri Uni Soviet itu. Di situ juga dipamerkan lebih 4000 macam barang hasil industri mereka dari 14 s/d 28 April ini. Pengaturan tata-ruangan dan teknik peragaannya menimbulkan suasana yang mengesankan. Hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara sudah lama. Tapi sebegitu jauh menurut V.I. Blokhin, Kepala Perwakilan Perdagangan Uni Soviet di Indonesia "tidak selalu lancar." Untuk meningkatkannya Maret 1974 ditandatangani sebuah perjanjian dagang yang baru antara Uni Soviet dan Indonesia, menggantikan persetujuan lama 1956 yang habis masa berlakunya. Hambatan Yang Serius Sejak 4 tahun lalu Soviet membuka stand di Jakarta Fair. Tapi pameran kali ini jauh lebih besar. 26 badan perdagangan luar negeri dan 11 Kementerian Uni Soviet ikut ambil bagian. Dan dari aneka ragam barang yang diperagakan di situ Uni Soviet tampaknya berusaha keras untuk melumas hubungan dagangnya dengan Indonesia. "Selama ini neraca perdagangan kami masih negatip dan Indonesia berada di pihak yang surplus," ucap Bagrat Arutiunov, wakil Kepala Kadin Uni Soviet. Meskipun ekspor Uni Soviet lebih kecil ketimbang Indonesia ke sana tampaknya ada kecenderungan peningkatan volume perdagangan antar kedua negara. Dan selama 5 tahun ini surplus Indonesia lebih 85 juta rubel atau sekitar $ 110-$ 120 juta. Ketika peresmian pembukaan pameran ini Menperdagkop Radius Prawiro mengakui "masih sedikitnya penggunaan produk Uni Soviet di Indonesia karena beberapa faktor hambatan." Antara lain tidak terdapatnya trayek pelayaran tetap dan belum tersedianya unsur penunjang di bidang perbankan. Karena tidak adanya trayek RLS itu berakibat pengiriman barang-barang dari kawasan itu ke Indonesia "sering mengalami hambatan yang serius," tambah Djukardi Odang SH, Dir-Ut PT Panca Niaga. Odang yang ditunjuk Menperdagkop menjadi koordinator perdagangan dengan negara-negara sosialis Eropa Timur itu berkata: "Sebenarnya Indonesia bisa memanfaatkan transhipment di Singapura. Baik untuk ekspor maupun impor dari Uni Soviet dan Eropa Timur lainnya." Dengan Singapura kapal berbendera URSS dari Eropa Timur sudah mempuuyai pelayaran yang teratur. "Sulitnya, untuk transhipment di Singapura itu," kata Odang pula "karena belum adanya kerjasama antara perusahaan pelayaran Indonesia dengan perusahaan pelayaran Soviet." Lagi pula sebagian besar bank devisa kita tidak mempunyai bank koresponden di sana. Sampai kini pembukaan ataupun penerimaan L/C dilakukan melalui - negara ketiga. Ini menyebabkan selain memperpanjang mata rantai perdagangan juga menambah biaya bagi pedagang. Bila terjadi claim mereka tidak membayarnya dengan uang tapi ditukar dengan barang lagi, suatu hal yang tak lazim terjadi di dunia bisnis. Meskipun begitu hambatan yang paling besar adalah masih kurang dikenalnya barang-barang buatan Uni Soviet itu di sini. Sedihnya, di tengah pacuan iklan seperti sekarang Uni Soviet kabarnya nggak mengeluarkan biaya promosi. Tapi Djukardi Odang toh percaya volume perdagangan bisa meningkat bila Uni Soviet menunjuk agen-agen tunggal di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus